Lahat ng Kabanata ng Yes! I'm Casanova: Kabanata 21 - Kabanata 30
48 Kabanata
YIC-21. Unknown Man
Axton menelan ludah. Kejadian semalam masih belum hilang dari pikirannya dan kini, nama Camp Militer kembali di sebut. Praktis, membuat jantungnya semakin berdebar tak karuan."Setelah lulus. Setelah lulus sekolah aku akan pergi ke sana. Aku berjanji," jawabnya gugup dan sesekali mencuri-curi pandang ke orang-orang yang berdiri di sekitarnya.Kimberly dan semua orang di ruangan tersebut mengangguk pelan. Mereka tak sabar melihat Axton menepati janjinya.Usai sarapan dan membersihkan diri, Axton mendatangi Gerry yang terluka terkena tembakan. Kimberly menemani kekasihnya yang terlihat pucat karena menerima banyak luka tembak di tubuhnya."Em, Kim. Bisa bicara sebentar?" tanya Axton sungkan dan Kimberly mengangguk.Gerry tersenyum pada Axton dan remaja tampan itu meringis karena merasa tak enak hati bicara pada kekasih asisten kakeknya."Ada apa?" tanya Kimberly penasaran yang sudah berdiri di hadapannya."Apa yang sebenarnya t
Magbasa pa
YIC-22. Mister
Axton merasakan aura dari pria dewasa di depannya ini cukup membuat kulitnya merinding dan berkerut. Pria itu memegang pundak Axton erat dan mendorongnya masuk ke dalam rumahnya melewati koleksi hewan-hewan yang telah diawetkan olehnya. Mata Axton sibuk melihat sekitar di mana tak pernah sebelumnya, ia berkunjung ke sebuah rumah seperti kediaman pria tak dikenalnya ini. Tiba-tiba, Axton menghentikan langkah dan pria berhidung lancip itu terkejut. "Wait, wait. Karena aku akan tinggal di sini cukup lama dan mau tak mau kau akan menjadi teman ngobrolku sampai masa pelatihan usai, kita harus berkenalan," ucap Axton melepaskan dekapan pria berambut cokelat tersebut dan menjaga jarak dengannya. "Hem, oke. Aku sudah mengenalmu, tapi kau tak mengenalku. Giamoco dan orang-orangnya memanggilku Mister," jawabnya santai dengan senyum tipis dan bertolak pinggang. "Mister?" tanya Axton memperjelas. Lelaki yang mengaku bernama Mister mengangguk pela
Magbasa pa
YIC-23. A Book
Hari demi hari Axton lalui bersama Mister untuk berlatih agar menjadi seorang mafia tangguh. Sudah menjadi takdir bagi remaja itu karena ia adalah penerus kursi Giamoco kelak. Akhir musim dingin, Axton mendapatkan kabar dari Jeff jika Erik Benedict memutuskan untuk ikut ke Camp Militer yang berada di China. Camp Militer adalah sebuah tempat pelatihan yang diperuntukkan bagi seluruh mafia dalam jajaran 13 Demon Heads. Para instrukturnya pun orang-orang jebolan dari militer di seluruh dunia. Mereka berkumpul dan melatih para mafia dengan satu tujuan, menghancurkan pemerintahan dunia, tapi dengan cara yang apik dan elegant, bukan seperti penjahat kelas teri di jalanan. Kinerja mereka terstruktur, ahli dalam penyamaran seperti agent rahasia, hebat dalam bertarung, menggunakan segala jenis senjata, mengoperasikan kendaraan tempur militer yang pernah diciptakan oleh manusia, termasuk teknologi satelit mencakup pe
Magbasa pa
YIC-24. He Got Caught
