All Chapters of Tertawan Dua Suami: Chapter 131 - Chapter 140
167 Chapters
131. Melarikan Diri dari Atlanta
Beberapa menit yang lalu, Saga merintih berulang kali. Sesekali ia akan mengerang marah sambil mengepalkan kedua tangan di atas ranjang. Matanya terpejam rapat sedang dahinya mengernyit."Saga?" Juni memanggil berulang kali, yang hanya dibalas dengan erangan kesakitan. Diliriknya jam dinding yang memberikan kabar bahwa waktu makan malam sudah lewat. Juni belum memberikan obat kepada Saga. Saga menggertakkan gigi dalam tidurnya. Rintihannya semakin keras. Napasnya pun terengah-engah seperti baru saja berlari puluhan kilometer."Saga ... bangunlah." Juni menepuk pelan pipi Saga, meratakan kernyitan di dahinya dengan ibu jari, kemudian mengusap wajah Saga lembut. Cara itu berhasil. Saga membuka mata, walau terlihat seperti orang yang bermimpi buruk."Kau bermimpi buruk? Tidak apa-apa, itu hanya mimpi." Juni berusaha menjaga nada suaranya tetap lembut. Berharap bisa menenangkan gelisah di hati Saga.Saga menatapnya nyala
Read more
132. Penawaran Gila Saga Atlanta
Esoknya Fras mendatangi kediaman Atlanta. Tak mengindahkan ucapan Leticia semalam. Ini masih sangat pagi. Dia berharap bisa bertemu dengan Saga Atlanta yang belum berangkat ke kantor sekaligus dengan sang kakak.Jangan-jangan Juni disekap dan diperlakukan seperti Jeni di dalam sana. Fras memejamkan mata sejenak untuk mengontrol emosi negatif dalam dirinya sebelum menguasai diri saat dua pengawal yang menjaga gerbang Atlanta menanyai identitas dan tujuannya."Saya Fras Lahendra, adik Juni Lahendra.""Sudah buat janji dengan Nyonya Besar?"Kening Fras mengerut. Memangnya dia perlu membuat janji untuk bertemu kakaknya sendiri?"Saya ingin menjenguknya, saya belum sempat menengoknya sejak dia hamil."Fras baru ingin menjenguk Juni di rumah sakit waktu itu, tapi tiba-tiba ada kabar menghilangnya Jeni sehingga membuat perhatiannya teralihkan."Saya akan mengabarkan dulu kepada Tuan dan Nyonya."Fras mengerjap. "Apa Tuan Atlanta juga
Read more
133. Muntah di Meja Makan?
Fras keluar dari ruang kerja pribadi Saga dengan wajah kalut. Menghadapi Saga Atlanta secara langsung lebih mengerikan ketimbang mendengar rumor yang disebar orang-orang.Saga Atlanta mampu menemukan titik lemahnya dan membuat dia tak bisa berkutik. Penawaran gila yang diberikan Saga sungguh tak bisa diterima oleh akal sehat Fras.Lebih tak masuk akal lagi jika mereka harus habis satu per satu di tangan lelaki itu."Aku tak mengecualikan ayahmu asal kau tahu. Dia tak jauh beda dengan ayahku, sama-sama keparat. Karena itu aku membunuh ayahku sendiri," ucap Saga sebelum Fras keluar dari ruangannya beberapa detik yang lalu. Ada senyum dalam bibir tipisnya yang membuat sekujur tubuh Fras menggigil.Fras bahkan kesulitan mengangkat kakinya sendiri. Aura Saga memang tak bisa dipungkiri. Lelaki itu mampu mendominasi pikiran lawan bicaranya dalam sekejap.Fras menjauhi ruang kerja Saga, turun ke ruang tengah untuk melihat Juni masih ada di sana. Saat melih
Read more
134. Ketegangan di Rumah Lahendra
