SUAMI WARISAN
75 – Kembali
“Semua sudah siap, Nyai?” Narendra muncul di ambang pintu kamar Rengganis, dia tersenyum ketika melihat Rengganis sudah siap dengan koper-kopernya yang berat.
“Aku enggak tau apa aja yang mesti dibawa, jadi aku bawa aja semuaya.” Rengganis mengusap tetes keringat di keningnya. Pekerjaan memilah dan mengepak barang ternyata tidak mudah.
Alis Narendra terangkat, “Bawa semua pakaian?” tanyanya sambil melangkah masuk ke dalam kamar.
Rengganis menggeleng, “Bukan pakaianku. Tapi semua contoh bahan yang aku punya dan yang aku bawa kemarin dari kantor. Dan ternyata satu koper ini isinya sampel kain semua, hahaha...!” dia menunjuk satu koper besar yang ada di lantai, kemudian tertawa, “ini pertama kalinya aku ambil cuti panjang bukan karena terpaksa. Ini pertama kalinya aku bisa ambil cuti tanpa mikirin kerjaan, tapi aku malah bersiap-siap liburan untuk dapa
SUAMI WARISAN76 – Pulang, Sekarang!Rengganis segera mendorong Narendra dari atasnya dan membisikkan perintah, “Pake celana!”Terseok-seok Narendra memakai kembali celananya sementara Rengganis mencari-cari dimana gerangan celana dalamnya. Dia mengacak-acak kasurnya, mengangkat bantal dan melemparnya sembarangan. Tapi celananya lenyap begitu saja.“Neng Ganiiisss…!”Duuhhh!! Rengganis ingin memaki namun tidak bisa. Erangan kesal yang tertahan akhirnya lepas dari mulutnya.“Nyai…!”Rengganis menoleh.Plakk!Celana dalamnya mendarat dengan mulut di wajahnya. Berengsek…! Rengganis menangkapnya sekaligus melemparkan tatapan membunuh pada Narendra.“Maaf ….” Narendra meringis, niat baiknya mencarikan celana milik Rengganis malah berbuah pelototan sebal dari perempuan itu.Huh! Rengganis memakai celana sembari memplot
SUAMI WARISAN77 – Di Bawah Tirai Hujan“Sumpah, beneran. Abis liburan di gunung, aku mau langsung pindah ke apartemen yang ditawarin sama Sarah!”Rengganis menggerutu panjang-pendek sembari menyeret kopernya yang berat menyusuri gang sempit yang tumbenan malam itu sepi.Di belakangnya Narendra mengekor tanpa bicara apa-apa, di kedua tangannya penuh dengan tas-tas Rengganis yang entah-apa isinya kok berat banget.“Naren, kamu parkir mobilnya di mana?” tanyanya setengah ketus, ketika mereka berdiri di depan gang. Rengganis celingukan mencari keberadaan mobil Narendra yang dititip pada Tukang Parkir selama dia berada di Jawa.“Di lapangan sana, Nyai.” Narendra menunjuk dengan dagunya karena kedua tangannya penuh dengan barang bawaaan.Rengganis kembali menarik kopernya yang berat menuju lapangan yang tidak jauh dari gang. Di sana terparkir beberapa mobil milik warga, salah satunya
SUAMI WARISAN78 – Tercipta UntuknyaSelama beberapa saat, mereka berdua duduk berdiam diri.Suara hujan menggantikan suara yang ada di kabin. Radio sudah tidak menerima sinyal, hanya bunyi gemerisik yang menganggu keluar dari sound speaker. Rengganis mematikan radio dan kembali cemberut.Moodnya berantakan.Rasanya dia ingin keluar dan menjerit keras-keras. Memaki-maki, mengeluarkan emosinya yang terpendam.Narendra melirik Rengganis, perempuan yang duduk disampingnya itu bagaikan gunung yang hendak erupsi. Menggelegak dalam sunyi, namun sebentar lagi pasti lavanya menyembur bersamaan dengan awan panas makian dan lelehan jeritan.Namun, sebagai lelaki jantan, Narendra tidak bisa membiarkan Rengganis tenggelam dalam emosi negatifnya, semuanya harus dilepaskan. Agar tidak mengganjal dan jadi penyakit.“Nyai.” Narendra memutar tubuhnya menghadap Rengganis dan mengulurkan tangannya, menyibakkan tira
SUAMI WARISAN 79 – Tidak Ingin Berhenti Rengganis sudah menyerahkan tubuhnya untuk Narendra. Begitu juga dengan Narendra, dia melakukan apa saja untuk Rengganis. Tidak hanya menikmati tubuh perempuan itu, namun juga memberikan kenikmatan untuknya. Seimbang. Tak ada yang merasa dieksploitasi. Tak ada yang merasa dimanfaatkan. Ini pengejawantahan kalimat ‘suka sama suka’ Semalaman, selama hujan turun membasahi bumi, Narendra dan Rengganis menikmati tubuh masing-masing dalam mobil. Ruang yang terbatas membuat mereka berpikir kreatif, setiap posisi berganti dengan cermat. Panas tubuh keduanya membuat pengap kendaraan, namun mereka tidak bisa berhenti. Tidak mau berhenti. Tubuh mereka saling melekat, tidak pernah lama merasakan jeda. Narendra tidak suka berada lama-lama di luar Rengganis dan Rengganis tidak ingin ditinggalkan oleh Narendra. Dia merasa penuh, merasa dicintai, merasa diha
