SKANDAL JEPIT Mr.Presdir

SKANDAL JEPIT Mr.Presdir

last updateLast Updated : 2022-11-23
By:  Si MendhutCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.8
41 ratings. 41 reviews
90Chapters
24.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Cerita ini mengandung komedi dan 21+ yang akan menghibur Anda. Jiya, gadis tomboi dan sengklek ini baru saja diselingkuhi calon suaminya. Sedangkan Adam, Presdir menawan ini hanya mengingingkan satu hal saat ini yaitu 'Pengasuh ke-11 untuk anak laki-laki kesayangannya' Pertemuan Adam dan Jiya ternyata membuat mereka terjerat dalam hubungan yang rumit, hingga Jiya pun berusaha keras lepas dari laki-laki yang berkali-kali membuat tubuhnya panas-dingin itu. Dan tiba-tiba sebuah kenyataan muncul di depan matanya. ("Jika Mas Adam itu masih perjaka, lalu setan kecil itu anaknya siapa?" pikir Jiya.) bisakah dia meninggalkan keluarga itu? Apalagi saat ada seseorang yang sangat menyayanginya di sana dan ingin menjadikannya bagian keluarga itu. Baca juga Season 2nya mereka, di novel terbaruku 'Maju Mundur Kena Duda' @LindaMendhut21

View More

Chapter 1

Hari Yang Kampret

            Di halaman sebuah hotel berbintang yang ada di salah satu kota kecil di Jawa Timur, terlihat seorang gadis berlari-lari kecil menuju hotel.

"Kampret! Kenapa harus hujan sih," gerutu gadis bersweater hitam itu sambil mengangkat tas di atas kepala, berharap gerimis yang membasahi halaman hotel tersebut tak ikut membasahi kepalanya.                 

Dan ketika ia memasuki hotel …

"Brugh! Isshh …" desis gadis itu saat tak sengaja menabrak seseorang.

"Hei, hati-hati dong!" teriak orang yang baru saja tertabrak oleh gadis tersebut.

"Maaf," ujar gadis itu sambil menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada.

Lalu …

"Ji!" panggil seseorang dari arah lain.

Gadis itu pun langsung menoleh mencari asal suara tersebut.

"Jiya aku di sini," ucap seorang gadis lain sambil melambaikan tangannya.

           Ya! Jiya adalah nama gadis cantik bersweater hitam kita, gadis cantik nan gokil yang akan menjadi pemeran utama wanita di cerita 'Skandal Jepit Mr.Presdir' ini.

"Di mana dia?" tanya Jiya sambil mendekat ke arah temannya itu.

"Dia ada di kamar nomor 318," sahut teman Jiya tersebut.

"Ayo," ujar Jiya sambil menarik tangan temannya tersebut.

Mereka pun berjalan dengan cepat meninggalkan tempat tersebut.

"Kamu yakin kalau itu dia?" tanya Jiya sambil terus melangkah bersama temannya tersebut.

"Yakin banget, aku bahkan sudah mengawasi dia dari tadi," sahut temannya tanpa ragu.

Jiya lalu terdiam sesaat. "Lalu kenapa kamu bisa ada di sini," tanyanya yang penasaran pada temannya itu.

"Itu ceritanya panjang, tapi intinya aku ke sini untuk memesankan kamar hotel untuk satu keluarga," jelas teman Jiya tersebut.

"Hemm," gumam Jiya sambil manggut-manggut, percaya dengan temannya itu karena memang itu pekerjaan temannya tersebut.

        Dan setelah berjalan lebih dari sepuluh menit, akhirnya  mereka pun sampai di depan sebuah kamar dengan nomor 318.

"Nin, kamu yakin ini kamarnya?" tanya Jiya sambil menatap ke arah temannya tersebut.

"Sangat yakin," sahut Nindy— teman Jiya

Jiya pun menghela napas panjang lalu kembali menatap Nindy. "Kalau begitu kamu yang ketuk," ujar Jiya dengan tenang.

