All Chapters of Yes! I'm Casanova: Chapter 11 - Chapter 20
48 Chapters
YIC-11. Christmas Tragedy
Malam natal terasa begitu hangat bagi Axton yang selama ini berselisih dengan sang ayah semenjak kepergian Iva, sang ibu untuk selama-lamanya.Axton menghabiskan natal bersama kakek dan ayahnya, menyusuri kota Boston dengan membeli banyak barang untuk kesenangan mereka pribadi.Hingga akhirnya, mereka dalam perjalanan pulang ke rumah setelah udara dingin di malam yang larut mulai mengusik. Axton tertidur lelap di paha sang ayah."Dia terlihat senang sekali malam ini, Leighton," ucap Giamoco tersenyum saat melihat cucunya tidur dengan mantel barunya."Ya. Aku merindukan pelukan dan senyumannya saat bersamaku, Ayah. Aku tak menyangka, jika Axton bisa menerimaku lagi. Aku rasa, sudah cukup bagiku untuk mencari wanita pengganti Iva. Axton prioritasku," jawab Leighton sembari mengelus lembut kepala sang anak dengan senyum terkembang.Giamoco ikut tersenyum dan bernafas lega. Namun, saat mobil melaju di persimpangan jalan di mana jalanan sudah sepi, tiba
Read more
YIC-12. Worried
Pagi itu. Kediaman Giamoco, Boston, Amerika. Mereka bicara dalam bahasa Inggris. "Tuan Muda, Tuan Muda," panggil seorang lelaki. "Emph. Oh, hai, Jeff," jawab Axton mulai terbangun dari tidurnya. Jefferson. Tiga dari salah satu asisten kepercayaan Giamoco, sedang berjongkok di samping Axton. Axton terlihat masih mengantuk. Namun, ia mulai membuka kelopak matanya perlahan hingga terlihatlah warna hitam kecokelatan pada pupil matanya. Jeff tersenyum. "Good morning, Sir. Ayo, kita sarapan. Di luar sangat dingin dan Anda malah tidur di lantai," ucap Jeff ramah sembari memegangi lengan Tuan mudanya yang perlahan duduk meski matanya masih sayu. Jeff membantu Axton melepaskan mantel baru yang dipakainya, kado natal pemberian sang kakek. Jeff melipatnya dan meletakkan mantel tebal warna biru tua terang di samping Tuan mudanya. Namun, saat Axton mulai berdiri dan siap melangkah, ia memeg
Read more
YIC-13. Acting
Axton  terlihat tegang. Namun tiba-tiba, ia malah menghadap dua Asisten kakeknya dengan senyum terkembang. "Aku bisa melewati polisi-polisi itu. Kalian bisa gunakan peluang untuk mengevakuasi kakek," ucapnya dengan mata berbinar. "What? Jangan gegabah, Tuan Axton. Itu berbahaya," jawab Paul dengan suara tertahan. "Di mana kamar kakek? Nomor berapa? Lalu kamar ayah?" tanya Axton serius dan pada akhirnya, Paul memberitahukannya. Axton langsung keluar dari balik dinding dan berjalan di koridor. Jeff dan Paul terkejut karena Tuan muda mereka nekat menerobos. Axton melihat dua polisi seperti mencari sesuatu di tiap pintu yang mereka sambangi. Axton melihat, dua pintu lagi, ruangan tempat kakeknya berada akan di buka. Axton berjalan perlahan terlihat gugup meski ia berusaha untuk tetap tenang. Hingga akhirnya .... "Pak polisi! Hei! Can you help me, please?" panggil Axton dengan lantang. Dua polisi itupu
