All Chapters of Yes! I'm Casanova: Chapter 31 - Chapter 40
48 Chapters
YIC-31. Meet Him
Axton dan Gin terlihat kebingungan saat mencari tempat untuk bersembunyi. Axton melihat sebuah patung mannequin dan mengajak Gin untuk melakukan apa yang ia perintahkan.BRAKK!!Sekelompok pria terlihat begitu siap dengan pistol dan senapan laras panjang dalam genggaman. Mereka mengarahkan moncong senjata ke segala sudut ruangan untuk mencari keberadaan orang yang menyusup ke Markas Big Daddy.Gin dan Axton menyamar menjadi patung dengan pakaian militer yang sama, seperti para penyerang di kediaman Mister beberapa waktu yang lalu.Axton bergaya begitu meyakinkan. Tak bergerak, memakai kacamata hitam dan senapan laras panjang dalam genggaman. Gin ikut melakukan pose yang sama meski tubuhnya lebih tinggi dari Axton.Seorang pria mendekati patung tipuan itu dengan kening berkerut. Ia mengulurkan tangannya dan memegang punggung tangan Gin dengan gugup.DUAKK!!"Argh!"BRUKK!"Now!"
Read more
YIC-32. Take Over
Axton terkejut saat Gin mendorongnya kasar hingga ia hampir jatuh. Gin menunjukkan wajah bengis dan Axton langsung menjaga sikap.Gin berjalan pincang menuju ke pintu dengan senapan laras panjang dalam genggaman. Axton mengikuti Gin dengan posisi siap untuk melakukan aksi balas jika ada yang menyerangnya.Mata keduanya memindai sekitar saat menyadari jika pasukan Snow mulai menggempur markas milik Big Daddy. Axton melihat Gin kesulitan berjalan dan berusaha menolongnya, tapi Gin selalu menampik bantuannya hingga emosi Axton tersulut."Dengar, Gin. Aku tahu kau kesal padaku. Namun, aku tak mau membawamu pulang dalam keadaan cacat apalagi tewas. Sudah cukup orang-orang terluka di sekitarku, jangan memperpanjang daftar kesedihanku. Kau mengerti?!" pekiknya kesal dan Gin terdiam karena Axton melotot tajam padanya.Gin akhirnya mengalungkan tangannya di pundak Axton. Mereka mengendap dan menjauh dari pertempuran di mana suara tembakan serta ledakan terdengar b
Read more
YIC-33. Red Liquid
Axton menonton tayangan dari layar dengan gambar hitam putih di hadapannya sembari menikmati biskuit dari sebuah toples yang ia temukan dekat meja pengendali."Oh! Sepertinya mereka mencariku," ucap Axton sembari mengunyah biskuit dengan senyum terkembang.Terlihat dari kamera pengawas tersembunyi saat Bardi dan anak buah Snow mencari keberadaan Axton. Namun, pemuda itu bukannya menunjukkan diri, ia malah menikmati tayangan dari layar-layar cembung di hadapannya dengan gembira saat Bardi dan lainnya terkejut melihat banyak mayat bergelimpangan di koridor."Hahaha, wajahmu lucu sekali, Bardi! Oh, di mana ya tombol untuk merekam? Ini harus diabadikan," ucapnya sibuk mengamati satu persatu tombol dari papan di hadapannya."Axton!" teriak Bardi yang akhirnya menemukan dirinya karena pintu terbuka."Bardi, my friend!" sambut Axton riang dan langsung berdiri mendatangi putera Snow lalu memeluknya.Bardi terlihat bingung, tapi menyambut pe