"AXTON!!"SWOOSHH!! BLUARRR!!Ledakan hebat langsung meruntuhkan tembok di sisi sebelah timur bangunan yang terbuat dari kombinasi kayu dan batu. Tubuh Mister terpental akibat gelombang ledakan.Pandangan Mister kabur dan telinganya berdengung karena suara yang memekakkan telinga tersebut. Ia melihat dalam samar saat beberapa langkah kaki bersepatu boots sedang berlari dalam kumpulan, mendatangi rumahnya dari lubang besar yang dibuat oleh misil militer."Hah, A-Axton," panggil Mister lirih berusaha bangun dengan susah payah."Get him!" perintah seorang lelaki berseragam hitam menunjuk Mister yang sedang berusaha untuk bangkit.Mister terkejut saat kedua tangannya dipegangi erat oleh dua pria berseragam militer hingga membuatnya berdiri. Mister merasa, dirinya seperti akan dibawa ke sebuah tempat. Ia melihat sebuah borgol akan dipasangkan di pergelangan tangannya.DUAK!"Arghh!" rintih salah s
Magbasa pa
YIC-25. Saved
Hati Axton yang diliputi kesedihan hanya bisa menerima nasib selama ia mengurung diri di dalam ruang bawah tanah berukuran 3x3 tersebut. Ia membuka buku peninggalan dari Mister meski ruangan gelap tak bisa membantunya banyak. "Apa dia akan baik-baik saja? Aku sungguh tidak berguna. Aku membiarkan Mister ditangkap oleh orang-orang itu," ucap Axton terlihat sedih dan kembali menangis. Axton yang terlarut dalam kesedihan, sampai tak menyadari jika ada beberapa langkah kaki di atas gudang menuju ke palka lapis besi yang melindunginya. NGEKK! "Aku menemukannya! Tuan Muda di sini!" teriak seorang laki-laki yang membuat mata Axton melebar seketika. Kepalanya mendongak, tapi tak bisa melihat dengan jelas sosok pria itu karena silau matahari mengaburkan pandangannya. "Tuan Muda, ini kami! Berikan tanganmu, keadaan sudah aman, kau akan baik-baik saja," panggil Jeff mengulurkan tangan. Axton segera memasukkan buku peninggalan Mister ke s
Magbasa pa
YIC-26. Deal?
Keesokan harinya, Giamoco meminta agar Axton segera diterbangkan kembali ke Boston. Axton yang merasa jika pilihan kakeknya tepat segera bersiap.Gin mengawal Axton bersama para bodyguard Giamoco lainnya menggunakan helikopter. Gerry dan Kimberly ikut serta mengingat salah satu asisten kepercayaan Giamoco itu masih masa penyembuhan.Boston, Amerika Serikat, sore hari setelah kurang lebih 5 jam penerbangan."Ayah!" panggil Axton gembira saat melihat Leighton sudah berdiri menyambutnya dengan senyum tipis di teras mansion."Oh, syukurlah kau baik-baik saja. Ayah sangat cemas," ucap Leighton memeluk anak semata wayangnya dengan erat."Sangat mengerikan, Ayah," jawab Axton sembari melepaskan pelukan."Masuklah, kita bicara di dalam," ajak Leighton dan diangguki oleh Axton.Leighton melihat Axton terlihat lebih kuat dari otot-otot di tubuhnya saat ia memeluknya tadi. Pria bertubuh tinggi besar itu memandangi gerak
Magbasa pa
YIC-27. Spring
Waktu liburan Axton sebelum masuk sekolah tinggal satu bulan lagi. Ia manfaatkan bersama sang Ayah untuk mengenal lebih jauh dunia mafia dalam jajaran Giamoco.Axton begitu bersemangat karena sudah lama sekali ia tak menghabiskan waktu bersama Ayahnya. Ia tak ingin melewatkan momen ini meskipun hal itu mengenai dunia mafia."Semua orang mengenal Ayah sebagai pebisnis. Namun, semua bisnis legal yang Ayah lakukan untuk menutupi kejahatan kakekmu yang menjabat sebagai anggota Dewan 13 Demon Heads. Orang-orang tahunya kakekmu pensiun dari dunia bisnis dan menikmati masa tuanya. Yah, alasannya cukup bagus dan bisa diterima orang-orang bodoh di luar sana, tapi tidak bagi penganut dunia hitam," ucap Leighton serius sembari menoleh ke jendela mobil dari tempatnya duduk."Apa Ayah trauma dengan kejadian waktu itu hingga membuatmu terluka cukup parah?" tanya Axton yang menyadari gerak-gerik sang Ayah sejak mereka masuk ke mobil."Ya. Ayah kini makin waspad
