Nora benar-benar ingin menyerah. Keputusannya memang salah sejak awal. Ia seharusnya tidak terjerumus ke dalam pesona Dirgantara, apalagi menandatangani perjanjian konyol itu. Perjanjian yang sejak awal ia tahu bisa ia langgar. Perjanjian yang memiliki batas, yang seharusnya melindunginya, tapi malah menjadi jerat.Malam itu, di kamar hotel tempatnya menginap bersama tim setelah hari pertama pekerjaan, Nora duduk termenung. Dari sofa abu di sudut ruangan, ia menatap pantulan gemerlap kota Jogja di kaca jendela. Bayangannya di cermin tampak asing, matanya sayu, wajah kusut, seolah ia sedang menyaksikan dirinya sendiri runtuh secara perlahan.Di tangannya, sebotol bir setengah kosong tergenggam erat. Minuman yang ia beli secara impulsif di minimarket pinggir jalan, dan sudah ia tenggak tanpa ampun. Namun, rasa mabuk yang ia harapkan tak kunjung datang.Kepalanya menoleh ke meja samping, empat botol kosong berjejer berantakan. Dengan gerakan malas, Nora membuka botol kelima. Harusnya, i
Last Updated : 2025-09-26 Read more