Read more
YIC-34. Leaked
Gin dan Axton terlihat biasa saja saat berada di ruang makan, tak bersikap romantis layaknya sepasang kekasih. Beberapa orang yang sudah mengetahui aksi mereka di kamar, saling melirik dalam diam meski terlihat wajah keheranan karena sikap dua orang tersebut."Ayah! Apakah sudah diketahui, apa kandungan dari cairan aneh itu?" tanya Axton mendekati Leighton yang masuk ke ruang makan bersama Snow dan Bardi."Ya. Zat dalam cairan itu sangat berbahaya, Axton. Kakekmu memerintahkan untuk memusnahkan semua hal yang berhubungan dengan serum ganas itu," jawab Leighton serius."Ha? Dimusnahkan? Kenapa?" tanya Axton terlihat tidak sependapat."Terlalu beresiko. Tak ada penangkalnya. Bisa menjadi boomerang bagi kita jika sampai serum tersebut malah berbalik menyerang kita," sahut Snow berpihak pada keputusan Giamoco."Oh, ya sudah," jawab Axton lesu.Bardi mendekati Axton yang cemberut. "Axton. Kau diminta kakekmu untuk kembali ke Boston. Saya
Read more
YIC-35. Beautiful Men
Bardi dan Gin bisa melihat hati Axton yang terbakar amarah. Sorot matanya tajam bahkan seperti tak berkedip dan terus menghadap ke depan dengan kedua tangan melipat di depan dada. Gin dan Bardi menjadi canggung karena sikap Axton. "Sudahlah, Axton. Banyak gadis cantik seperti Serena di luar sana. Hem, aku suka caramu mencampakkannya saat di Cafe tadi. Setidaknya, kau yang meninggalkannya, bukan dia yang meninggalkanmu," ucap Gin santai dari bangku kemudinya, menyetir dengan tenang menyusuri jalanan padat Boston. Axton tak menjawab. Bardi hanya bisa diam tak tahu cara memberikan nasehat karena ia sendiri tak memiliki pacar. "Hah! Bukan itu masalahnya! Bardi jadi tak memiliki kekasih karena aku juga kembali lajang. Menyebalkan!" gerutu Axton yang akhirnya membuka mulut. "Oh, wow. Aku salah duga," jawab Gin heran sampai melebarkan mata. "Ah, aku juga tak masalah jika tak memiliki pacar. Aku baik-baik saja, Axton," ucap Bardi kaku. "Tidak
Read more
YIC-36. Light Angel
"Hei, hei, focus, Guys!" ucap seorang pria yang memakai bulu berwarna ungu seraya bertepuk tangan untuk memperingatkan dua orang yang asyik bercumbu. Gin dan pria berbulu biru langsung melepaskan ciuman tersipu malu. Axton dan Bardi ikut terkesiap. "Kalian tak ingin tahu, bagaimana proses seleksi?" tanya pria dengan bulu warna kuning. "Seleksi? Maksudnya? Saat kita memilih para wanita itu?" tanya Bardi menebak, tapi orang-orang dewasa di depannya malah terkekeh. "Sebaliknya. Seleksi saat mereka memilih kita," jawab si Kuning menegaskan. "What? Kita yang dipilih? Bagaimana jika dapat yang jelek?" tanya Axton menyahut. "Ya, itulah resikonya. Di sini kita tak bisa menolak pelanggan, kecuali, dia memiliki penyakit yang berbahaya," terang pria berbulu hijau. Axton dan Bardi menelan ludah terlihat pucat. "Jadi, bersiaplah. Giliran kalian mencoba," sambung pria berbulu ungu menatap dua remaja yang malah melotot menatapnya.