SUAMI WARISAN80 – Masa TerbaikNarendra dan Rengganis cukup lama duduk di atas batu di pinggir sungai. Suara air yang mengalir terdengar menenangkan. Jika saja tidak ada panggilan perut keroncongan, mungkin mereka akan menghabiskan waktu seharian di sana.“Lain kali kita piknik di sini ya, Naren?” pinta Rengganis sambil menunduk memerhatikan langkahnya yang meniti batu demi batu agar tidak terpeleset dan jatuh ke sungai yang airnya cukup deras.Untung saja ada tangan Narendra yang kuat memeganginya, lelaki itu menyahut, “Ya, boleh.”Sepertinya Rengganis sudah mulai mengapresiasi alam di sekitarnya. Pikirannya tidak lagi penuh dengan tanggung jawab pekerjaan dan obsesinya. Sejak membuka mata, Narendra hanya menghitung satu kali Rengganis berpikir mengenai pekerjaannya, itu juga soal pola yang tiba-tiba saja muncul di benaknya gara-gara melihat bunga liar yang tumbuh di pinggir sungai, sisanya Rengganis si
SUAMI WARISAN81 – Senyum Sendu“Hey, how are you, Honey?”Sapaan dari lelaki tampan di seberang telepon membuat Rengganis tersipu malu. Dia membalas pelan, “I’m good. Kamu gimana kabarnya, Mahesa?”Tangannya sibuk mencabuti rumput-rumput liar yang berada di sekitarnya. Rengganis memegang ponsel di tangan kirinya sementara dia duduk di pinggir danau beralaskan tikar tipis. Di sekitarnya ada sebuah buku sketsa dan pensil-pensil warna yang berserakan.Dia sedang menggambar pemandangan yang cantik sore ini ketika ponselnya yang akhirnya mendapatkan sinyal, menerima panggilan dari nomor Mahesa.“Lelah, capek, lemah, letih, lesu,” balas Mahesa yang diiringi tawa dari Rengganis.“Segitu capeknya?”“Yes,” balas Mahesa, suaranya memang terdengar lelah, “kemarin aku baru tiba di Jakarta and guess what? I’m having jetla
SUAMI WARISAN82 – Mengarungi WaktuNarendra tidak mendengarkan teriakan Rengganis.Tubuhnya terbang sesaat kemudian meluncur ke dalam air. Menyelam hingga ke dasar. Pemandangan di dalam dan luar danau sungguh berbeda.Berkas cahaya menembus permukaan air, mempercantik ekosistem dalam danau. Namun cahaya itu tidak sampai dasar danau, Narendra menyelam semakin dalam. Ikan-ikan bergerak menghindar darinya.Gelembung-gelembung air tercipta dari hidungnya, kemampuannya bernapas dalam air cukup diacungi jempol, diimbangi oleh kecepatannya berenang, dalam beberapa detik, dia sudah berada di palung terdalam danau.Tubuhnya meliuk, menghindari sebuah karang kemudian meluncur mulus ke sebuah gua yang gelap. Dia sudah hapal setiap sudut danau hingga tidak masalah dengan minimnya cahaya. Sebuah gerakan berkelebat di sekitarnya, bukan gerakan ikan, Narendra berbalik dan berhadapan dengan sesosok mahluk.Dia mengangkat alisnya
SUAMI WARISAN83 – Kaum RomantisRengganis sudah menunggu di pinggir danau selama kurang lebih satu jam, namun tidak ada tanda-tanda Narendra muncul dari danau.Jantungnya sebentar lagi kolaps saking khawatirnya. Dia mondar-mandir di sepanjang sisi danau, tangannya memeluk bahunya dengan posisi menyilang. Langkah-langkah kakinya berkecipak menginjak tanah yang basah.Matahari mulai tenggelam, namun Rengganis enggan beranjak dari sana.Suaranya sudah serak, hampir habis memanggil nama Narendra. Namun si Patih oncom itu tak kunjung menyahut. Muncul ke permukaan saja tidak.Rengganis bersumpah, jika Narendra muncul, dia akan menenggelamkannya lagi!Sekalian saja enggak usah muncul lagi, Berengsek!“NAREN!” serunya lagi, urat-urat di lehernya sampai bermunculan. Tenggorokannya sakit kebanyakan berteriak, dia juga haus.“NARENDRAAAA…!”Suaranya bergema, diiringi oleh k