Lahat ng Kabanata ng Senja Pertama: Kabanata 11 - Kabanata 20
32 Kabanata
Dibayar Rendang
Di sinilah Nana sekarang, di danau kampus yang cukup sepi dan tenang. Dari semua tempat di kampus, danau satu-satunya yang bisa membuat Nana nyaman. Tak ada yang akan mencari Nana si sini atau mengganggunya. Yah, kecuali jika ada penunggu danau.Dada Nana masih sesak karena menangis cukup lama. Seumur hidupnya, meskipun Nana butuh sesuatu, lebih baik dia berusaha menabung daripada mencuri yang bukan haknya. Prinsip itu selalu Nana jaga. Dan perkataan anak-anak club musik menyakiti hati Nana."Ternyata lo di sini."Nana menoleh ke arah kiri asal suara itu. Dia juga merasakan pergerakan di sebelahnya."Gue denger dari anak-anak kalau lo debat sama club musik, bener?""Bener Nu." Nana memalingkan wajahnya ke depan."Sorry ya, gue lupa bilang ke mereka kalau gitarnya emang rusak. Semua senarnya dipotong Adik gue."Apa yang dikatakan Sendanu memang benar. Gitar itu memang dirusak adik kandungnya di rumah. Namun salah Send
Magbasa pa
Sosok Baru
"Nggak, ada hal lain yang perlu kamu tau. Suara itu suaraku yang direkam secara paksa. Sendanu menyuruh beberapa orang untuk menghajar aku dan dia nggak akan berhenti sebelum aku mau melakukakan yang dia inginkan. Semua kata-kata itu dibuat oleh Sendanu Na, bukan aku."Sungguh Nana tak mengerti Danang akan mengarang cerita seperti itu. Sebenci itukah Danang dengan Sendanu?"Cerita kamu bagus juga. Kalau ikut lomba mungkin bisa menang."Apa yang Nana katakan membuat Danang frustrasi. Dengan cara apalagi dia meyakinkan Nana?"Aku mencoba berkata jujur Na. Terserah kamu mau percaya yang mana. Selalu ingat bahwa Sendanu tidak pernah tulus melakukan semuanya. Dia punya alasan, dan jika kamu tau Na, alasan itu sungguh menyakitkan."Danang memilih pergi dari sana. Meskipun apa yang Danang katakan belum bisa Nana percayai, dia akan selalu ada di saat Nana butuh."Ya, aku percaya Sendanu telah berubah."Perkataan itu sampai di telinga Danang.
Magbasa pa
Asing
Pelan sekali Sendanu membuka pintu kamar itu. Lampu kamarnya mati, artinya pemilik kamar belum bangun. Sendanu menekan saklar dan ruangan itu terang seketika. Tak ada yang spesial di ruangan itu, kecuali seseorang yang sedang tidur meringkuk  di bawah selimut.Sendanu dapat kabar dari asisten rumah tangga kalau mamanya menolak makan. Semua makanan yang dikirim ke kamar dibuang percuma. Bahkan mama sempat mengamuk, begitulah yang asisten rumah tangga katakan.Tak biasanya mama Sendanu kembali berulah. Pasti ada sesuatu yang membuat beliau mengamuk. Karena Sendanu tahu sendiri dan sangat dekat dengan mamanya. Beliau sebenarnya wanita yang baik, sayang Mahesa terlalu menuntut sehingga keadaan menjadi seperti sekarang."Ma, bangun dulu ya. Mama belum makan seharian." Sendanu mengguncang pelan tangan mamanya.Wanita itu bergeming seakan tak dengar permintaan Sendanu."Kalau Mama nggak makan, Sendanu nggak mau nurut sama Papa lagi."Mama Send
Magbasa pa
Pelarian
Sendanu segera mengakhiri perdebatan itu dengan keluar dari ruang kerja Mahesa. Dia tak mau adiknya keluar kamar karena mendengar keributan yang terjadi antara dia dan Mahesa.Ada dua orang yang sangat Sendanu khawatirkan saat ia tinggal di apartemen nanti. Mama dan adik perempuannya. Namun Sendanu memilih pergi daripada menetap di rumah yang tidak lagi rumah baginya.Saat ini Sendanu tengah berada di panti. Dia tak tau kenapa memilih ke panti daripada pergi ke apotek.Malam-malam begini, tentunya semua orang di panti sudah tidur, terkecuali Nana yang masih memetik senar gitarnya di jendela kamar. Kamar Nana memang paling depan dan terdapat jendela yang mengarah langsung ke jalan. Di sana biasanya Nana menghabiskan waktu saat di panti.Mendengar petikan gitar disusul suara nyanyian, membuat Sendanu mencari sumber suara. Sendanu menemukan Nana sedang berkutat dengan gitar.Sambil meringis memegangi pipinya yang lebam, Sendanu terus melanjutkan langk
Magbasa pa
Obat Ajaib
“Lo tau Danang lagi di mana?”Meski sempat kaget saat nama Danang disebut, Nana tetap bersikap biasa di depan Monic. Orang lain tak boleh tau apa yang telah dilakukan Danang terhadap Nana. “Nggak Mon.”“Biasanya juga dia sering bareng lo Na. Gue lagi butuh banget nih.”“Cari aja di sekre.”“Udah, tapi nggak ada. Gue juga udah nyari ke kantin, parkiran, taman, nggak ada semuanya. Lo kan paling deket sama Danang, masa nggak tau sih Na?”Nana menghela napas. Terkenal menjadi orang yang paling dekat dengan Danang ternyata juga tak sepenuhnya menguntungkan bagi Nana. Dia sudah malas mengulik segala sesuatu yang berhubungan dengan Danang. Karena Danang tak sebaik yang Monic pikirkan. Bagi Nana, Danang sangat berbahaya dan punya topeng yang dia gunakan untuk menipu orang lain.“Aku bukan orang yang bisa dua puluh empat jam bareng sama Danang. Kalau dia nggak ada di tempat yang kamu s
