Lahat ng Kabanata ng The Waitress: Kabanata 1 - Kabanata 6
6 Kabanata
01
PRENG!!!   Suara piring serta gelas pecah itu terdengar sangat keras. Semua pecah berantakan.    "Dasar pelayan tidak becus, kalau niatmu hanya ingin mengotori pakaianku, sebaiknya kamu keluar saja dari pekerjaanmu."    "Ma-maaf Nona, sa-saya tidak sengaja," ucap Daffa memohon.    Baru kali ini dia melakukan hal yang tidak diinginkan. Baginya, gadis ini telah menghinanya mentah-mentah. Bukan hanya ingin Daffa keluar dari pekerjaannya sekarang, bahkan gadis sombong itu ingin dirinya bersujud di bawah kakinya. Apa dia gila? Sungguh hal di luar nalar.    "Aku ingin pria ini dipecat sekarang juga dari restoran ini. Jika tidak, maka restoran ini harus ditutup selamanya," teriaknya lantang.   Daffa bangkit lalu menatap gadis itu dengan malas. "Tapi Nona, saya sudah melakukan apa yang Nona inginkan, bahkan saya
Magbasa pa
02
Daffa kembali ke kamar kontrakan yang ada di lantai atas, dia melempar map itu dengan kesal. Pertama, dia melihat pacarnya bersama pria lain, dan yang kedua, sampai sore ini surat lamaran kerja itu tidak ada yang menerimanya sama sekali.  Hari ini benar-benar sial untuknya. Pria itu lantas melempar tubuhnya ke atas kasur busa yang hanya muat untuk dirinya sendiri. Ia menatap langit-langit meredakan rasa penatnya karena sudah berusaha untuk mencari pekerjaan sebagai perjuangan hidupnya.  Tok, tok. "Siapa lagi sih, aku lelah, nanti lagi aja datangnya." Daffa berteriak menolak tamu yang datang sore ini. Dirinya begitu lelah, bahkan hanya ingin berbaring saja.  "Daffa, buka pintunya. Ini sudah tanggal berapa, huh? Sampai kapan kau akan menunggak? Cepat bayar atau kau pergi dari kontrakan saya, saya memberikan kamu tempat buat dibayar bukan gratisan. Woy, Daffa!!" Orang itu terus berteriak
Magbasa pa
03
Daffa hanya bisa menundukkan kepalanya di depan Alex. Pria berpostur tubuh tinggi itu begitu tak nyaman berada di ruangan petak yang hanya muat satu kamar saja. Oh my, kenapa Daffa bisa sampai bertahan di sini?  "Udah lama kamu tinggal di rumah ini?" tanya Alex.  "Udah, dari awal aku pergi dari rumah," jawab Daffa santai.  Alex merasa heran karena Daffa memilih dengan hidup seperti ini, ini bukan tempat yang cocok untuknya.  "Gimana kalo kamu ikut pulang, Om nyanyain terus, apalagi sama mama kamu. Nggak tega apa liat mama sama ayah kamu stres tiap hari karena terus mikirin kamu, Daff?" Alex terus berusaha membujuk Daffa agar dia segera pulang. Lelaki itu memang keras kepala.  Daffa mendekat dan memperhatikan raut wajah Alex, "Pasti kamu dibayar mahal kan sama ayah?"  Alex terkekeh, "Hah, aku bahkan tidak mengharapkan imbalan. Sem
Magbasa pa
04
Sudah 2 hari Daffa bekerja sebagai pelayan restoran, pekerjaannya lumayan bagus dan Daffa adalah pekerja yang teladan. Dia selalu datang tepat waktu. Pak Geo selaku Manager restoran itu merasa puas dengan pekerjaan anak baru itu, Daffa.  Seperti biasa, Daffa melayani pelanggannya dengan sopan dan hati-hati. Bahkan sifat keras kepalanya itu hilang begitu saja saat ia sibuk tersenyum di depan para pelanggan. Syukurlah. Selama dua tahun ini Daffa banyak belajar.  Tuk, tuk, tuk.  Seorang gadis memakai high heels itu sudah mendekati Daffa dan menarik tangannya keluar dari restoran itu. Ada apa ini?  "Eh, kenapa ini? Kenapa kau menarik ku?" protes Daffa.  Ternyata cengkraman tangan itu begitu erat sehingga Daffa tidak bisa melepaskannya. Dia gadis atau monster sih? batin Daffa.  "Hei Nona, bisakah kau lepaskan tanganku? Aku sedang beke
Magbasa pa
Bab 5
Suasana di acara pertunangan Jihan nampak begitu ramai. Banyak kolega bisnis di sana terutama Tuan Irawan, Tuan Chandra dan yang lainnya. Mereka semua ialah kolega bisnis dari Tuan Adira. Tuan Adira sendiri ialah ayah dari Bimo, pria yang hendak bertunangan dengan Jihan. Yang itu artinya Bimo ialah calon suami Jihan karena sebentar lagi mereka akan melangsungkan pernikahan dalam beberapa waktu setelah bertunangan.    Semua merasa gembira terkecuali Daffa. Pria itu terlihat begitu tegang terutama saat Raisa menariknya untuk menemui Jihan di sana.    "Hei Jihan, selamat ya!! Akhirnya kamu tunangan juga." Raisa memberi selamat kepada Jihan, temannya sewaktu sekolah dulu.    "Oh iya, makasih banyak loh Raisa. Kamu ke sini sama siapa?" tanya Jihan.    Belum diberitahu pun nampaknya Jihan sudah tahu kalau Raisa datang bersama pria miskin yang hanya bekerja sebagai pelayang restoran. Jih
Magbasa pa
Bab 6
Bukk!! "Hei ..." Kedua pria bertubuh besar itu tiba-tiba menyerang Daffa. Bukan apa-apa, hanya saja Daffa belum mempersiapkan dirinya. Bukk!!!"Aarrgghh." Kali ini Daffa kena pukulan dari salah satu orang itu. Ini bukan saatnya bermain, Daffa harus bergerak. "Kalian belum tau siapa aku ya?" dengan angkuhnya dia. Daffa sudah siap untuk melawan kedua orang itu. "Jangan banyak bicara, kalau berani lawan saja!!" "Oooo, oke." Daffa mengangkat kedua tangan dan mengepalkan keduanya, ia siap melawan dan tak akan mundur lagi. Buk, buk, buk!!!"Heuk ..." Tuan Irawan membelalakkan kedua matanya saat tahu orang yang ia bayar mahal itu dapat dikalahkan oleh seorang pelayan restoran. Apa? Pelayan? Orang puluhan juta kalah sama pelayan? Oh my, tak dapat dipercaya. "Hei, kenapa kalian malah bonyok. Bangun, dan kalahkan pelayan restoran itu!!"&n
Magbasa pa
DMCA.com Protection Status