Semua Bab Suami Warisan: Bab 71 - Bab 80
177 Bab
70 - Penyangkalan
SUAMI WARISAN70 – Penyangkalan Selama Narendra berada di desa, Mahesa menggantikan tugasnya menjaga Sarah yang berangsur-angsur membaik.“It’s weird, I don’t feel the urges, Sa.” ujar Sarah ketika Mahesa membantunya untuk turun dari ranjang untuk pergi ke kamar mandi.(Ini aneh, aku enggak merasa dorongan itu, Sa.)“What urges?” tanya Mahesa sambil memegangi lengan kurus Sarah.(Dorongan macam apa?)Sarah tidak menyahut, dia berjalan perlahan masuk ke kamar mandi dan menutup pintu. Di dalam kamar mandi, dia tercenung di depan cermin. Apa yang dirasakannya selama beberapa hari terakhir membuatnya tidak habis pikir.Tak ada kata-kata yang pas untuk menggambarkannya. Sarah menatap pantulan wajahnya di cermin dan terhenyak melihatnya.Dia sampai mendekat ke cermin hingga ujung hidungnya menabrak cermin dingin.Is this really me? pikirnya. Dia menangkup pipi dan
Baca selengkapnya
71 - Mawar dari Neraka
SUAMI WARISAN71 – Mawar dari Neraka “Permisi, paket untuk Pak Joko!”Agung, salah satu anak Pak Joko bergegas membukakan pintu. Seorang petugas ekspedisi berdiri di teras, dia memberi salam pada Agung dan bertanya, “Rumah Pak Joko?”“Iya.”“Ada kiriman paket dari Jakarta untuk Pak Joko.”“Oh, ya.”Petugas itu memberi kode pada temannya yang menunggu di depan rumah. Mereka meurunkan paket dari truk ekspedisi.Agung terbengong-bengong melihat dua orang itu menurunkan papan bunga ucapan, bukan hanya satu tapi lima!“Pak, maaf, ini dari mana? Kok banyak banget?” tanya Agung.“Dari Jakarta, Pak.” balas kurir, “mau ditaruh di mana?”“Oh, sebelah sini saja.” walau masih bingung, Agung terpaksa mengatur penempatan papan ucapan berukuran besar itu.Dalam sekejap, halaman rumah yang
Baca selengkapnya
72 - Karma Datang
SUAMI WARISAN72 – Karma Datang Selama hidupnya, Joko sudah biasa bergadang. Apalagi jika sedang banyak pikiran, dia bisa kuat tidak tidur dua hari dua malam.Namun, seiring dengan bertambahnya usia, kantuk selalu datang walau dia enggan memejamkan mata.Malam itu semilir angin terasa menggigit tulangnya. Persendiannya sering nyeri setiap bangun di pagi hari, maka Joko segera menutup jendela kamarnya. Tangannya terhenti ketika dia hendak menutup gorden, matanya menyipit ketika tanpa sengaja melihat seseorang di halaman.Sepertinya dia melihat ada bayangan di bawah pohon yang berada di seberang jendelanya. Joko mendekat ke jendela, namun bayangan yang dilihatnya menghilang begitu saja. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali. Ah, mata tuanya makin lama makin sering menipu dirinya.Joko mengabaikan perasaan menganggu itu dan menutup gordennya rapat-rapat. Dia berjalan menuju ranjangnya dan rebah di atas tumpukan bantal yang
Baca selengkapnya
73 - Terima Kasih
SUAMI WARISAN73 – Terima Kasih Mereka tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama di desa yang tidak ingin mereka datangi.Maka, malam itu Sarah, Rengganis dan Narendra kembali bertolak ke Jakarta.Pagi sudah menjelang ketika mereka akhirnya tiba di Jakarta. Sopir mengantarkan Rengganis dan Narendra sampai gang kontrakan Rengganis.“You enggak ada rencana untuk pindah ke apartemen gitu?” tanya Sarah sambil melongok dari jendela Alphard. Dia setengah mencibir melihat pemandangan kawasan sederhana yang ada di depan matanya.Ugh, memalukan sekali. Masa desainer andalan rumah modenya masih tinggal di gang kecil ini?!Anak-anak sekolah bagai semut keluar dari gang, mereka berpencar ke berbagai arah. Siap memulai hari.Rengganis mendengus menahan tawanya, “Belum kebeli, Bos. Mendingan kontrak aja dulu dari pada di apartemen tapi sewa juga.”Sarah bergumam, “You can use my condo
Baca selengkapnya
74 - Satu Bar Energi
SUAMI WARISAN 74 – Satu Bar Energi  “Assalamualaikum, Neng Ganiiisss ….” Sayup-sayup terdengar suara wanita dari balik pintu. Narendra menghidu aroma Rengganis lewat di dekatnya kemudian langkah-langkah kaki menuju pintu. Dia hendak bangun, namun kesadarannya belum pulih benar. Kepalanya masih berkunang-kunang dan tubuhnya lemas. Narendra memilih untuk kembali memejamkan matanya. “Waalaikum salam. Oh, Bu Entun.” Rengganis membuka pintu untuk tetangganya. Bu Entun berdiri di teras rumah bersama dengan seorang perempuan muda, “Neng, ini loh si Nita, anak ibu yang tadi ibu ceritain.” Bu Entun tersenyum bangga sembari memamerkan anak perempuan kesayangannya. Rengganis menyunggingkan senyum sambil mengulurkan tangannya, “Rengganis.” Uluran tangannya disambut oleh Nita. Rengganis menaksir perempuan ini mungkin umurnya delapan belas tahunan. Sore itu Nita memakai hot pants dan blus ngatung hingga kulit perutnya ke
Baca selengkapnya
75 - Kembali
SUAMI WARISAN75 – Kembali “Semua sudah siap, Nyai?” Narendra muncul di ambang pintu kamar Rengganis, dia tersenyum ketika melihat Rengganis sudah siap dengan koper-kopernya yang berat.“Aku enggak tau apa aja yang mesti dibawa, jadi aku bawa aja semuaya.” Rengganis mengusap tetes keringat di keningnya. Pekerjaan memilah dan mengepak barang ternyata tidak mudah.Alis Narendra terangkat, “Bawa semua pakaian?” tanyanya sambil melangkah masuk ke dalam kamar.Rengganis menggeleng, “Bukan pakaianku. Tapi semua contoh bahan yang aku punya dan yang aku bawa kemarin dari kantor. Dan ternyata satu koper ini isinya sampel kain semua, hahaha...!” dia menunjuk satu koper besar yang ada di lantai, kemudian tertawa, “ini pertama kalinya aku ambil cuti panjang bukan karena terpaksa. Ini pertama kalinya aku bisa ambil cuti tanpa mikirin kerjaan, tapi aku malah bersiap-siap liburan untuk dapa
Baca selengkapnya
76 - Pulang, Sekarang!
