All Chapters of Kedai Juni & Juli: Chapter 11 - Chapter 20
62 Chapters
Bab 11. Pertengkaran
Tepat jam lima sore, Dino menjemput Rama di lobby Rumah Sakit Flamboyan tempat Amel di rawat. Mobil berjenis minibus itu kemudian langsung tancap gas masuk ke dalam jalan tol menuju ke kota Bandung.Rama memang bersahabat erat dengan Dino. Selain karena satu jurusan di bangku kuliah, ada banyak persamaan di antara mereka, salah satunya adalah mereka berdua sangat menyukai musik. Bagi Rama dan Dino, hidup tanpa musik itu ibarat makan sayur tanpa garam, hambar rasanya.Dino bukan asli Jakarta, keluarganya lama bermukim di Bandung sebelum memutuskan pindah ke Jakarta karena ayahnya mendapat promosi dari tempatnya bekerja untuk menjadi kepala cabang perusahaannya yang berada di Jakarta.Awalnya Dino menolak pindah ke Jakarta, ia lebih memilih tinggal bersama kakek dan neneknya di Bandung, lagipula ia juga sudah dua tahun menjalani perkuliahannya di sebuah universitas ternama di kota ini.  Tapi, karena bujuk rayu ayah dan ibunya juga Rio, adiknya, akhirn
Read more
Bab 12. Terkabul
Zalma mengompres lebam di wajah Juni dengan perlahan, sesekali tangannya membersihkan sisa-sisa darah yang masih terlihat mengalir di ujung bibirnya dengan selembar tissue untuk kemudian diberikan obat luka. Sandra sedang membuatkan teh manis hangat di dapur sementara Juli sibuk menginterogasi Juni.“Gimana ceritanya sih Jun sampai lu bisa babak belur kayak gini?”Juni nampak meringis, lukanya terasa perih setelah diberikan obat oleh Zalma.“Tar aja deh gue baru cerita, masih sakit ini.”“Tapi lu tahu kan siapa yang mukulin lu? Maksud gue, lu kenal kan sama orangnya?”“Gue sih gak terlalu kenal sama orangnya.”“Loh kok bisa gak kenal terus dipukul? Lu nyenggol mobil dia? Apa lu nyalip dia?” Juli masih pantang menyerah.Sandra yang baru keluar dari dapur segera menyahut. “Dipukul sama Rama, Jul.”“Rama? Rama siapa?” Juli terlihat bingung, setahun
Read more
Bab 13. #Percaya
“Sebenarnya waktu itu kamu lagi di The Body atau di rumah Sherly sih?” tanya Dimas, tidak sabar. Rasanya ingin sekali ia membelah kepala Amel dan melihat isinya. Ia ingin tahu apa yang terjadi saat kecelakaan waktu itu. Ia tidak sabar melihat Amel yang sepertinya agak malas bercerita, apalagi saat ini Briptu Sularso kembali datang ke rumah sakit ingin bertanya kepadanya. Dimas hanya tidak mau kecelakaan ini membawa pengaruh buruk terhadap keluarga dan bisnisnya. Maka dari itu, ia ingin mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.“Sabar Pak, mungkin Ibu Amel masih belum pulih ingatannya,” kata Briptu Sularso, mencoba menenangkan Dimas.Amel merengut melihat Dimas yang terus bertanya kepadanya tanpa henti. Seharusnya kan polisi yang lebih pantas menanyai aku, kenapa dia yang ngotot sih, polisinya aja biasa-biasa aja tuh, sungut Amel di dalam hati.“Iya Pak.” Dimas memilih menuruti kemauan Briptu Sularso. Ia tidak mau terlihat terlal
Read more
Bab 14. Test Pack
