All Chapters of Merah Hitam Cinta #book1: Chapter 11 - Chapter 20
48 Chapters
Chapter 11
Kanaya mendekati meja lipat Venaya. Ia tau, gadis kecil itu pasti langsung down tatkala panitia perlombaan menetapkan tema lukisan. Ya, tema aku cinta ibu pasti membuat Venaya kebingungan. Ditinggalkan ibunya ke rahmatullah, begitu dilahirkan, gadis kecil itu pasti kehilangan ide karena tidak ada bayangan apapun di benaknya."Aya kenapa, sayang? Kok belum mulai menggambar? Lihat, teman-teman yang lain sudah mulai lho," pancing Kanaya halus. Wajah Venaya kian mendung. Bibirnya membentuk busur terbalik dengan ekspresi siap menangis sewaktu-waktu."Aya lupa dengan wajah mama Aya, Tante. 'Kan photo mama disimpan semua sama opa dan oma. Kata oma, papa suka sedih kalau melihat photo mama. Jadi sekarang Aya nggak bisa menggambar, Tante. Aya nggak punya ide," adu Venaya sedih.Benar 'kan tebakannya?"Kalau begitu, Aya gambar saja wajah Aya sendiri. Soalnya mama Aya itu 'kan mirip sekali
Read more
Chapter 12
"Tidak Nay. Sudah cukup. Cukup Mas tau bahwa Mas telah salah menilaimu selama ini. Kamu tidak pantas Mas sesali sama sekali," desis Ghifari geram. Ia tiba-tiba memalingkan wajahnya pada Dina. "Maafkan Mas karena telah meragukan ucapmu selama ini, Dina. Sekarang Mas percaya bahwa Naya memang tidak pernah mencintai Mas. Ia bertahan hanya karena harta dan kedudukan, Mas. Perempuan seperti ini tidak akan pernah Mas pertahankan lagi. Semua hal yang berkaitan dengan dirinya, akan Mas hapus mulai dari hari ini!" rutuk Ghifari geram. Amarah dan rasa kecewa tergambar jelas di air muka keruhnya.Yang satu maling teriak maling. Yang satu lagi musuh dalam selimut. Mereka saling melengkapi satu sama lain. Pas!Kanaya memandang Dina dalam-dalam kala Ghifari mengatakan, bahwa dirinyalah yang menyatakan bahwa ia tidak pernah mencintai Ghifari. Wajah Dina berubah merah padam. Ular beludak itu segera memalingkan wajahnya. Dina tidak berani membalas
Read more
Chapter 13
Waktu telah menunjukkan pukul dua dini hari. Tetapi Kanaya masih belum bisa memejamkan mata. Sedari pukul sebelas tadi ia hanya membolak-balik tubuhnya di atas kasur dengan gelisah. Benaknya terus saja mengulang kejadian sore tadi."Bagaimana, Nay? Kamu bersedia menerima lamaran Ibu dan Bapak untuk Haikal? Kalian berdua telah melakukan kesalahan. Apakah kalian tidak ingin memperbaiki kesalahan itu? Kasihan anak kalian nantinya, Nay."Kanaya mendesah bingung. Ia benar-benar tidak tau harus menjawab apa. Bagai makan buah simalakama. Apapun keputusan yang akan diambilnya, sama-sama beresiko dan sama-sama salah. Jika ia menolak, bisa dipastikan keluarga Albani akan merongrongnya tentang siapa ayah anaknya. Ujung-ujungnya adalah test DNA. Dan apabila terbukti kalau anaknya adalah seorang Albani, mereka pasti akan mengupayakan segala cara untuk merebut hak asuhnya. Kemungkinan besar keinginan mereka akan terwujud, meng
Read more
Chapter 14
