All Chapters of Wanara: Chapter 21 - Chapter 30
125 Chapters
Mendapatkan Kabar Kurang Baik
Setelah melakukan pendaratan dengan sempurna, Wanara langsung bergegas menuju ke sebuah desa yang ada di tepi pantai tersebut. Desa tersebut merupakan tempat kelahirannya tidak jauh dari perkampungan nelayan tempat Wanara bertemu dengan Jasena dan Sumadra.Tetapi rasanya aneh sekali, karena tak kelihatan satu orang pun di sekitar desa tersebut."Guru! Aku datang!" teriak Wanara dengan suara lantang dengan air muka berseri-seri.Mendengar suara teriakan dari Wanara. Tiba-tiba saja, orang-orang dari desa tersebut keluar dari persembunyiannya, semua beramai-ramai mengerumuni dan mengelu-elukan Wanara."Ternyata, kau Wanara. Kami mengira kau makhluk dari angkasa yang terbang dan mendarat di sini akan membuat malapetaka," ujar salah seorang dari mereka.Kemudian, ada seorang pria berkata, "Wanara, kau tega sekali meninggalkan gurumu seorang diri.""Guruku di mana guruku?" tanya Wanara tampak sudah tidak sabar lagi ingin berjumpa dengan gurunya."Ki Agen
Read more
Kemurahan Hati Sang Guru
Di atas udara, ia memutar tubuhnya dan melesat ke arah selatan. Dalam sekejap mata, Wanara sudah tiba di sebuah gubuk sederhana milik Ki Ageng Jayamena yang telah lama ia tinggalkan.Matanya yang tajam mengawasi sekeliling rumah tersebut. Kemudian, ia meluncur turun dari ketinggian dan mendarat tepat di hadapan rumah sederhana yang berdiri kokoh di tengah perkebunan pisang yang berjajar rapi di sepanjang jalan dan di bagian sisi kanan dan kiri rumah tersebut.Kemudian, Wanara melangkahkan kakinya mendekati daun pintu rumah itu. Ia tampak ragu untuk mengetuknya. "Apakah guru akan memaafkan aku?" desis Wanara berdiri di balik pintu dengan menampakkan wajah penuh kegundahan.Akan tetapi, rupanya Ki Ageng Jayamena sudah mengetahui kedatangan muridnya itu. Maka dari dalam rumah, ia pun berkata mempersilahkan Wanara untuk menunggunya di beranda rumah."Duduklah, Wanara. Sebentar lagi aku akan keluar!" kata sang guru."I–iya, Guru," jawab Wanara gugup, kemudi
Read more
Wanara Mendatangi Barak Prajurit
Keesokan harinya, Wanara langsung mendatangi tempat yang dituju. Yakni, barak para prajurit kerajaan Rawamerta yang menamakan diri mereka sebagai prajurit Dewa petir.Ketika sedang terbang, Wanara mendengar suara gaduh orang-orang sedang tertawa. Seperti sedang merayakan sesuatu.Dengan cepat, ia menukik turun dari udara menuju ke arah asal suara itu.''Aku rasa, itu adalah tempatnya," desis Wanara mengarahkan dua bola matanya ke beberapa bangunan barak yang berjajar rapi di sepanjang pantai.Kakinya segera menginjak tanah kembali, tepat di depan deretan barak-barak tersebut. Ratusan prajurit kala itu tengah beristirahat sambil berbincang-bincang, tampak kaget dengan kedatangan Wanara."Hai, pasukan Dewa petir!" seru Wanara.Para prajurit itu tampak ketakutan. Mereka mengira Wanara adalah siluman yang datang dari langit, para prajurit itu hendak berlari masuk ke dalam barak. Namun, Wanara segera mencegahnya, "Prajurit Dewa petir jangan kabur kalian!" be
Read more
Wanara Berhasil Menumbangkan Panglima Rasoma