Magbasa pa
YIC-28. Iceland
Axton terlihat kagum dengan aktifitas di Markas tersembunyi tersebut. Ruangan besar seluas 150 meter yang berada di bawah kediaman Snow, digunakan sebagai pusat komunikasi, pengamatan dan eksekusi dalam jajaran. Banyak komputer dan pelengkapan komunikasi di sana. "Jadi ... Guest Host. Apakah ... itu hanya kedok saja?" tanya Axton curiga. "Kau pintar dan pengamatanmu bagus, Axton. Nah, kau lihat ada banyak monitor di atas meja? Itu adalah tampilan dari kamera pengawas yang dipasang oleh ayahku di tempat-tempat dalam cakupan kekuasaannya. Sayangnya, jarak dari tempat-tempat itu cukup jauh jika harus menghubungkan dengan kabel, bisa berkilo-kilo meter jauhnya. Selama ini, kami menumpang dari satelit milik Theresia, tapi kau tahu, ongkosnya sangat mahal. Ayahku sedang mengusahakan untuk memiliki satelit pribadi, tapi kakekmu menolaknya. Katanya, jika Giamoco tiba-tiba memiliki satelit dari sebuah usaha, hal itu akan membuat Pemerintah curiga termasuk para Dewan,
Magbasa pa
YIC-29. Spontaneous
Keesokan harinya, usai sarapan. Axton dan Bardi sudah siap untuk berkendara. Leighton dan Snow tak bisa menahan anak lelaki mereka yang beranjak dewasa untuk bertualang. "Gin," panggil Leighton dan wanita cantik itu mengangguk paham. "Tugas hari ini akan sangat melelahkan," ucapnya sembari mengambil helm melewati anak buah Snow yang akan mendampinginya mengawasi dua pemuda tersebut. Hawa dingin Islandia tak menyurutkan semangat Axton dan Bardi untuk menjelajah kota-kota di Negara tersebut. Snow meminta anak buahnya untuk mengawasi pergerakan Bardi dan Axton dari kamera pengawas. Sepanjang perjalanan, terlihat dua pemuda itu begitu gembira bisa melaju motor sport di jalanan aspal Islandia. Bardi menunjukkan beberapa tempat yang masuk dalam kawasan kekuasaan ayahnya, Snow. Hingga siang itu, Bardi mengajak Axton singgah ke sebuah Dermaga setelah lelah berkeliling. "Semua nelayan di sini membayar pajak pada ayahku dan nantinya dise
Magbasa pa
YIC-30. Infiltrate
Bardi mengendarai motornya kencang menuju ke rumahnya. Anak buah Snow yang berjaga di luar gerbang dibuat keheranan, karena Bardi kembali seorang diri karena tak bersama Axton dan lainnya. "Anda tak apa, Tuan muda?" tanya salah seorang penjaga. "Hah, apa panggilanku dari radio tak sampai ke Pusat Komando? Katakan jika Axton dan Gin masuk ke markas Big Daddy! Aku harus segera kembali ke sana untuk memastikan jika Axton baik-baik saja," jawabnya dengan nafas tersengal. Tentu saja semua orang yang berjaga di gerbang terluar terkejut. Salah seorang diantara mereka segera menginformasikan hal ini dari panggilan radio. Saat Bardi siap untuk pergi, Snow dan Leighton berlari mendatanginya berwajah panik. Bardi ikut gugup. "Apa yang Axton lakukan di tempat itu? Apa kau tak memperingatkannya?" tanya Snow melotot lebar. "Sudah, Ayah! Axton sepertinya tak sadar saat ia memasuki wilayah itu. Terakhir aku melihatnya, ia malah seperti mengagumi gerba
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status