Read more
YIC-37. Salsa
Axton panik. Ia merasa tak memiliki keahlian apapun untuk ditunjukkan. Gin dan para pria berbulu menatapnya tajam karena ia membuang waktu hampir 2 menit lamanya untuk berpikir. "Pikirkan saat sudah di panggung," gerutu Gin seraya mendorong cucu Giamoco tersebut dengan kasar. Axton terkejut karena tiba-tiba, lampu sorot di atas panggung menyilaukan pandangannya. Mata Axton langsung terpejam berikut tangan kanannya yang menghalau cahaya terang itu. "Hahaha, sepertinya ada yang takut dengan cahaya lampu. Apa kau vampir?" tanya Pembawa acara dan diikuti oleh tawa ringan para pelanggan yang sosoknya kembali tak terlihat karena lampu di area tersebut di matikan. Axton yang panik malah tampak bodoh di depan para wanita yang kini terfokus padanya. Axton salah tingkah dan sibuk menoleh ke kiri dan ke kanan. Tawa para pelanggan makin riuh terdengar. Axton pucat seketika. "Hei, apa kau tersesat?" tanya pria Pembawa acara dan Axton menggeleng dengan waja
Read more
YIC-38. Red Room
Axton dan pelanggan cantiknya diantarkan ke sebuah ruangan yang memiliki warna dominasi merah. Axton menyadari ruangan tersebut. Ia pun menoleh ke arah wanita yang kini menjadi pelanggan istimewanya."Selamat menikmati malam di Light Angel. Jika membutuhkan sesuatu, silakan tekan tombol merah ini," ucap pria pendamping seraya menunjuk sebuah tombol di dinding. "Saya permisi."Pria itu menutup pintu. Axton mendongak ke atas dan terlihat sebuah atap berwarna gelap terbuat dari kaca. Namun, Axton tahu jika kaca itu bisa dilihat dari sisi lain ketika ia berada di lantai dua dan tiga mengawasi para pelanggan yang berada di lantai dasar.'Hem. Pantas saja para pelanggan tak risih karena mereka mengira tempat ini tertutup dan privasi, padahal sangat jelas terlihat. Dasar bodoh,' guman Axton dalam hati dan kembali bersikap wajar."Jadi, Tony? Benar itu namamu, Tampan?" tanya wanita cantik itu seraya melepaskan asesoris yang membelenggu tubuh indahnya.
Read more
YIC-39. Regret
Nafas Axton menderu. Ia terlihat begitu marah dalam setiap langkah kaki yang ia pijakkan di lantai Light Angel. Tangan kanannya berlumuran darah korban pertama dari 13 target wanita incarannya. "Tu-Tuan Axton," panggil seorang Angel saat bertemu dengannya di koridor ketakutan. "Jangan halangi aku, minggir!" jawabnya gusar dengan pecahan kaca sebagai ancaman ia arahkan ke tubuh pria berbulu kuning tersebut. Para Angel yang bertemu dengan Axton sepanjang koridor dan tangga langsung menghindar, tak berani mendekatinya. BRAKK!! "GIN!" Teriaknya saat membuka pintu dengan kasar. Namun, mata Axton terbelalak ketika banyak moncong pistol di arahkan ke tubuhnya yang hanya berlapis celana dalam, sepasang sayap, sepasang sepatu boots yang melapisi kaki serta lilitan bulu seperti selendang di tubuhnya. Tak terlihat Gin berada di sana. Mata Axton memindai sekitar. Ia langsung berbalik dan kembali menuruni tangga, tapi tiba
Read more
YIC-40. Cheated
Perlahan, Axton membuka mata saat ia mulai bisa merasakan tangannya menyentuh benda halus di sampingnya. Axton menyadari, jika ia terbaring di kasur berselimut tebal. Axton diam untuk beberapa saat hingga akhirnya ia duduk perlahan. Rona keceriaan yang biasa ia pancarkan tak terlihat lagi. Axton perlahan turun dari ranjang dengan wajah datar. Langkahnya mendatangi ruangan tempat ia menyimpan koleksi pakaiannya. Namun setibanya di sana, pemuda itu terdiam. Axton mengambil sebuah koper kecil dan memasukkan beberapa benda ke dalam tas hitam tersebut. Ia keluar dari ruangan dengan mengenakan sebuah jaket berwarna merah maroon sepanjang lutut, sepatu boots cokelat, dan topi rajutan warna hitam yang senada dengan kaos panjang yang ia kenakan. Axton menenteng tas itu keluar dari kamar. Ia berjalan dengan wajah datar saat menyusuri koridor hingga bertemu anak tangga dan menuruninya satu persatu. Para pelayan yang melihat sosok Axton
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status