Magbasa pa
Kekasih
Motor yang dipakai Sendanu mengantar Nana tiba-tiba berhenti di jalan yang cukup ramai. Beruntungnya dia mengemudi di pinggir, jadi bisa terhindar dari kendaraan yang lain.“Kenapa Nu?”Sendanu mengecek spidometernya dan ternyata motornya kehabisan bahan bakar. Gengsi bukan main, apalagi ada Nana. Padahal tadi pagi Sendanu sudah menyuruh salah seorang petugas di rumahnya untuk mengisikan bensin. Awas saja nanti, akan Sendanu beri pelajaran karena membuatnya malu di depan Nana.“Lo diem aja di situ.” Sendanu menurunkan standar motor lalu turun dengan Nana tetap berada di atas motor. Kalau Nana turun dan ikut berjalan, nanti semakin rumit, jadi Sendanu biarkan saja dia di atas motor. Sendanu menghilangkan gengsi sejenak.“Lho kok kamu turun aku tetep di atas motor Nu? Aku mau turun juga. Kasihan kamu dorong sendiri.”“Kalau lo turun juga, makin repot yang ada. Paling bener juga lo di atas motor aja.”
Magbasa pa
Persyaratan Nana
Suara mobil menandakan bahwa Mahesa telah sampai di rumah. Sedari tadi sudah ada yang menunggu Mahesa di ruang tamu, yaitu Sendanu.            Tentang apa yang Sendanu janjikan kepada Nana mengenai donatur baru di panti itu bukan main-main. Sendanu memang akan meminta Mahesa menjadi donatur panti. Tentunya itu tak gratis, Sendanu tahu betul papanya seperti apa.            Saat Mahesa mengetahui Sendanu ada di ruang tamu, saat itu juga Mahesa tahu ada yang ingin Sendanu minta darinya. Karena tak mungkin Sendanu dengan senang hati menunggunya. Memanggil Sendanu untuk datang dengan sukarela sangatlah susah.            “Pa, ada yang mau aku bicarakan.”            “Kita bicara di ruang kerja Papa.”  
Magbasa pa
Resmi
Danang datang lagi ke panti untuk meluruskan semua kejadian tempo itu. Dia sudah bersiap dengan segala macam pengusiran dari orang panti, terutama Nana. Di hari minggu seperti ini seharusnya Nana ada di panti. Jadi ini waktu yang tepat menurut Danang.            Sengaja ia datang pagi-pagi sekali. Selain menghindari hansip yang masih tertidur di pos jaga, Danang juga tak ingin memancing perhatian warga sekitar. Bisa saja hal itu terjadi bukan?            Saat gerbang panti dibuka, itulah kesempatan Danang untuk masuk. Terlihat bunda sangat kaget dengan kehadiran Danang.            “Bun, kasih saya kesempatan untuk menjelaskan.”            “Kamu masih nggak kapok Nang ke sini lagi?”    
Magbasa pa
As You Need
“Bun, Nana berangkat dulu ya.”“Hati-hati Na!” teriak bunda dari dapur.            Sudah telat sekali Nana di kelas pagi hari ini. Namun beruntungnya Monic mengabari kalau dosen baru akan datang tiga puluh menit lagi. Waktu yang cukup untuk melewati kemacetan Jakarta untuk sampai ke kampus.            Bus yang biasa ditumpangi Nana belum sampai karena memang tadi sudah terlewat sepuluh menit. Bus datang lagi lima menit kemudian.            Untuk memastikan dosen belum datang, Nana menelepon Monic lagi. Dan memang benar belum ada dosen di kelas. Nana menarik napas lega. Setidaknya dia masih bisa mengikuti kuliah.            Tak lama kemudian bus yang ditunggu datang juga. Biasanya saat Nana masuk dia akan
Magbasa pa
Khawatir
Kelas pertama selesai dan ada sekitar dua jam untuk kelas kedua. Tak tersisa waktu cukup banyak untuk Nana kembali ke panti. Ia ikut saja saat Sendanu mengajak ke kantin untuk mengisi perut.            Sendanu menaruh tangannya di pundak Nana sehingga mengundang banyak perhatian. Di belakang mereka, ada Monic yang hanya bisa menjadi nyamuk.            Sendanu telah mengklaim bahwa Nana, sekarang menjadi miliknya. Itu berarti jika sesuatu sudah menjadi milik Sendanu, tak ada orang lain yang bisa menyentuhnya. Orang yang berani mengusik milik Sendanu hanya punya dua pilihan, menjauh dengan sendirinya atau Sendanu beri pelajaran.            Nana juga sebenarnya merasa canggung karena ini pertama kalinya Sendanu sangat dekat dengan dirinya. Sebelum jadian, Sendanu sangat anti terhadap Nana. Bahkan bis
Magbasa pa
PREV
1234
DMCA.com Protection Status