"Kok aku?" tanya Nindy dengan ekspresi aneh.

"Sudahlah cepat," ucap Jiya sambil menepuk pundak Nindy seolah sedang memberi semangat.

"Dasar kamu tuh, yang calon istrinya itu aku apa kamu," gerutu Nindy lalu mengetuk pintu kamar hotel itu seperti yang Jiya inginkan.

Tok-Tok-Tok! Ketukan di pintu itu cukup keras karena Nindy yang sudah kesal sedari tadi memikirkan sahabatnya yang diselingkuhi.

Lalu …

"Siapa sih gak sopan banget," ucap seorang wanita yang dengan santai membuka pintu kamar tersebut.

Mata wanita itu dan Nindy pun saling beradu, mereka pun sama-sama terkejut.

"Kamu—" ujar Nindy yang tak meneruskan kalimatnya ketika Jiya dengan cepat menendang pintu kamar hotel tersebut.

BRAKK! Pintu itu pun terbuka lebar hingga membuat wanita yang ada di dalam kamar tersebut terpental dan terduduk di lantai.

"Kamu!" ucap Jiya yang juga terkejut ketika masuk ke dalam kamar tersebut, karena ia mengenal dengan jelas siapa wanita yang sedang terduduk di lantai sambil memegangi handuk di tubuhnya itu.

"Mbak," sahut wanita itu sambil menatap Jiya tak kalah terkejut.

Lalu Jiya pun mengalihkan pandangannya ke arah laki-laki yang sedang memakai handuk kecil untuk menutupi bagian bawahnya di dekat ranjang kamar tersebut.

"Jadi kamu selingkuh dengan dia?" tanya Jiya sambil mendekat ke arah laki-laki yang masih sibuk membetulkan handuknya itu.

"A-aku khilaf, aku—" 

"Ck," Jiya berdecak menghina, "bagian mana yang terlihat khilaf?" tanya Jiya sambil menarik handuk yang melilit di pinggang calon suaminya tersebut.

"Kamu ...."

PLAKK! Sebuah tamparan menggema di ruangan tersebut.

Mata Jiya dan calon suaminya pun saling beradu sesaat, lalu sebuah senyum tipis muncul dari bibir Jiya.

"Cuhh!" Jiya pun meludah dengan santai ke lantai kamar hotel tersebut sambil memegangi pipinya yang terasa panas.

"Jadi ini aslinya kamu," ucap Jiya dengan sebuah senyum hambar di wajahnya. "Nin, ambil bukti!" perintah Jiya tanpa menatap ke arah Nindy sedikit pun.

Dan Nindy yang mendengar hal itu, ia pun dengan cepat mengambil beberapa foto dengan ponselnya seperti yang diperintahkan oleh Jiya.

"Jangan!" teriak wanita yang tadi terjatuh sambil mencoba merebut ponsel milik Nindy.

"Dasar wanita tak tahu malu!" teriak Nindy sambil mendorong wanita tersebut hingga kembali terjatuh.

Laki-laki yang ada di depan Jiya pun langsung merebut kembali handuk yang ada di tangan Jiya dan memakainya dengan cepat.

"Dasar wanita tak tahu diri," ujar laki-laki tersebut sambil menatap tajam ke arah Jiya.

"Aku tak tahu diri," geram Jiya sambil memicingkan matanya. "Otak kamu di dengkul?," imbuhnya dengan tatapan menghina.

"Mbak jangan nyalahin Mas Hendra, ini semua aku yang salah," ucap wanita itu sambil berjalan mendekat ke arah Jiya dan laki-laki tersebut terlihat mencoba menengahi.

Jiya pun menatap sinis ke arah wanita tersebut. "Sherly … Sherly, kamu itu murahan sekali," ujar Jiya dengan santai.

Sherly pun menatap Jiya dengan tatapan bersalah. "Kak, aku tahu aku salah tapi kamu—" Sherly pun tak meneruskan kalimatnya dan langsung menempel pada Hendra dengan air mata yang mulai menetes di pipinya.

