Semua Bab Mengapa Kau Membenciku? : Bab 41 - Bab 50
71 Bab
Part 41 : Akhirnya Bertemu
    Devano sengaja membiarkan Al melakukan temu kangen dengan Sinta. Ia hanya menatap mereka yang pergi ke kantin dari kejauhan, dan ia sengaja membiarkan pula mereka untuk berbicara di kantin berdua untuk tidak mengganggunya. Setelah menutup pintu mobil ia berjalan ke arah taman kemudian duduk di dekat air mancur sambil mengamati murid-murid yang mulai berdatangan. “Apa kabar Vano?” sapa Fero yang berada di belakangnya. “Fero?! apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Devano terheran-heran. “Aku ke sini mau menemui istriku!” jawab Fero. “Aku tidak pernah main-main dengan kata-kataku Fero, dari awal kamu sudah aku berikan kesempatan untuk menjaga istrimu baik-baik, tapi apa yang malah kamu perbuat? kamu justru memilih untuk menceraikannya kemudian merayakan pesta pertunangan besar-besaran dengan Nindy dengan disaksikan oleh ratusan orang pula, di mana hati nuranimu? Apa kau tahu Sinta benar-benar syok mengetahui hal itu hingga j
Baca selengkapnya
Part 42 : Menata Hati
                                                                             Meski baru saja Sinta mengalami suatu hal yang mengejutkan untuknya, namun dengan tetap mengedepankan profesionalisme dalam menjalankan pekerjaannya, kelasnya yang semula di handle oleh Ibu Kepala Sekolah kini ia ambil alih kembali, tak lupa Sinta mengucapkan terima kasih kepada beliau. Meski ia saat itu merasa sedih karena harus kembali mengingat perasaan yang seharusnya ia kubur dalam-dalam namun semuanya kini harus muncul kembali kepermukaan. Jujur dalam hatinya ia masih mencintai suaminya, karena bagaimanapun Fero adalah cinta pertamanya, laki-laki yang sudah ia dapuk untuk menjadi imam dalam menjalani biduk rumah tangga bersamanya, namun pada kenyataannya semua kini kandas. Kebohongan, b
Baca selengkapnya
Part 43 : Takut Kehilangan
                                            Seperti hari-hari sebelumnya, sepulang mengajar Sinta dijemput Devano untuk meninggalkan sekolah. Untuk sekian kalinya juga Fero menyaksikan mereka dari jendela kantor Dewan Donatur. Peristiwa indah kemarin masih saja membekas dalam pikirannya hingga kini dan hal ini sangat wajar sekali karena terjadi baru kemarin adanya. Namun kini Sinta lagi-lagi bersama rivalnya, dan harus ia akui bahwa Devano sangat menghormati serta memperlakukan istrinya itu dengan sangat baik yang tidak pernah ia lakukan kepadanya selama mereka masih hidup bersama dalam satu rumah. Fero masih saja memandangi istrinya itu dari kejauhan hingga sosok yang sedang diamatinya itu masuk ke dalam mobil kemudian berlalu pergi bersama kendaraan yang membawanya. Kali ini Devano tak langsung membawa Sinta pulang ke rumah kembar, ia ingin mengajak
Baca selengkapnya
Part 44 : Ungkapkan Rasa
                                                                                  “Mengapa kamu tidak memberitahukan aku Dev, kalau kamu akan pergi?” tanya Sinta “Maafkan aku Putri, ini memang sangat mendadak sekali, rekan bisnisku mengajak kerja sama membuka showroom baru di Singapura aku lihat prospeknya sangat bagus sekali jadi aku pikir tidak ada salahnya kalau aku pergi untuk beberapa waktu!” jawab Fero “Beberapa waktu kamu bilang? 6 bulan kamu bilang beberapa waktu? bukankah itu adalah waktu yang sangat lama Dev? apa kamu tega meninggalkan aku selama itu? atau memang kamu dengan sengaja ingin menjauhiku dengan cara tinggal di Singapura?” Sinta semakin curiga serta menginterogasi Devano. “Ayolah Putri cantik jangan berpikir berlebihan se
Baca selengkapnya
Part 45 : Keikhlasan Yang Teruji
      Malam itu Fero masih terjaga. Pertemuannya dengan Sinta di kantornya tadi siang begitu mempengaruhi moodnya setelah itu. Sama sekali di luar ekspektasinya bahwa Sinta meminta kepadanya untuk diceraikan, karena yang ia tahu selama ini istrinya itu begitu menyayangi dan mencintainya. Bak seperti seorang remaja yang sedang kasmaran hingga akhirnya patah hati itulah yang tengah ia alami saat ini. Ia benar-benar syok begitu mendengar istrinya mengutarakan keinginannya untuk bercerai darinya. Gadis itu telah membuatnya banyak berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Kehadiran Sinta di kehidupannya kian membuatnya menyadari apa itu arti dari sebuah keikhlasan, cinta dan juga kasih sayang. Lama sekali ia yang sedari tadi hanya menatap ke luar jendela sambil melihat suasana di luar rumah yang penerangannya nampak remang-remang. Sama sekali ia tidak menduga  bahwa Sinta meminta hal yang teramat sulit. Tentu saja hal ini benar-b
Baca selengkapnya
Part 46 : Diner