Wajah Panglima Rasoma memang terlihat garang. Tubuhnya tampak kekar berotot dan tinggi mirip raksasa, dengan membawa sebilah pedang bergagang kepala naga, sepasang matanya bulat dan tajam wajah Wanara."Hai, Algojo!" teriak Wanara menyambut kedatangan Panglima Rasoma. "Kenapa kau tidak mau menatap wajahku?" sambung Wanara bertanya.Panglima Rasoma menunduk, kemudian mengangkat wajahnya, dan tertawa lepas ketika melihat Wanara. Lantas, ia berkata, "Tubuhmu sangat kecil, kau juga tidak membawa senjata. Tapi keberanianmu sungguh luar biasa, meskipun tidak sepadan dengan kondisimu.""Hai, Algojo! Jangan pernah kau menghinaku, aku bukan anak kemarin sore!" hardik Wanara membentak keras.Begitu menghentikan ucapannya, Wanara langsung melangkah maju. Panglima Rasoma tampak memandang sebelah mata, ia tidak percaya kalau Wanara mempunyai kesaktian tinggi."Hai, Anak muda! Jika aku melawanku, apa kata dunia persilatan? Aku pasti dapat cibiran karena sudah melawan pendekar seper
Read more
Membentuk Sebuah Kekuatan
Satu minggu kemudian, Wanara sudah menjemput Jasena, Sumadra, dan Ki Butrik yang merupakan pengawal pribadinya. Semua atas perintah Ki Ageng Jayamena yang menginginkan kawan-kawannya Wanara berkumpul di desa tersebut dan segera menghimpun kekuatan untuk membentengi diri dari cengkraman penguasa jahat kerajaan Rawamerta."Aku berharap kalian ikut ke pulau Jowaraka, ada tugas penting dari guruku!" kata Wanara berbicara di hadapan kawan-kawannya.Belum sempat menjawab, tiba-tiba Resi Wana sudah menyahut dari belakang sambil melangkah menghampiri Wanara dan kedua rekannya."Kalian berangkat duluan! Tujuh hari ke depan, kami pun akan bertolak ke sebrang dan akan ikut berjuang menegakkan keadilan di tanah Jowaraka!" tandas Resi Wana.Wanara dan kedua rekannya langsung berpaling ke arah datangnya pria senja itu. Kemudian, mereka menjura sambil membungkukkan badan seraya memberi hormat kepada sang guru."Terima kasih, Guru," sahut Wanara."Berangkatla
Read more
Tugas Untuk Ki Butrik
Pada suatu siang, selesai melatih para murid padepokan tersebut, Wanara duduk termenung di sebuah bebalean bambu di beranda barak. Lantas ia memanggil Jasena, Sumadra, dan sekalian memanggil Ki Butrik yang sudah menjadi pengawal pribadinya itu."Duduklah, ada hal penting yang ingin aku bicarakan!" kata Wanara lirih."Baik, Raden," sahut Ki Butrik menjura hormat, dan langsung duduk di hadapan Wanara.Demikian pula dengan Jasena dan Sumadra, mereka pun langsung duduk bersebelahan dengan Ki Butrik. Mereka tampak penasaran menunggu Wanara untuk segera berkata.Wanara menghela napas dalam-dalam, kemudian berkata lirih, "Kita akan membentuk sebuah pasukan yang kuat, agar dapat membela diri bila diserbu oleh pihak kerajaan." Dua bola matanya bergulir mengamati tiga pria yang ada di hadapannya.Kemudian, Wanara berkata lagi, "Tapi aku justru merasa cemas. Bagaimana kalau hal ini diketahui lebih dulu oleh pihak kerajaan? Sedangkan kelompok kita belum mahir dalam berl
Read more
Wora Saba Bertolak Ke Pulau Jowaraka
Hanya dalam waktu sekejap saja, ia sudah tiba di kuta Sera yang merupakan ibu kota kerajaan Jantara. Suasana kuta tersebut tampak ramai, banyak orang berlalu-lalang di jalanan utama kuta tersebut.Ki Butrik melangkah perlahan sambil mengamati suasana kuta. Sejenak, ia menghentikan langkah."Aku harus segera ke padepokan Resi Wana, kalau lama di sini bisa-bisa aku tergoda dengan makanan-makanan yang ada di warung-warung itu. Sedangkan aku tidak membawa uang sekeping pun," desis Ki Butrik, kemudian, ia melangkah ke sebuah perkampungan yang berada di perbatasan kerajaan Jantara dan Bayu Urip. Tampak di sebrang sungai desa tersebut yang sudah masuk ke dalam wilayah kerajaan Bayu Urip, banyak sekali rumah-rumah yang dijadikan tempat pandai besi untuk produksi senjata tajam."Di sini banyak sekali orang yang mahir dalam membuat berbagai senjata," kata Ki Butrik terus mengamati kegiatan warga yang sedang bekerja membuat senjata-senjata tajam. "Pantas saja desa ini
