All Chapters of SKANDAL JEPIT Mr.Presdir: Chapter 41 - Chapter 50
90 Chapters
Undangan Gadis Kecil
Keesokkan harinya.            Seperti yang dikatakan oleh Nyonya Titi. Pagi itu Dana sudah sampai di rumah tersebut untuk memeriksa keadaan Bumi. Namun kali ini ia membawa Keyra bersamanya. "Tante, kenapa Kak Bumi belum sembuh?" tanya Keyra yang saat ini sedang duduk di pangkuan Jiya sambil terus menatap ke arah papanya yang tengah bekerja, dengan polosnya. Jiya pun mengusap rambut panjang gadis yang duduk di pangkuannya itu dengan lembut. "Penyakit Kak Bumi itu agak lama sembuhnya. Tapi semoga saja setelah ini dia bisa cepat sembuh." "Tenang saja Tante. Setelah disuntik oleh papa, Kak Bumi pasti cepat sembuh. Papa kan dokter, "ujar Keyra yang terlihat sangat mengidolakan papanya. Jiya pun tersenyum mendengar kalimat polos tersebut. "Iya-iya, Papa Keyra itu memang hebat," sahut Jiya dengan santai sambil mencubit gemas pipi gadis kecil tersebut.
Read more
Pura-pura
"Tidak!" teriak Bumi dengan lantang. Adam dan Jiya yang terkejut pun langsung menatap ke arahnya, begitu juga dengan Nyonya Titi yang ikut menatap ke arah Bumi dan pura-pura terkejut mendengar teriakan cucunya tersebut. "Kenapa Sayang?" tanya Nyonya Titi sambil mendekat ke arah cucu kesayangannya itu. Adam yang melihat Ibunya mendekat pun langsung berdiri, hingga akhirnya Nyonya Titi pun duduk di pinggir ranjang tersebut. "Oma kenapa tidak ikut? Apa benar aku harus ke sana hanya dengan Tante Jelek saja?" tanya Bumi dengan wajah masam. "Ada om Rangga, kan." Nyonya Titi mengatakan hal tersebut sambil melirik ke arah Jiya, seolah sedang meminta Jiya untuk membantunya membujuk Bumi. Jiya yang mendapat lirikan itu pun langsung menyahut, "Iya benar. Ada Tante dan juga om Rangga, kamu tenang saja. Lagi pula Oma sedang sibuk, kasihan kan beliau kalau sampai dimarahi
Read more
Suka Dua Jenis
"Eh!" ucap Jiya yang terkejut melihat apa yang ada di tangannya. Ia tak sadar kalau sedari tadi masih memegang piring tempat makan malam Bumi.  Tak lama kemudian Jiya menghela napas panjang sambil mengusap-usap dadanya. "Kenapa?" tanya Adam sambil mengernyitkan dahinya melihat tingkah gadis di depannya itu. "Aku bersyukur," jawab Jiya sembari meletakkan piring tersebut di atas meja yang ada di dekatnya. "Untuk?" Jiya kemudian menatap ke arah Adam lagi. "Ya untuk piring ini. Untung saja ndak pecah dan nasinya masih utuh di atas piring. Coba kalau tadi saat aku lupa, terus aku membawa piring itu sembarangan, pasti nasinya berceceran di mana-mana," jawab Jiya dengan tenang. "Lalu apa masalahnya?" tanya Adam sembari duduk di sofa panjang yang ada di ruangan tersebut. Jiya pun menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Adam itu. "Kalau sampean, mun
Read more
Belum Subuh
          Mata laki-laki itu pun terbelalak ketika melihat Jiya yang saat ini sedang terjatuh di lantai. Bukan karena kasihan dan ingin menolongnya atau semacamnya, tapi lebih karena pakaian yang dikenakan Jiya saat ini. Jiya yang baru saja mengaduh karena terjatuh pun langsung menatap ke arah laki-laki yang ada di depannya itu lagi sambil meringis menahan sakit. Namun ketika ia melihat tatapan berbeda dari laki-laki tersebut, Jiya pun dengan cepat menunduk dan melihat pakaiannya.  "Eh!" pekik Jiya ketika menyadari kalau daster berbelahan dada rendah yang dipakainya itu tertarik, hingga membuat dua benda yang berukuran cukup besar itu seolah hampir keluar dari tempatnya.  Ia pun dengan cepat membetulkan dasternya dan segera mengambil selimut yang terjatuh di dekatnya, lalu menggunakan benda itu untuk menutupi tubuhnya kembali. 'Aku ini pria normal, dasar gadis ini,' batin A
Read more
Masukkan Semuanya
            Jiya dan Adam pun langsung menoleh, menatap ke arah sumber suara tersebut. "Trik seperti apa yang kamu gunakan pada sepupuku," tuduh gadis yang baru saja datang tersebut. "Trik?" gumam Amera sembari mengernyitkan kening ia menatap ke arah gadis itu. Gadis itu pun makin mendekat dan dengan cepat mengarahkan tangannya pada Jiya. "Ei," pekik Jiya yang dengan gesit langsung menghindar, hingga tangan gadis tersebut tak jadi berhasil menggapai dirinya. Dan tentu saja, wajah gadis itu pun terlihat makin kesal, lebih muram dari sebelumnya. "Dasar wanita kampungan!" teriak gadis itu, murka. "Lah, memang apa salahku?" tanya Jiya yang sok polos. Bukannya ia tak tahu penyebab kemarahan gadis tersebut dan apa alasan gadis itu mengatainya seperti itu. Hanya saja Jiya tak mau terlihat kalah dan lemah hingga bisa seenaknya ditindas d