Suasana di meja makan kediaman Lahendra sangatlah kelam. Sunyi dan menyesakkan. Tegang seperti lapisan es yang sangat tipis.Tak ada yang bersuara sedikit pun. Wajah-wajah di meja makan terlihat kalut, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing, seolah di depan mereka ada sumur dalam yang siap mengisap habis mereka.Makanan-makanan lezat dan mewah di hadapan mereka tak tersentuh. Tangan mereka memegang sendok dan garpu, tapi hanya sekadar dipegang. Fras-lah yang pertama kali mengangkat wajah dari piringnya, lalu menatap satu per satu anggota keluarganya. Mungkinkah ini jalan keluar terbaik yang diberikan oleh takdir untuk keluarga mereka?"Ayah," panggilnya, pelan dan ragu.Sandi mengangkat mata dan membalas tatapan Fras. "Ada apa?"Fras menelan ludah. Tenggorokannya terasa panas, begitu sulit untuk meloloskan suaranya. "Ayah sudah menemukan pelakunya?"Sandi menarik napas detik itu juga. Wajahnya sangat kalut dengan kantung m
Read more
135. Cumbuan Gila di Kamar Mandi
"Aku sudah sembuh. Berhenti mengecek terus." Untuk kesekian kalinya Saga berdecak saat Juni lagi-lagi memeriksa suhu tubuhnya dengan telapak tangan lalu membandingkan dengan suhunya sendiri."Masih panas. Kau harus istirahat." Juni menaikkan selimut Saga sampai ke dadanya. "Sekarang berbaringlah."Saga mendengus kesal. "Ini masih siang. Aku bahkan belum mandi!""Tidak!" Juni melotot. "Tidak boleh mandi!""Aku kegerahan. Bisa-bisa aku demam lagi.""Sabunmu menyengat. Lagi pula orang sakit tidak boleh mandi." Juni bergidik jika membayangkan bau sabun Saga. Ia bahkan mengganti sabunnya sendiri dengan sabun bayi.Saga menghela napas lelah. "Aku sudah sembuh." Saga bangkit dari tempat tidur, tapi Juni menahan lengannya. Wanita itu menggeleng dengan tatapan yang lugu."Pokoknya tidak bisa! Kau pikir siapa yang akan menyuapkan bubur dan obat ke mulutmu? Siapa yang akan menggantikan semua pakaianmu kalau kau sakit lagi? Aku juga
Read more
136. Bercumbu denganku Sepanjang Hari
Pada akhirnya Saga tetap menahan diri. Namun, intensitas cumbuannya semakin brutal. Ia memaksa Juni tinggal di kamar mandi lebih lama bersamanya. Mencium dan menjelajahi mulut Juni lebih dalam, seolah ia tak tahan sehari pun tanpa berciuman dengan sang istri."Aku punya syarat," ucapnya dengan napas putus-putus di tengah ciuman mereka."Hm?" Juni masih merasakan pusing yang amat sangat di kepalanya. Sepertinya dia sudah terlalu lama terguyur air dalam gendongan Saga. "Bercumbulah denganku sepanjang hari." Lalu menggigit bibir bawah Juni sampai wanita itu mendesah singkat.Saga memasang senyum tipis saat Juni membuka bibirnya dengan sukarela. Wanita yang berpenampilan acak-acakan dan beraroma sensual itu kehilangan fokus dan fungsi indranya sejak tadi. Saga melepaskan lumatan bibir mereka, lalu turun ke leher Juni. Menggigit kulit yang memerah itu sambil menuntut jawaban Juni."Bercumbu denganku sepanjang hari, Juni Atlanta." Saga
Read more
137. Pengorbanan yang tak Pantas
Fras merasakannya kembali. Saat pintu ruangan itu terbuka, lagi-lagi ia merasakan hawa dingin yang tajam seolah menusuknya tepat di ulu hati. Intensitas kegugupannya meningkat dan tenggorokannya menjadi kering seiring dengan langkah Saga yang mendekat ke arah sofa.Lelaki bertubuh tegak itu duduk di hadapan Fras. Lagaknya seperti raja vampir yang akan mengisap habis semua energi Fras yang sedang menunduk sambil meremas kedua tangannya."Kau pasti sudah memutuskan, Fras Lahendra." Fras merinding ketika suara dalam seperti bisikan itu mengalun rendah di tengah keremangan ruangan. Segera ia berusaha sekuat mungkin untuk mengendalikan diri dan mengangkat wajah, mencoba tuk tegar.Fras menjilat bibir sebelum membuka mulutnya. "Saya ingin menawarkan hal yang lain."Sebelah alis Saga menukik tajam, membuat nyali yang sudah susah payah dikumpulkan Fras kembali ciut. Fras menelan ludah, berharap bisa menelan jua rasa salivanya yang terama
