Semua Bab Dara Ameera: Bab 11 - Bab 20
35 Bab
Chapter 11
"Lepaskan tanganku!" seru Dara, wanita itu langsung menghempaskan lengan Danu dengan kasar. Persetan jika ia akan menjadi pembicaraan semua orang di kantor ini. Mengingat kini ia dan Danu berada di depan gedung perusahaan Danu, yang tentunya cukup sangat ramai di siang hari.Dara masih menatap Danu yang masih tampak bergeming, menatap tangannya yang baru saja ia hempaskan dengan kasar itu. "Tuan Alfarez yang terhormat, ku mohon ... jangan lagi seperti ini. Kita tidak cukup dekat, untuk berjalan bersama, dengan tangan yang saling menggenggam!" serunya.Danu bergeming, baginya Dara tidaklah berubah. Ia tetap mempesona meski dengan tampilan yang sederhana. Dara juga tetap cantik, bahkan saat wanita itu sedang marah dan kesal seperti ini."Kenapa?" ucapan Danu, berhasil membuat tatapan wanita itu beralih kepadanya."Kau tanya kenapa?" tanya Dara.Danu mengangguk, berjalan satu langkah ke hadapan Dara, hingga kini jarak di antara mereka hanya tersisa be
Baca selengkapnya
Chapter 12
Danu tahu, hal yang paling mustahil di dunia ini adalah membawa Dara ke hadapan ibunya, di saat hubungan mereka sama sekali tidak baik. Danu memijat pelipisnya, kemudian memerhatikan sosok Dara yang tampak sibuk mengantar pesanan, dengan sepeda motor milik restoran tempatnya bekerja.Danu sungguh menyesali kepulangannya ke rumah semalam, yang mengharuskannya bertemu dengan sosok Anggita Alfarez, ibunya. Dan membuat kesepakatan konyol, yang ia sendiri pun bahkan tidak yakin sama sekali, jika ia akan menang.Danu mengerang kesal, mengingat kejadian semalam. Seharusnya, ia memang tidak perlu pulang ke rumah. Damn!Bagaikan seorang pengecut, ia diam-diam memerhatikan, dan mengikuti Dara yang sibuk mengendarai motornya. Setelah semua yang telah ia lakukan, apakah wanita itu akan sudi untuk sekedar bertatap muka dengannya? Saat ini, Danu tidak ingin berharap banyak soal ini. Dan jika, wanita itu hanya meliriknya dengan sekilas pun, untuk saat ini ia suda
Baca selengkapnya
Chapter 13
BRAK!Tiba-tiba saja, pintu ruangan Danu terbuka dengan kasar. Ketiganya menoleh, dan mendapati sosok Dara berdiri di ambang pintu dengan napas tersengal. Lalu tak lama, sosok Rio menyusul. "Tuan muda maaf, aku sudah melarangnya masuk, tapi--"Danu mengangkat satu tangannya, pertanda ia meminta Rio berhenti berbicara. "Tidak apa-apa Rio. Kau bisa pergi," titah Danu.Rio membungkukkan tubuhnya, kemudian pamit undur diri.Suasana begitu sangat hening, hanya suara langkah kaki Dara dan Danu yang terdengar, mereka berjalan dan berdiri saling berhadapan satu sama lain. Alby dan Andra, yang masih terkejut dengan kedatangan Dara, hanya menyaksikan apa yang akan terjadi di hadapan mereka.PLAK!Danu, Alby dan juga Andra, melebarkan kedua kelopak mata mereka, begitu suara tamparan itu terdengar nyaring, dan mendarat di wajah Danu. Andra sudah ingin bangkit dari duduknya, namun Alby menghentikannya. Ia ingin tahu, apa
Baca selengkapnya
Chapter 14