"Bu, boleh tidak Naya menanyakan hal-hal yang sifatnya pribadi pada Ibu?" tanya Kanaya hati-hati. Bukan apa-apa, sebentar lagi ke dua orang tua Haikal akan datang. Mereka akan kembali menanyakan kesediaannya untuk dilamar. Dan sebelum ia memberi jawaban final pada kedua orang tua Haikal, ia ingin menanyakan sesuatu pada ibunya. Dalam hal ini, ia ingin berbicara dalam konteks sebagai sesama wanita. Bukan sebagai ibu dan anak.Mendengar pertanyaan tidak biasanya putrinya, Gendis menutup kembali buku yang tadinya ingin ia baca. Ia tau, putrinya sedang ingin berbicara dari ke hati."Tentu saja boleh, Nay. Kamu boleh menanyakan apapun pada Ibu. Apapun," ucap Gendis lembut. Menegaskan kesediaannya. Kanaya mendekati ibunya di sofa. Merebahkan kepala pada bahu sang ibu. Seperti kebiasaannya di masa lalu. Mencium aroma segar bedak dingin dan jamu yang menguar dari tubuh ibunya, Kanaya merasa kembali ke masa lalu. Masa di mana ia hanya menc
Read more
Chapter 15
Sudah seminggu lamanya Kanaya menikah dengan Haikal. Tetapi ia tidak merasakan adanya perubahan yang berarti. Mereka berdua menjalani kehidupan nyaris seperti dua orang asing yang kebetulan tinggal di rumah yang sama. Bayangkan saja. Mereka tidak tidur di kamar yang sama. Haikal mengatakan kalau mereka tidak perlu merubah kebiasaan masing-masing karena pernikahan ini hanyalah formalitas belaka. Walau di atas kertas mereka adalah suami istri, tapi dalam kehidupan yang sebenarnya, mereka adalah dua orang asing yang tinggal dalam satu rumah. Jadi masing-masing pihak tidak boleh mencampuri urusan pribadi satu sama lain.Interaksi mereka setiap harinya sudah tertata. Pagi-pagi ia akan menyiapkan sarapan praktis sederhana, seperti roti isi, nasi goreng atau terkadang mie instan. Mereka akan sarapan bersama dalam diam. Setelahnya Haikal akan berangkat ke kantor. Kegiatannya berlanjut dengan berbelanja bahan makanan pada tukang sayur komplek, memasa
Read more
Chapter 16
"Terima kasih karena telah membela saya Mas," Kanaya terharu. Ada dua hal yang sama sekali tidak ia duga-duga. Pertama, kehadiran Haikal di mall ini. Ke dua, kesediaan Haikal membelanya dari serangan Dina."Sudah menjadi tanggung jawab seorang suami untuk membela istrinya. Tidak ada hal yang perlu diterima kasihkan di sini," tukas Haikal dingin."Ya, apapun itu. Terima kasih, Mas. Mas sedang apa di sini?" Kanaya mencoba memulai percakapan basa basi. Tidak enak juga saling bersikap antipati di muka umum."Mau ke Starbuck*. Ada reuni kecil-kecilan dengan teman-teman SMA. Saya jalan dulu," tanpa menunggu jawabannya Haikal pun berlalu. Haikal bahkan tidak balas menanyakan apa keperluannya di mall ini.Sudahlah, Nay. Jangan mulai protes. Toh kamu sudah tau apa konsekuensi pernikahan di atas kertas ini. Fokus saja dengan dirimu sendiri.Langkah Kanaya kini mengarah ke
Read more
Chapter 17
Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Tidak terasa kandungan Kanaya telah memasuki bulan ke lima. Dulu, awal pertama sekali ia hamil, ia seperti tidak percaya kalau dirinya telah berbadan dua. Pernyataan dokter yang dulu menyatakan kalau ia mengalami gangguan ovulasi sehingga sulit untuk hamil, membuatnya selalu pesimis apabila mengalami keterlambatan menstruasi. Ia acap kali berpikir, paling keterlambatan ini hanyalah bagian dari gangguan ovulasi. Dan bukan karena ia hamil. Makanya pada saat dokter Rasyid menyatakan kalau ia benar-benar hamil, alam bawah sadarnya menolak percaya.  Namun setelah kini kandungannya memasuki bulan ke lima atau trimester ke dua kehamilan, ia baru sungguh-sungguh percaya. Karena apa? Karena tubuhnya telah memperlihatkan ciri-ciri fisik yang khas. Perutnya kini mulai membulat dan pakaian-pakaian lamanya sudah banyak yang tidak muat lagi. Selain peruba