'Dasar rubah,' batin Jiya sambil menatap Sherly dengan sinis.

"Ji kamu jangan keterlaluan, hati Sherly itu tidak seperti kamu yang—"

"Yang apa?" teriak Jiya menyela kalimat Hendra hingga para pengunjung hotel yang ada di dekat kamar itu  berkerumun di dekat pintu kamar tersebut. "Apa kamu tahu berapa banyak laki-laki yang menjadi kekasihnya? Apa kamu tahu—"

"Cukup!" Bentak Hendra. "Kamu itu tidak pantas menjadi istriku, hanya gadis seperti Sherly yang pantas."

Jiya pun menggelengkan kepalanya pelan. "Dasar laki-laki goblok, aku ini berusaha nyelametin kamu," sahut Jiya dengan santai. "Lagi pula siapa yang pengen banget jadi istri kamu, ha? Jangan Pede."

"Kamu ..." geram Hendra sambil mengepalkan tangannya.

"Kenapa, kamu ingin menampar aku lagi? Ayo tampar! Mumpung ada banyak orang di sini," tantang Jiya dengan penuh percaya diri karena tahu ada banyak pengunjung hotel yang merekam hal itu.

"Lihat saja kamu nanti," ancam Hendra sambil menunjuk wajah Jiya.

"Apa kamu pikir aku takut, ingat aku bukan dia," tandas Jiya sambil menunjuk Sherly yang kini membenamkan wajahnya di pelukan Hendra seolah sedang bersembunyi ketakutan.

"Kamu—" Kalimat Hendra terhenti, ketika Jiya berjalan menjauh seolah tak perduli pada apa yang akan dikatakannya.

Namun setelah berjalan beberapa langkah, Jiya pun berbalik dan berkata dengan santai, "Aku hanya berharap setelah ini kamu tidak tertular penyakit kelaminnya." Sebuah senyum tipis pun tercetak di wajahnya mengakhiri kalimat tersebut.

Mendengar ucapan Jiya, Hendra pun langsung menatap ke arah Sherly dengan penuh tanda tanya.

"Tidak Mas, aku tidak  memiliki penyakit," ujar Sherly membela dirinya sendiri.

Jiya pun menimpali, "Jangan lupa, satu minggu yang lalu aku yang mengantar kamu ke dokter."

Mata Hendra pun terbelalak mendengar perkataan Jiya. "Jadi kamu itu—" Tapi kalimat Hendra terhenti seketika, saat Sherly dengan cepat berlutut di kakinya.

"Mas aku benar-benar tidak seperti itu, aku bersumpah," ujar Sherly sambil terisak dan memegang kaki Hendra dengan kuat.

"Kamu—" Hendra pun menjadi tak tega saat melihat Sherly yang terlihat menyedihkan dan seolah sedang tak berdaya itu.

Kemudian …

"Dasar anjing," celetuk Jiya dengan santai.

"Apa kamu bilang?" geram Sherly sambil melirik ke arah Jiya dengan tajam.

Jiya pun tak menyahut dan seolah acuh dengan Sherly, ia lalu menarik tangan Nindy yang masih ada di dalam kamar itu. "Ayo Nin kita pergi, ngapain ngelihatin Guk-guk lagi kawin kaya gak ada bokep yang bagus aja." ucapnya dengan santai.

Awalnya Nindy memasang ekspresi aneh ketika mendengar ucapan Jiya yang terdengar cukup fulgar di telinganya, tapi akhirnya ia pun mengikuti langkah sahabat baiknya itu melewati kerumunan orang-orang yang sedang mengarahkan kamera ponsel pada mereka.

            Jiya dan Nindy pun terus berjalan dengan cepat hingga keluar dari hotel tersebut. Tapi saat sampai di depan hotel tersebut tiba-tiba ...

DUARRRR! 

"Eh copot-copot-copot!" ucap Nindy terkejut mendengar suara guntur yang menyambut mereka di depan pintu hotel itu.