Read more
Pertarungan Di Ujung Desa
Sikap pria itu, tentu membuat Ki Butrik semakin geram saja. "Rupanya kalian ini memang sengaja memancing emosiku," kata Ki Butrik tampak marah."Apa yang kau katakan memang benar, kami menantang kalian untuk bertarung," sahut pria paruh baya berkepala botak itu, ia tampak angkuh dan sombong."Baguslah kalau memang seperti itu." Ki Butrik mulai ancang-ancang untuk segera bertarung dengan para pendekar tersebut.Begitu pula dengan Burma dan Wora Saba, mereka pun langsung bersiap untuk segera melakukan perlawanan terhadap keenam pendekar itu.Dengan demikian, pertarungan pun tak dapat dihindari. Mereka langsung mengeluarkan jurus andalan masing-masing, saling memukul dan menendang satu sama lain. Hingga pada akhirnya, Wora Saba dan Burma dapat dijatuhkan oleh lawannya.Dengan kalahnya Burma dan Wora Saba, menjadikan Ki Butrik semakin amarah. Ia langsung membaca sebuah mantra, menghela napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya secara mengagetkan. Saat itu la
Read more
Wanara Membobol Gudang Persenjataan
Siang itu, tanpa diketahui oleh rekan-rekannya. Wanara diam-diam berangkat menuju istana kerajaan Rawamerta, ia berniat akan membobol gudang persenjataan istana kerajaan Rawamerta."Tindakanku ini memang salah, niat mencuri ke istana. Meskipun mencuri, aku rasa Dewa tidak akan marah, karena ini untuk keperluan perjuangan melawan kezaliman," ujar Wanara berkata sambil melayang terbang menuju ke arah timur.Setelah tiba di atas atap istana ia langsung meluncur turun, dan mendarat tepat di belakang istana dekat dengan gudang persenjataan. Ia langsung melangkah mengendap-endap."Besar sekali gudang senjata ini," ucap Wanara sambil mengamati bangunan besar yang berada di belakang istana tersebut.Wanara menyelinap ke pojokan dinding gudang persenjataan itu, karena ada dua orang pengawal yang sedang berjaga-jaga di depan pintu gudang tersebut."Aku harus melumpuhkan mereka terlebih dahulu, agar dapat masuk ke dalam ruangan itu," bisik Wanara sambil mengamati gerak
Read more
Berbincang Dengan Tiga Guru
Ternyata apa yang dikatakan oleh Wanara memang benar, di gudang persenjataan tampak lengkap sekali dipenuhi senjata-senjata dari berbagai jenis. Sehingga membuat Jasena dan Sumadra terkejut dibuatnya."Ternyata, Wanara tidak bohong," desis Jasena. "Tapi bagaimana caranya, Wanara membawa ribuan senjata ini?" tambah Jasena bertanya-tanya."Sudahlah, jangan kau pikirkan itu! Kau tahu sendiri ilmu yang Wanara miliki sekarang sudah seperti ilmu Dewa!" timpal Sumadra langsung melangkah keluar dari gudang persenjataan itu.Semenjak itulah, Wanara dan kawan-kawannya semakin bersemangat dalam melatih para murid di padepokan tersebut.Padepokan itu pun sudah diberi nama oleh Wanara sendiri, atas permintaan Ki Ageng Jayamena. Yakni, dengan nama Padepokan Dewa Petir.Jumlah murid-muridnya pun semakin lama semakin bertambah banyak, mereka berasal dari berbagai daerah. Bahkan ada di antara mereka yang berasal dari negri sebrang."Padepokan ini sudah tidak dapat menam
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status