Read more
YIC-14. Special Gift
Axton terlihat bahagia bisa mengelabuhi dua polisi tersebut termasuk Serena dan Jeff. Axton begitu lengket dengan Serena selama perjalanan pulang ke kediaman Giamoco.Sesampainya di mansion, Axton terkejut karena tak mendapati sang kakek yang menurut informasi berhasil di selamatkan oleh Paul dan lainnya."Kakek ada di mana, Jeff?" tanya Axton cemas."Pulau pribadi. Beliau akan baik-baik saja. Anda akan menyusul begitu tuan Leighton pulang nanti. Sebaiknya, Anda tetap berada di mansion terlebih dahulu," jawab Jeff dengan senyuman.Axton mengangguk pelan."Di luar salju lebat. Bisakah aku nanti diantarkan pulang? Tadi aku ke rumah sakit untuk cek darah, tapi ... besok saja," ucap Serena meringis."Kau menginap saja. Telepon orang tuamu dari rumahku. Mereka pasti mengizinkan," sahut Axton dengan senyum terkembang dan Serena mengangguk.Jeff terpaku karena ia seperti tak dilibatkan dalam pembicaraan ini. Axton menggandeng Serena ke ruang
Read more
YIC-15. Satisfied
Dengan sigap, Axton langsung merobohkan tubuh sang kekasih dan membaringkannya perlahan di atas ranjang.Serena terlihat malu saat Axton menciumi tubuhnya dengan kecupan lembut dan kini lidah nakalnya telah bersemayam di area sensitifnya.Serena mulai menyuarakan desahannya dan menggeliat, mencoba menahan sensasi penuh gairah dalam dirinya.Axton teringat akan petuah dari para pelacur yang ia temui ketika di kediaman Theresia, Krasnodar, Rusia."Wanita itu suka disanjung, Axton. Pujilah aku, katakan hal-hal indah tentangku," ucap salah seorang wanita berambut pirang sembari mengelus rambut belakang Axton dengan senyum menggoda."Emph, milikmu enak sekali, Serena. Aku suka rintihan dan desahanmu. Kita bisa melakukannya semalaman," ucap Axton menjajal kemampuan memujinya sembari menciumi segitiga bermuda Serena yang mulai basah karena aksi liarnya.Serena tak menjawab dan terus menggeliat. Serena terlihat tak kuasa menahan gejolak dal
Read more
YIC-16. Giamoco Island
Keesokan harinya. Serena membuka matanya yang masih terasa lelah. Ia terkejut ketika menyadari tubuhnya tak terbalut kain dan tidur di ranjang entah milik siapa. Serena shock seketika dan segera menarik selimut untuk menutupi tubuhnya."Hey, good moring, Sweet heart. Bersiaplah, Gerry sudah menunggumu di bawah untuk mengantarkanmu pulang karena orang tuamu cemas. Sepertinya, mereka tidak begitu suka padaku. Aku sempat bicara dengan mereka tadi pagi," sapa Axton yang diakhiri bibir mengerucut di akhir kalimatnya.Serena terlihat bingung. Ia memegangi kepalanya dan melihat di cermin, samping ranjang Axton jika rambutnya berantakan dan matanya silau karena matahari pagi di mana cuaca cukup terang di hari yang masih di selimuti salju."Oh, oke," jawab Serena terlihat masih belum sadar betul untuk memulai hari.Axton terkekeh karena baginya, Serena sungguh menggemaskan. Serena adalah kekasih pertama Axton di bangku Senior High School.