SUAMI WARISAN76 – Pulang, Sekarang! Rengganis segera mendorong Narendra dari atasnya dan membisikkan perintah, “Pake celana!”Terseok-seok Narendra memakai kembali celananya sementara Rengganis mencari-cari dimana gerangan celana dalamnya. Dia mengacak-acak kasurnya, mengangkat bantal dan melemparnya sembarangan. Tapi celananya lenyap begitu saja.“Neng Ganiiisss…!”Duuhhh!! Rengganis ingin memaki namun tidak bisa. Erangan kesal yang tertahan akhirnya lepas dari mulutnya.“Nyai…!”Rengganis menoleh.Plakk!Celana dalamnya mendarat dengan mulut di wajahnya. Berengsek…! Rengganis menangkapnya sekaligus melemparkan tatapan membunuh pada Narendra.“Maaf ….” Narendra meringis, niat baiknya mencarikan celana milik Rengganis malah berbuah pelototan sebal dari perempuan itu.Huh! Rengganis memakai celana sembari memplot
Baca selengkapnya
77 - Di Bawah Tirai Hujan
SUAMI WARISAN77 – Di Bawah Tirai Hujan “Sumpah, beneran. Abis liburan di gunung, aku mau langsung pindah ke apartemen yang ditawarin sama Sarah!”Rengganis menggerutu panjang-pendek sembari menyeret kopernya yang berat menyusuri gang sempit yang tumbenan malam itu sepi.Di belakangnya Narendra mengekor tanpa bicara apa-apa, di kedua tangannya penuh dengan tas-tas Rengganis yang entah-apa isinya kok berat banget.“Naren, kamu parkir mobilnya di mana?” tanyanya setengah ketus, ketika mereka berdiri di depan gang. Rengganis celingukan mencari keberadaan mobil Narendra yang dititip pada Tukang Parkir selama dia berada di Jawa.“Di lapangan sana, Nyai.” Narendra menunjuk dengan dagunya karena kedua tangannya penuh dengan barang bawaaan.Rengganis kembali menarik kopernya yang berat menuju lapangan yang tidak jauh dari gang. Di sana terparkir beberapa mobil milik warga, salah satunya
Baca selengkapnya
78 -Tercipta Untuknya
SUAMI WARISAN78 – Tercipta Untuknya Selama beberapa saat, mereka berdua duduk berdiam diri.Suara hujan menggantikan suara yang ada di kabin. Radio sudah tidak menerima sinyal, hanya bunyi gemerisik yang menganggu keluar dari sound speaker. Rengganis mematikan radio dan kembali cemberut.Moodnya berantakan.Rasanya dia ingin keluar dan menjerit keras-keras. Memaki-maki, mengeluarkan emosinya yang terpendam.Narendra melirik Rengganis, perempuan yang duduk disampingnya itu bagaikan gunung yang hendak erupsi. Menggelegak dalam sunyi, namun sebentar lagi pasti lavanya menyembur bersamaan dengan awan panas makian dan lelehan jeritan.Namun, sebagai lelaki jantan, Narendra tidak bisa membiarkan Rengganis tenggelam dalam emosi negatifnya, semuanya harus dilepaskan. Agar tidak mengganjal dan jadi penyakit.“Nyai.” Narendra memutar tubuhnya menghadap Rengganis dan mengulurkan tangannya, menyibakkan tira
Baca selengkapnya
79 - Tidak Ingin Berhenti
SUAMI WARISAN 79 – Tidak Ingin Berhenti   Rengganis sudah menyerahkan tubuhnya untuk Narendra. Begitu juga dengan Narendra, dia melakukan apa saja untuk Rengganis. Tidak hanya menikmati tubuh perempuan itu, namun juga memberikan kenikmatan untuknya. Seimbang. Tak ada yang merasa dieksploitasi. Tak ada yang merasa dimanfaatkan. Ini pengejawantahan kalimat ‘suka sama suka’ Semalaman, selama hujan turun membasahi bumi, Narendra dan Rengganis menikmati tubuh masing-masing dalam mobil. Ruang yang terbatas membuat mereka berpikir kreatif, setiap posisi berganti dengan cermat. Panas tubuh keduanya membuat pengap kendaraan, namun mereka tidak bisa berhenti. Tidak mau berhenti. Tubuh mereka saling melekat, tidak pernah lama merasakan jeda. Narendra tidak suka berada lama-lama di luar Rengganis dan Rengganis tidak ingin ditinggalkan oleh Narendra. Dia merasa penuh, merasa dicintai, merasa diha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
18
DMCA.com Protection Status