Read more
Chapter 18
Kanaya panik. Ibu mertuanya baru saja menelepon dan mengabarkan akan tiba di rumahnya sekitar empat puluh lima menit lagi. Ibu mertuanya membawa Ika, salah seorang ART-nya untuk ditempatkan di rumahnya. Ibu mertuanya takut kalau ia kelelahan. Wajar saja, usia kandungannya kini sudah lumayan besar. Masuk akal kalau ibu mertuanya itu separuh memaksanya untuk menerima ART-nya. Selain itu ibu mertuanya juga meminta izin untuk menginap selama beberapa hari di rumah. Menurut ibu mertuanya, beliau ingin mengajari Ika bekerja sampai mahir dulu di sana, barulah ibu mertuanya itu kembali ke rumah. Selain itu ibu mertuanya mengatakan kalau ia kangen pada Haikal. Wajar saja, sebelum menikah Haikal memang tinggal serumah dengan kedua orang tuanya. Setelah menikah Haikal memilih untuk tinggal berdua dengannya di rumah ini. Wajar jika ibu mertuanya merindukan Haikal. Kanaya sama sekali tidak keberatan. Sejujurnya ia malah senang karena ada yang menemaninya di rumah.Yang
Read more
Chapter 19
Sudah dua hari ini kehidupan Kanaya berubah. Jika diumpamakan dengan dongeng, ia berubah dari seorang Upik Abu menjadi seorang ratu. Bayangkan, sekarang ia tidak boleh lagi melakukan pekerjaan rumah tangga apapun. Karena semuanya telah didelegasikan ibu mertuanya pada Ika. Selain itu, ibu mertuanya juga menugaskan Pak Karto, supir keluarga, menjadi supir pribadinya untuk sementara. Ibu mertuanya tidak lagi mengizinkan dirinya menggunakan transportasi umum. Alasan ibu mertuanya tentu saja demi keselamatan si jabang bayi. Melihat begitu perhatiannya sang ibu mertua pada bayi dalam kandungannya, Kanaya sedih.Untuk pertama kalinya Kanaya menyesal telah menerima pernikahan pura-pura ini. Ia merasa sangat berdosa karena telah membohongi ibu mertuanya sampai sejauh ini. Ketakutan lain juga singgah di benaknya. Kanaya membayangkan, betapa marah dan kecewanya ibu mertuanya apabila beliau tau kalau bayinya ini bukanlah benih Haikal. Bukan cucu kandungnya. Apalagi d
Read more
Chapter 20
Kanaya masih merasa linglung saat Pak Karto menjemputnya di hotel. Ia memang merubah rencana dan meminta Pak Karto menjemputnya di hotel saja alih-alih di studio. Untung Pak Karto langsung menghubunginya setelah mengantar Bu Habsah pulang. Jadi ia tidak perlu menunggu dua jam lagi baru dijemput. Kanaya masih shock. Kepada Rury Kanaya mengatakan kalau tiba-tiba saja ia merasa kurang enak badan, dan minta dijemput oleh supir. Sungguh, Kanaya tidak bisa menerima kenyataan kalau Haikal adalah seorang gay. Saat ini ia telah berada di dalam mobil dengan tujuan pulang ke rumah. Tetapi ingatan tentang keberadaan Haikal di hotel tadi, tidak bisa hilang dari benaknya. Penasaran, Kanaya merogoh ponsel dari dalam tas. Menimbang-nimang ponsel sejenak sebelum menekan kontak nama Haikal. Panggilannya baru dijawab pada nada-nada terakhir."Ya, Nay. Ada apa?""Mas sekarang lagi di mana?"Jeda sejenak. Haika
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status