Read more
Calon Istri
"Ahh," desah Jiya pelan dengan tubuh yang tiba-tiba bergetar, dan sesaat kemudian ia pun dengan cepat menjauh dari Adam.  "Apa yang sampean lakukan?" tanyanya sambil berbalik dan dengan cepat menatap tajam ke arah laki-laki di depannya itu."Apa?" tanya Adam balik, seolah tak melakukan apapun.Jiya pun mengernyitkan keningnya. "Itu tadi, kamu …." Jiya langsung menghentikan kalimatnya."Aku kenapa?" tanya Adam lagi dengan wajah sok polos, sama seperti sebelumnya.'Ah, dia pasti mempermainkanku,' batin Jiya sambil menggigit kecil bibirnya."Kenapa?" tanya Adam lagi sambil melangkah mendekati gadis di depannya itu.Sontak saja Jiya pun langsung mundur, ketika laki-laki tampan di depannya itu berjalan ke arahnya. "A-aku …." Jiya terlihat kebingungan saat ingin menjawab pertanyaan Adam tersebut."Katakan," ucap Adam dengan tenang sambil terus melangkah maju.Deg-deg-deg!  'Duh jantungku, jangan ju
Read more
Bukan Urusanku
"Bukan, dia calon mamaku, jangan ganggu dia!" ucap Bumi dengan tatapan tak senang ke arah gadis kecil yang saat ini sedang memegang ujung gaun Jiya. Jiya pun cukup terkejut dengan sahutan anak laki-laki tengil yang biasanya cuek itu. "Tapi Keyra bilang—" "Suruh dia ke sini!" bentak Bumi sambil terus menatap tajam ke arah gadis kecil tersebut. Gadis kecil itu pun mundur beberapa langkah. "Bumi, tidak boleh seperti itu. Kasihan kan te …." Belum selesai Jiya bicara, gadis kecil tersebut kini berlari pergi sambil menangis sangat kencang.  "Huff , kan … dia beneran nangis," ucap Jiya sambil menatap ke arah gadis kecil tersebut. Sedangkan Bumi langsung tersenyum penuh kemenangan saat melihat hal itu.         Sesaat kemudian terdengar gelak tawa dari pasangan yang tadi sempat mengira kala
Read more
Pilih Dua-duanya
"Maaf agak lama," ucap Jiya yang kini berjalan melewati orang-orang menuju ke arah Keyra. Keyra yang mendengar suara tersebut, langsung melepaskan tantenya dan menatap ke arah Jiya. "Tante," ucap Keyra sambil mengusap air matanya yang tadi sempat menetes. Jiya pun tersenyum mendengar namanya disebut oleh gadis kecil tersebut. "Ah ternyata ini, Nona siapa tadi?" ujar MC sambil menatap ke arah Jiya. "Jiya," jawab Jiya dengan santai sambil terus melangkah. "Iya, Nona Jiya. Silahkan," ucap MC tersebut sambil tersenyum hangat ke arah Jiya.          Setelah melangkah beberapa saat, akhirnya Jiya pun sampai di dekat Keyra. Kemudian seperti yang seharusnya, Keyra pun dengan cepat memberikan potongan kue ketiga tersebut pada Jiya. "Terima kasih, Sayang," ucap Jiya sambil mengusap lembut pipi Keyra lalu menerima potongan ku
Read more
Cegatan
"Itu ada orang di depan," jawab sopir tersebut sambil terus menatap ke arah depan. "Menabrak?" tanya Jiya yang tadi memeluk Bumi, kini menatap ke arah depan mencoba mencari tahu apa yang terjadi.  Namun bukannya melihat kerumunan orang karena ada yang tertabrak, tapi saat ini ia melihat ada beberapa laki-laki yang sedang berjejer di depan Adam, yang saat ini berdiri tak jauh dari depan mobil tersebut. "Mereka itu menghadang atau memang sengaja bertemu?" tanya Jiya lagi pada sopir mobil tersebut. "Saya  juga tidak tahu Nona, tapi sepertinya mereka menghadang kita," jawab sopir. "Ck, jadi ini masalah ya," ucap Jiya sabil menggeleng pelan dan terus menatap ke arah depan. \* Sementara itu di tempat Adam. "Jadi ini suruhan siapa?" tanya Adam pada keempat laki-laki yang ada di depannya. "Kami suruhan
Read more
Sedang Dalam Bahaya
"Kalau kamu takut, tutup mata kamu," bisik Adam sambil menutup mata Jiya dengan telapak tangan kanannya yang terasa hangat. Jiya dengan tubuh gemetarnya pun bertanya, "Apa kamu tidak apa-apa?" tanyanya. "Tentu saja," jawab Adam dengan tenang.Sesaat kemudian, Adam dengan cepat melingkarkan tangan kirinya pada pinggang Jiya. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Jiya sambil memegang tangan Adam yang kini sedang melingkar dengan erat di pinggangnya. "Kalau kamu tidak menurut, jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu," bisik Adam di telinga Jiya. Seketika bulu kuduk Jiya pun meremang, tubuhnya tiba-tiba bergidik. "Kamu kenapa?" bisik Adam di telinga Jiya yang saat ini terlihat memerah. (Sementara itu, kini mata Adam terus mengawasi apa yang sedang terjadi di depannya. Terlihat beberapa orang yang baru datang tadi saling mengarahkan pistol dengan ana
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status