Kemudian Jiya pun melangkah. "Aku ing—"

Tapi Nindy dengan cepat menarik sweater yang dikenakan Jiya, hingga membuat Jiya berhenti seketika. "Jangan macam-macam ini bukan film Dilan, kalau kamu sekarang hujan-hujanan di sana," ujar Nindy sambil menunjuk halaman hotel. "Kamu bukannya ketemu jodoh tapi yang ada ketemu Tuhan."

"Hahahaha ..." Jiya pun tertawa menanggapi kalimat sahabat baiknya itu.

"Malah ketawa lagi," gerutu Nindy sambil memijat keningnya.

"Ayolah Nin, aku kan baru patah hati masa kamu nggak ngebolehin aku main hujan," ucap Jiya menggoda sahabatnya itu.

"Asal pulang jangan sama aku," tukas Nindy lalu berjalan menjauh dan menuju parkiran lewat teras hotel itu.

Jiya pun menghela napas lalu mengikuti langkah Nindy. "Kalau gak sama kamu, terus aku sama siapa dong," ucap Jiya lalu merangkul sahabatnya itu.

"Mangkannya jangan macem-macem. Lagian kamu baru aja ngelihat calon suami selingkuh kenapa nggak ada sedih-sedihnya sih jadi perempuan," omel Nindy.

"Ngapain aku sedih, aku bahagia dong ... jadi paling tidak, aku sudah tahu kebusukan tentara ganteng itu," ujar Jiya dengan santai sambil meregangkan badannya ke kanan dan ke kiri.

Nindy pun menatap Jiya dengan aneh. "Positif sekali ya otak kamu itu,"

"Tentu saja, lagi pula aku juga tidak begitu menyukainya. Jadi biarin aja di ambil adik sialan itu," sahut Jiya dengan santai.

"Aku pikir kamu suka Hendra, sia-sia dong aku marah-marah kalau gitu," komentar Nindy.

"Hahahha."

 Mereka pun terus mengobrol sambil berjalan ke parkiran, hingga meninggalkan hotel itu dengan motor matic Nindy dengan kecepatan sedang.

 **

Dan di tengah perjalanan ...

"Nin, nanti di depan kita mampir ke warung dulu ya aku lap ... awass!" teriak Jiya.

BRAKKKK!

Akhhh! teriak Jiya dan Nindy bersamaan.

Dan beberapa saat kemudian, Jiya dan Nindy pun segera bangun dari tempat mereka terjatuh saat ini.

"Untung selamet," ucap Nindy sambil mengelus dada.

Sedangkan Jiya langsung berjalan ke arah pengendara motor gedhe yang tadi menabrak mereka.

"Hey Mas, kamu pikir kamu itu Boy yang ada di sinetron, naik motor seenak jidatmu," omel Jiya sambil menarik kerah pakaian orang yang menabrak tadi.

Dan sesaat kemudian terlihat beberapa mobil yang berhenti di sekitar tempat itu. 

"Pak, apa yang terjadi?" tanya orang-orang yang baru keluar dari dalam mobil tersebut.

Lalu orang itu pun melepaskan helmnya dengan santai.

'Cih dipikir film FTV kali, sok ganteng banget,' batin Jiya sambil menatap aneh ke arah laki-laki itu.

"Lepaskan tangan kamu," ucap laki-laki itu.

"Kalau tidak mau?" tantang Jiya dengan matanya yang membulat.

Lalu laki-laki itu pun memberi tanda pada orang-orang yang naik mobil tadi.

Dan ...

"Hei, apa yang kalian lakukan?" teriak Jiya ketika orang-orang itu menarik tangannya.

"Ji!" jerit Nindy yang juga di tangkap oleh orang-orang tersebut

"Hei Brengsek lep ... em, em...