Selasa, sore itu. Sudah sejak semingguan badan Putri merasa tidak enak. Terkadang mual dan disertai muntah tidak terkendali membuat teman-teman di kampusnya merasa ada yang tidak beres. Putri bersikeras bahwa ia hanya masuk angin biasa dan sudah minum obat herbal namun kondisinya tidak juga membaik, malah semakin parah.Andrea, teman akrabnya di kampus menyarankan agar ia segera memeriksakan diri ke dokter tapi Putri menanggapinya dengan malas. Ia enggan meminum obat-obatan kimia hanya untuk sekedar masuk angin saja.Suatu ketika, Andrea bertanya kepadanya pertanyaan yang mengejutkan.“Lu main sama Hadi pake kondom kan?”Putri tersentak. Ia teringat saat melakukan hubungan yang terakhir, Hadi minta izin darinya untuk tidak mengenakan kondom, lebih enak sensasinya, katanya saat itu dan Putri yang sedang terbakar gelora asmara mengiyakannya. Tanpa berpikir panjang lagi.Putri dan Hadi sudah berpacaran selama enam bula
Read more
Bab 15. Terlambat
“Kamu kenapa baru cerita sekarang?”Hadi menghela napas panjang. Ia menatap Putri yang juga sedang menatapnya. Mereka berdua sedang berada di kantin rumah sakit setelah sebelumnya Hadi mengunjungi Amel di kamarnya.“Aku nunggu waktu yang tepat sebelum cerita ke kamu. Aku gak mau ini jadi beban pikiran kamu lagi.”“Tapi kamu kan lihat orang yang nabrak mama. Ini penting banget sayang, harusnya kamu cerita dari awal,” kata Putri, suaranya sedikit bergetar.“Iya,” kata Hadi sambil menengok ke kanan dan kiri. “Justru itu masalahnya.”“Maksudnya?”“Aku gak cerita karena mikirin keselamatan kamu dan…” Hadi tidak meneruskan kalimatnya, berat rasanya untuk berkata demi keselamatan anak kita juga.“Iya, aku ngerti, tapi kamu kan bisa cerita ke polisi, ini bisa jadi petunjuk buat mereka.”“Memang polisi bilang apa?”&
Read more
Bab 16. Kisah Zalma
Juni masih merasakan sakit dan nyeri di sekujur tubuhnya akibat perkelahian dengan Rama waktu itu. Luka-luka di wajahnya perlahan mulai mengering, hanya kepalanya saja yang terkadang sering merasakan pusing, kemungkinan karena sempat terbentur meja saat perkelahian itu sehingga efeknya masih terasa sampai sekarang. Yudi dan Anita yang mendengar perkelahian Juni dari Juli sempat merasa sangat khawatir dan bersikeras meminta mereka kembali ke Jakarta secepatnya untuk memeriksa Juni di rumah sakit tapi Juni menolak karena misinya belum tercapai yaitu mempelajari resep bakmi Zalma. Ia juga memberitahu ayah dan ibunya itu bahwa ia sudah dibawa ke dokter oleh Zalma dan keadaanya baik-baik saja, hanya luka ringan dan sudah diberikan obat oleh dokter. “Jun, gue mau ke kedai Rendy ya,” Juli berkata riang, wajahnya terlihat sumringah. Juni menggelengkan kepalanya sambil menatap Juli seakan baru melihat sosok makhluk astral. “Ke kedai aja dandanannya kayak mau k
Read more
Bab 17. Warisan