Dara langsung menghentikan laju mobil angkutan umum, yang membawanya bersama ibunya dan juga Raisa yang akan pergi menjemput ayahnya yang telah resmi bebas dari penjara. Ucapan ayahnya di telepon barusan, terus terngiang di telinganya. Bagaimana jika, Danu benar-benar akan pergi sebelum mereka saling bertemu dan menyelesaikan semua kesalah pahaman ini?Tanpa memedulikan teriakan ibunya dan juga Raisa, ia langsung turun dari mobil tersebut, dan mencari ojek yang lewat untuk mengantarnya ke Alfarez Group. Ia harus cepat, sebelum ia benar-benar tidak bisa lagi bertemu dengan Danu."Pak, antarkan saya ke Alfarez Group ya. Cepat!" seru Dara.Salah satu tukang ojek itu, memberikan satu buah helm kepada Dara, dan Dara langsung memakai dan juga menaiki motor tersebut. Dengan cemas, ia berharap jika ia belum terlambat. "Cepat sedikit ya pak!" Ucap Dara lagi."Baik mbak,"Selama perjalanan, tanpa sadar air matanya telah tumpah. Ia tidak bisa berhenti memikir
Baca selengkapnya
Chapter 15
Dara menganggukkan kepalanya, dengan kesal ia melirik Danu yang tengah tertawa bersama wanita di hadapannya. ‘Kau pikir, hanya kau yang baik-baik saja tanpaku? Hm, aku akan memperlihatkan kepadamu, jika aku juga baik-baik saja.’ batin Dara.Andra menarik senyum lebar, 'Danu Alfarez, sebentar lagi permainan ini akan di mulai.' Batin Andra. Ia akan menghancurkan kencan Danu dengan wanita itu, dan memastikan jika pria menyebalkan dengan ego setinggi gunung itu, akan mengakui perasaannya di hadapan Dara."Baiklah Dara. Pertama-tama, kita harus masuk dengan gaya paling romantis," Andra tiba-tiba saja merangkul pinggang Dara yang terbalut gaun polos berwarna hitam, sebatas mata kaki itu.Meski pada awalnya, ia ingin protes. Tapi, Andra memintanya untuk menuruti semua yang pria itu lakukan, dan juga katakan. "Kau hanya perlu tersenyum manis, selama kita berjalan berdampingan, dan duduk di meja yang tak jauh dari Danu,"
Baca selengkapnya
Chapter 16
Dara menggeliat dalam tidurnya, ketika merasakan cahaya menyilaukan matanya. Perlahan, kedua kelopak mata itu terbuka, dan ia melihat seluruh gorden di kamar itu sudah terbuka semua. Kemudian, ia melirik ke arah samping, dan sosok Danu tampaknya sudah bangun lebih dulu dan membuka semua gorden di kamar ini. Tiba-tiba kedua matanya melebar, ia teringat jika semalam ia tidur di atas ranjang yang sama dengan Danu, dan terlelap di dalam pelukan pria itu. Dara mengerang kesal, ya tuhan ia benar-benar sangat malu.Lalu tiba-tiba saja, pintu kamarnya terbuka bersamaan dengan sosok Danu yang memasuki kamarnya. "Hm, kau sudah bangun?"Tiba-tiba saja wajah Dara mendadak memerah, mengingat kejadian semalam. Danu menghampiri Dara, dan duduk di sisi ranjang dekat Dara. Pria itu terlihat tampak begitu segar, dan rapi dengan setelan jas mahalnya.Dara berdeham, dan merubah posisinya menjadi duduk. "Kau akan pergi ke kantor?" tanya Dara.Danu mengangguk pelan, mengusap p
Baca selengkapnya
Chapter 17
Sejak ia datang ke kantor, Danu sama sekali tidak beranjak dari kursinya. Tumpukan berkas di hadapannya juga, tidak sempat ia baca, yang pria itu lakukan, hanya memandangi foto seorang wanita yang berada di meja kerjanya.Danu ingin sekali bersikap egois, dengan berlaku posesif dan mengikat Dara agar tetap berada di sisinya. Perpisahan pagi ini dengan Dara, benar-benar membuat hatinya tercubit. Seharusnya, ia memberikan pelukan hangat kepada Dara, sebelum mereka berpisah. Tapi, saat itu egonya terlalu tinggi. Tidak, bukan itu alasannya. Ia hanya takut Dara merasa keberatan dan memilih menjauh darinya.Danu memijat pelipisnya, sembari iseng-iseng memainkan ponselnya. Namun, tiba-tiba saja kedua matanya melebar saat ia melihat foto unggahan Andra yang tengah bersama dengan keluarga Dara.Shit!Tanpa panjang lebar, dengan wajah yang memerah kesal, ia langsung menarik jas yang tersampir di kursi kerjanya. Kemudian, memaikainya dan bergegas keluar dar