                        “Tok..tok…tok..!” Dalam seketika Fero yang masih termangu setelah Sinta pergi dari kantornya menoleh ke arah pintu. Dilihatnya Leon yang sedang tersenyum sambil mengetuk pintu kantornya. “Assalamu’alaikum Fero, apa kabar?” Leon mengucapkan salam serta menyapa Fero. “W*’alaikum salam! Alhamdulillah baik, ayo leon masuk dan duduklah di sini!” jawab Fero, sedang tangannya menunjuk ke kursi yang berada di depan meja kerjanya. Karena telah dipersilahkan untuk masuk Leon pun berjalan mendekati Fero kemudian menjabat tangannya, Fero pun menyambut jabatan tangan tersebut dan mereka berdua saling menyunggingkan senyuman. “Waduh sudah berapa lama ini kita sudah tidak bertemu, kamu masih tetap ganteng dan gagah ya!” goda Leon memulai pembicaraan. “Wah kamu bisa saja, sebenarnya kalau urusan tampang kamu masih di atasku jauh deh!” sahut Fero merenda
Baca selengkapnya
Part 47 : Duduk Dalam Satu Meja
    Malam itu Sinta dan juga Devano begitu menikmati semua menu yang telah disajikan di atas meja, kebetulan perut mereka berdua benar-benar lapar karena memang sengaja dari rumah tidak memakan apa pun. Setelah menyantap dengan lahap tanpa ada lagi perasaan canggung diantara keduanya karena mereka sudah sering sekali makan bersama hampir di setiap tempat yang mereka kunjungi. Hanya tinggal sedikit sisa makanan yang tertinggal di atas piring di hadapan mereka saat ini, sekarang tinggal menikmati serunya minuman yang mereka pesan yaitu Dalgona Coffe. Bahagia rasanya bisa menikmati makanan beserta minuman yang disajikan dengan diiringi musik klasik kesukaan mereka berdua yang kian menambah suasana romantis nan syahdu di malam itu. “Selamat malam!” sapa Fero yang tentu saja mengagetkan Devano dan juga Sinta kala itu. “Halo, hambar rasanya duduk sama Fero di pojokan sana, jadi kami memutuskan untuk ikut gabung di meja ini..he..he..he…!” sahut Leo
Baca selengkapnya
Part 48 : Belum Bisa Merelakan
    “Apakah di hatimu sudah tidak ada lagi perasaan kepadaku lagi Sinta, meski itu hanya sedikit saja?” tanya Fero penasaran. “Untuk saat ini perasaan itu sudah tidak penting lagi Fero dan aku sudah mulai terbiasa akan hal itu. Apa itu cinta, rindu apa pun itu sudah bukan prioritasku lagi saat ini.” Jawab Sinta dengan yakin. “Kenapa harus Devano? kenapa harus dia Sinta?” protes Fero. “Entahlah, aku sendiri juga tidak tahu, yang aku tahu Allah telah mengirimkan seorang malaikat tak bersayap kepadaku, yang pada awalnya kebetulan dia selalu melihatku melamun dan menangis di sungai setelah kamu memaki dan menyakitiku saat aku masih tinggal di rumahmu, di saat kamu tidak peduli nyawaku ataupun harga diriku pada saat aku diculik, padahal bisa saja saat itu aku diperkosa ataupun dibunuh, tapi kamu sedikitpun tak memperdulikannya, bahkan kamu bilang pada mereka aku sama sekali tidak penting bagimu. Ada ataupun tidak ada aku dalam kehidupanmu
Baca selengkapnya
Part 49 : Menjelang Pernikahan
    Sinta memang dengan sengaja menggoda Devano yang seolah benar-benar akan memasak gulai kambing karena ia telah mengetahui dari pembantu rumah tangganya semasa ia masih tinggal di rumah Devano pada saat ia dirawat ketika mengalami depresi setelah Fero menceraikannya kemudian bertunangan dengan Nindy. Pada saat itu secara tak sengaja Sinta melintas di depan dapur ia mendengar percakapan beberapa orang pembantu rumah tangga di mana Bos mereka sangat tidak menyukai makanan yang berbahan dasar kambing karena mencium baunya saja ia akan protes dan juga marah. Dari situlah saat Sinta sedang membahas perihal menu gulai kambing yang sebenarnya tidak benar-benar akan dimasaknya. Ia hanya ingin mengetahui bagaimana reaksi sosok di hadapannya itu jika ia mengatakan akan memasak menu yang paling di bencinya tersebut. Rasanya Sinta ingin tertawa dengan puas karena telah berhasil mengerjai Devano. “Kalau aku mau masak ya masak saja, kenapa mesti bilang-bilang
Baca selengkapnya
Part 50 : Pernikahan Sederhana
      “Tanggung jawab? maksudnya?” tanya Sinta tidak mengerti “Karena masakan yang sayang kirimkan ini aku jadi pingin banget untuk bertemu, kita vicall ya?” ucap Devano memberikan ide. “Tidak itu tidak boleh, sudah ah! aku harus tutup telponnya!” tolak Sinta kemudian menutup panggilannya. Terasa lucu sekali jika Devano sudah mulai mengeluarkan jurus modus agar bisa bertemu dengannya. Sinta memakluminya karena memang sudah beberapa hari ini mereka tidak bertemu sama sekali. Hari ini Sinta ditelpon pegawai salon home servis untuk melakukan beberapa perawatan tubuh seperti hair mask, spa, facial, lulur, pijat, manicure serta pedicure. Devano yang telah memberikan ide untuk memanggil mereka ke rumah. Sinta termasuk gadis yang jarang sekali melakukan perawatan ke salon kecantikan karena ia lebih suka melakukan perawatan sendiri di rumah, berbagai macam produk perawatan telah ia beli di swalayan yang memang sudah jela
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status