Read more
138. Godaan Juni yang Natural
Fras Lahendra akhirnya pulang setelah Saga mengurungnya selama dua jam. Ia keluar dari ruangan Saga dengan dada kembang kempis dan napas tak beraturan.Saga menyeringai. Memangnya pengorbanan apa yang bisa dilakukan oleh orang tua yang serakah untuk anaknya? Sejauh ini Saga belum pernah melihat pengorbanan orang tua yang tulus, atau bahkan merasakannya sendiri. Ia tersenyum skeptis. Itu sangat mustahil.Saga mengusap dagunya yang tajam. "Ibu mertuaku bahkan mengorbankan anaknya untuk balas dendam. Itu sangat lucu."Hidup ini sangat memuakkan. Selama 33 tahun hidupnya, ia sudah melihat begitu banyak orang-orang kotor yang menjijikkan. Dunia ini dipenuhi dengan manusia-manusia busuk tak tahu diri.Pintu terbuka pelan, mengganggu lamunan Saga dan membuat lelaki itu memperhatikan pintu sampai sosok mungil hadir di sana.Dengan memakai kaus kebesaran hitam milik Saga dan bertelanjang kaki. Saga yakin Juni tak memakai pakaian dalam apa pun d
Read more
139. Mereka Sudah Kabur
Fras melarikan mobilnya di luar kecepatan normal. Harapannya yang patah membuat dia begitu kecewa sampai tak bisa berpikir dengan jernih."Lihat, kan? Tak ada yang datang untuk menjemputmu. Baiklah. Katakanlah mereka tidak berani datang ke sini, aku akan memberimu kesempatan untuk yang terakhir kalinya," kata Saga beberapa menit yang lalu ketika waktu dua jam yang mereka sepakati sudah hampir berakhir."Saat kau pulang nanti, jika mereka masih ada di rumah Lahendra dan menunggumu, maka aku tidak akan mengusik kalian lagi." Saga mengangkat sebelah bahunya tak acuh, terlihat sangat santai seolah sedang menonton drama picisan.Fras tak berharap banyak jika ibunya akan datang menjemputnya di rumah Atlanta, sebab ia tahu betul watak Leticia yang tidak suka bertindak secara langsung dan mengorbankan hal-hal besar. Namun, hatinya tetap berharap bahkan ketika Leticia tak sudi datang untuk membawanya dari kediaman Atlanta."Aku mohon jangan pergi," gumamnya pahit,
Read more
140. Kehancuran Lahendra
Sandi mengerahkan semua pengawalnya untuk mencari Leticia di sepanjang jalan menuju pelabuhan dan menelusuri semua sudut pelabuhan, tapi tak menemukan apa pun."Ayah tahu ibumu sedang panik dan mengambil jalan secara terburu-buru. Ayah tidak ingin penjahat itu menangkap mereka di tengah jalan. Leticia tidak membawa perlindungan apa pun." Sandi menatap jauh pemandangan pelabuhan yang sepi sambil bersandar pada kap mobilnya. Kapal-kapal besar dan kecil berjejeran di tepi laut.Sedangkan Fras tak bisa setenang sang ayah, sebab ia tahu ibunya tidak sedang mengungsi untuk sementara waktu. Ibunya kabur dan sebentar lagi riwayat keluarga mereka akan benar-benar habis."Ayah ...." Fras menelan ludah saat Sandi meliriknya. "Bagaimana kalau Ibu memang kabur dan meninggalkan kita?""Kau berlebihan, Fras. Ibumu tidak punya alasan meninggalkan kita. Ayah bisa mengatasi masalah ini. Sejak dulu keluarga kita memang punya banyak musuh, banyak orang yang ingin menghancurk
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status