Baca selengkapnya
Chapter 18
Sekali lagi, sosok Danu mengejutkan Dara yang baru saja keluar dari kampus, setelah menyelesaikan pendaftarannya. Dara tidak tahu, mengapa hari ini pria itu selalu mengejutkannya. Dan, memangnya pria itu tidak pergi untuk bekerja?"Kenapa menatapku begitu?" tanya Danu.Dara menghela napas pelan. "Kenapa kau bisa ada di sini?"Danu memutar bola mata dengan kesal, kenapa Dara malah menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan lain. "Tentu saja menjemputmu,"Dara menunjuk dirinya sendiri. "Aku?"Danu mengangguk."Kenapa tiba-tiba? Bukankah kau bilang, kau ada acara dengan kedua sahabatmu?" tanya Dara.Danu tidak menjawab, pria itu langsung menarik lengan Dara dengan sedikit memaksa, dan membawa Dara masuk ke dalam mobilnya."Aku bisa pulang sendiri. Kau tidak perlu--""Kau sudah makan siang?" sela Danu dengan cepat. Bahkan kini Dara berani bersumpah, jika ia tidak bisa bernapas, ketika Danu memasangkan seatbelt&nb
Baca selengkapnya
Chapter 19
"Sayang, kenapa semua pakaianmu berantakan seperti ini?" tanya sang ibu, begitu melihat putrinya sibuk mengacak-ngacak lemari pakaian."Aku sedang mencari pakaian bu," ucapnya, tanpa menoleh kepada sosok sang ibu."Pakaian? Ini semua juga pakaian sayang," heran sang ibu. Ia tidak tahu, mengapa tiba-tiba putrinya itu menjadi pilih-pilih soal pakaian? Setelah memikirkan dengan keras, akhirnya ia sadar dan terkekeh pelan."Apakah putri ibu ini, akan pergi berkencan?" goda sang ibu.Dara mendadak menghentikan aktivitasnya. "Ba--bagaimana ibu tahu?" tanyanya, dengan wajah memerah.Sang ibu terkekeh pelan, menghampiri sang putri dan mengusap sisi wajah putrinya yang tampak memerah. "Hm, tentu saja ibu tahu. Ibu juga pernah muda," kekeh sang ibu.Dara menundukkan wajahnya, ia merasa malu karena ketahuan akan pergi berkencan."Ayolah sayang, jangan malu-malu seperti itu. Baiklah, ibu akan membantumu. Jadi, pakaian seperti apa yang sedang kau
Baca selengkapnya
Chapter 20
Danu bergegas turun dari mobilnya, setelah ia sampai di sebuah restoran yang menjadi tempat kencan pertama mereka. Danu melangkah dengan cepat, ke ruangan Vip yang sebelumnya sudah ia reservasi. Kedua mata elangnya, menjelajah ruang reservasi itu, namun ia tidak menemukan sesosok wanita yang ia cari.Danu menyugar rambutnya dengan kasar. "Sial! Apa Dara sudah pergi?" gumamnya.Namun, ia masih belum menyerah. Ia masih mencari sosok Dara di seluruh penjuru restoran ini. Setelah sibuk mencari, namun tidak kunjung menemukan Dara, akhirnya ia bertanya kepada seorang pelayan yang kebetulan lewat di hadapannya."Ada apa pak? Apa ada yang bisa--""Apa kau melihat wanita ini?" sela Danu, sembari memperlihatkan foto Dara, yang menjadi lockscreen di ponselnya.Pelayan itu tampak berpikir beberapa saat, sebelum akhirnya ia mengangguk. "Aku melihatnya tuan. Tapi, baru saja ia pergi dari sini," jelasnya.Danu langsung
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status