Bandung, 1968 Kematian Nuang Na sebulan yang lalu masih menyisakan perasaan sedih di hati Zalma. Ia sangat menyayangi neneknya itu dan neneknya pun kerap memanjakannya. Nuang Na juga adalah seorang pendengar dan pemberi nasihat yang baik. Sering kali Zalma mengadu kepadanya apabila mengalami persoalan dan Nuang Na bisa membuat ia merasa aman dan nyaman dengan segala petuahnya.Zalma memiliki seorang kakak laki-laki yang bernama Syam, tapi hubungan mereka tidak terlalu dekat. Selain karena perbedaan usia yang cukup jauh, lima tahun, kepribadian Zalma dan Syam pun berbeda. Zalma seorang ekstrovert sementara Syam introvert. Ayah mereka pun sering mengajak Syam ke Lembang, dimana mereka memiliki usaha peternakan sapi sehingga Zalma jarang sekali melihat Syam di rumah.“Zalma.”Suara ibunya mengagetkan Zalma. Ia buru-buru mengusap air matanya.“Iya Mah.”Mei Ling duduk di sisi tempat tidur Za
Read more
Bab 18. Pandangan Pertama
“Pasti pas di Tangkuban Perahu, Nenek foto ramai-ramai kan?” sela Juli yang langsung dipelototi oleh Juni.“Sok tahu nih.”Zalma tersenyum. Juli lalu segera mengambil foto hitam putih di atas piano dan menunjukkan ke Zalma.“Sekarang, aku coba tebak ya nama-nama orang di foto ini. Laki-laki yang tinggi agak gemuk ini Cahyo, di sebelahnya Ah Chen, di sebelahnya Nenek, nah sebelah Nenek Jauhari, betul gak Nek?”Zalma memperhatikan foto itu sebentar kemudian mengangguk.“Betul.”“Yess, aku emang berbakat nih kalau jadi detektif.”“Lu mau buka usaha makanan apa mau jadi detektif sih? Gak jelas,” Juni berpura-pura kesal.Juli tertawa terbahak.“Keren juga yah, nanti kita bakal belajar bakmi dari Mongolia Jul. Eh tapi, kan katanya gak boleh dijual ya, kok jadi dijual sih Nek bakminya? Terus Syam dimana? Kok kita gak pernah tahu Nenek ada kakak laki-l
Read more
Bab 19. Replikasi
Mei Ling sudah selesai menerjemahkan huruf Sirilik itu ke bahasa Indonesia dan ditulis di atas selembar kertas. Zalma yang melihat kertas itu masih juga tidak mengerti. Banyak istilah aneh yang belum pernah ia baca membuatnya kebingungan.“Ini apa sih Mah?”“Ini ya resepnya Zal.”“Kok bahasanya tetap aneh sih?”“Resep ini memang kebanyakan menggunakan herbal dari China.”“Pantas banyak tulisan yang aku tidak mengerti.”“Mamah ajarin kamu sedikit bahasa Mongolia ini ya?”“Huruf Sirilik ini Mah?”Me Ling mengangguk.“Boleh Mah.”Mei Ling lalu masuk ke kamar tidurnya, kemudian keluar membawa sebuah buku kecil berwarna kecoklatan yang terlihat lusuh. Ia lalu duduk di hadapan Zalma dan membuka buku itu.“Sebenarnya bahasa asli Mongolia ditulis menggunakan huruf Bicig tapi karena pengar
Read more
Bab 20. Syam
“Tunggu dulu Nek, aku penasaran nih, Cahyo yang dicerita Nenek itu Cahyo Kusuma apa bukan?” Juli kembali menyela.Zalma mengangguk.“Iya, Cahyo Kusuma.”“Cahyo Kusuma bapaknya si Dimas yang anaknya nonjok si Juni kemarin ini?” Juli mencoba mempertegas kembali. Ia takut salah.“Iya, betul.”“Tuh kan Jul, gue bilang juga apa, bener kan cerita Nenek ada hubungan sama keluarga Kusuma,” kata Juni sambil tersenyum penuh kemenangan.Juli hanya sedikit memonyongkan bibirnya.“Kali ini gue yang berhasil jadi detektif.”“Itu mah bukan detektif kali, kebeneran aja feeling lu kuat jadi pas.”Juni tertawa terkekeh.“Terus gimana lagi Nek? Jauhari jadi ngelamar Nenek?” tanya Juli.“Cerita Nenek mirip kayak sinetron ya, cinta-cintaannya banyak,” kata Juni sambil tertawa.“Iya nih. Gak nyangka, Nenek wak
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status