Read more
YIC-17. Dark Side
Axton duduk bersama sang Kakek, Paul dan Gerry di ruang makan, untuk membahas strategi merekrut pasukan."Nama pasukan kita harus keren, Grand Pa. Hem, diberi nama apa ya?" ucap Axton antusias, sudah berandai-andai dengan pasukan bentukannya nanti."Ya. Kau saja yang beri nama, tapi tetap, Grand Pa yang nantinya memutuskan nama tersebut cocok atau tidak. Nah, sebaiknya kau tidur. Ini sudah malam. Esok kau bangun pagi dan mulai bergerak bersama orang-orang kepercayaan Grand Pa," jawab Giamoco menatap cucunya dengan senyuman."Yes, Grand Pa!" jawabnya riang dan segera beranjak dari dudukkannya.Axton memeluk Kakeknya erat terlihat begitu menyayanginya. Giamoco tersenyum.Hatinya merasa bahagia, melihat senyum cucu semata wayangnya yang selalu terpancar dari wajah tampannya setiap hari."Ia seperti Iva. Selalu tersenyum dan membawa keceriaan. Aku sangat menyesal, Iva. Membiarkan Leighton berbuat seenaknya pad
Read more
YIC-18. Dance
Axton sudah mengumpulkan semangat dan memantabkan jiwanya untuk menjadi seorang mafia demi sebuah nama. Gerry dan Paul memanfaatkan hal itu.Akhirnya, mobil berhenti di sebuah klub malam yang terlihat ramai oleh para pengunjung. Tiga buah mobil dari kubu Axton parkir di pinggir jalan.Axton terlihat gugup, tapi ia melihat orang-orang kakeknya begitu siap dalam menjalankan misi. Axton merapatkan mantel bulu dan berdiri di apit oleh Paul serta Gerry di kanan kirinya."Berpencar. Temui kami di bar itu," ucap Paul dan para pria yang mengenakan mantel hitam mengangguk paham.Axton melihat sekitar sepuluh orang bergerak menuju ke gang-gang gelap di sekitar kawasan tersebut. Axton terlihat bingung karena ia tak ikut berpencar seperti yang lainnya."Apa yang akan kita lakukan? Kenapa kita tak ikut mencari?" tanya Axton dengan kepulan asap keluar dari mulut karena udara dingin mulai mengusik tubuhnya meski sudah terbungkus mantel tebal."Kita bagian
Read more
YIC-19. Learn
Axton terlihat serius bagaikan ikut kursus les tari. Ia menari cukup lincah dengan hentakan kaki yang kuat, disertai tepuk tangan, mengikuti gaya menari seorang pria asal Spanyol yang mengajarinya.Senyum Kimberly merekah selama menari dengan Axton, begitupula remaja tampan itu. Aksi Axton menjadi tontonan seru para pengunjung kelas VVIP di ruangan tersebut.Tak terasa, sudah satu jam Axton menari. Hingga akhirnya, pintu ruangan kelas elite tersebut dibuka oleh seorang pria dari kelompok Gerry.Asisten Giamoco tersebut langsung memberikan kode dengan jari tengah dan telunjuknya, seperti meminta pria berambut pirang tersebut masuk ke dalam.Pria tersebut berbisik dan Gerry mengangguk. Gerry meneruskan informasi kepada Paul dan asisten Giamoco tersebut ikut mengangguk dengan wajah serius.Tiba-tiba, Gerry dan lainnya berdiri seperti bersiap pergi. Axton melihatnya."Hei! Kalian mau kemana?" tanya Axton bingung dan menghentikan tariannya seketi
Read more
YIC-20. GIN
Axton mengikuti Bob yang memegangi lengannya karena terkena luka tembak. Axton cemas akan keadaan Bob karena darah yang merembes di balik kemejanya cukup banyak."Bob! Sebaiknya kita obati dulu lukamu. Aku miris melihatnya," pinta Axton memegang tangan Bob yang memegang botol sebagai senjata pelindungnya.Bob tersenyum. "Hanya luka seperti ini tak akan membunuhku, Axton. Kita sebentar lagi sampai ke pintu keluar. Di sana, akan ada seseorang yang akan mengevakuasimu. Namanya Gin. Dia bisa membawamu keluar dari sini dengan selamat sampai kau nanti dipertemukan dengan kakekmu, Giamoco," jawab Bob tetap terlihat untuk tetap tenang, meski Axton tahu jika Bob kesakitan karena luka di lengannya."Ayo cepat dan tetap waspada," ajak Bob dan Axton mengangguk dengan pistol dalam genggaman.Axton dan Bob berlari menelusuri koridor bercahaya remang dengan banyak tumpukan kotak kayu berisi jerami entah apa di dalamnya.Hingga akhirnya, mereka tiba di sebuah pint
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status