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
98%(40)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
2%(1)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
9.8 / 10.0
41 ratings · 41 reviews
Write a review
user avatar
Si Mendhut
Hai, hai semua! Mimin mau ngabarin nih, season 2 Adam dan Jiya sudah muncul dengan judul 'Maju Mundur Kena Duda'. Semoga kalian semua tetap suka dan berkenan memberi dukungan untuk autor yang udah mirip kremesan rengginang ini ya. Muachh!
2023-11-07 03:19:41
3
user avatar
amel
blm ada season 2 lg ka...??
2023-01-15 21:47:03
3
user avatar
amel
ada season 2 nggak thor..??
2022-11-25 14:54:51
2
user avatar
Latem Schot
up donkk... :(
2022-10-22 06:45:24
2
user avatar
amel
blm up lg ka....??? ;(
2022-10-21 08:37:27
1
user avatar
Latem Schot
rajin up donkk thorrr....love pakai banget ni critanyaaa... <3
2022-10-11 21:00:07
1
user avatar
Latem Schot
ntah brapa lma lg nie hrs menunggu.... :(
2022-10-03 20:33:59
1
user avatar
Latem Schot
tak up lg ka thor...?? keciwanyaaa.... :(
2022-09-30 20:17:15
3
user avatar
Latem Schot
akhirnyaaaaa...... ^_^
2022-09-28 06:33:03
1
user avatar
Si Mendhut
Hai semua, sudah mulai up lagi ya novel ini :)
2022-09-27 04:23:31
1
user avatar
Latem Schot
blm up lg ka...??
2022-07-03 12:02:03
2
user avatar
Liew Vui Yin
biasa hr apa thor klu up...??
2022-07-01 18:04:23
1
user avatar
Liew Vui Yin
thor jgn buat rindu lma2 donkk..... :(
2022-06-30 12:42:13
1
user avatar
Liew Vui Yin
blm up lg ka...??. :(
2022-06-28 17:14:46
1
user avatar
Liew Vui Yin
rindu sdh.... :(
2022-06-25 18:01:03
1
  • 1
  • 2
  • 3
90 Chapters
Hari Yang Kampret
            Di halaman sebuah hotel berbintang yang ada di salah satu kota kecil di Jawa Timur, terlihat seorang gadis berlari-lari kecil menuju hotel.   "Kampret! Kenapa harus hujan sih," gerutu gadis bersweater hitam itu sambil mengangkat tas di atas kepala, berharap gerimis yang membasahi halaman hotel tersebut tak ikut membasahi kepalanya.                  Dan ketika ia memasuki hotel …   "Brugh! Isshh …" desis gadis itu saat tak sengaja menabrak seseorang.   "Hei, hati-hati dong!" teriak orang yang baru saja tertabrak oleh gadis tersebut.   "Maaf," ujar gadis itu sambil menangkupkan kedua telapak tangan di depan dada.   Lalu …   "Ji!" p
last updateLast Updated : 2021-08-07
Read more
Brewok Tak Berhati
              Dua jam kemudian akhirnya Jiya pun sadar, ia mulai membuka matanya perlahan. "Ini  di mana," gumam Jiya sambil memegangi kepalanya yang terasa berat. "Hacihhh!" Ia pun bersin seketika. "Sudah bangun?" tanya seorang wanita yang kini berjalan ke arahnya. "Sudah, kamu siapa? Dan di mana ini?" tanya Jiya yang sangat asing melihat wanita itu. Wanita itu pun tersenyum hangat. "Ini ada di hotel dan saya adalah  dokter yang dipanggil oleh Pak Adam untuk merawat kamu?" jawabnya dengan tenang sambil memberikan segelas teh hangat pada Jiya. "Terima kasih," ucap Jiya lalu menerima teh tersebut dan segera menyeruputnya.Tapi tiba-tiba Jiya menghentikan aktifitasnya. "Tunggu, hotel? Pak Adam itu orang yang menab
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more
Alasan Yang Tepat
"Bumi tenang. Papa sedang  ada di luar kota, sedang mengurus proyek baru," jawab Adam sambil memijat kepalanya. "Papa, masih lama di sana?" tanya Bumi—anak yang ada di dalam panggilan tersebut. "Masih, mungkin—"  Tut … tut … tut! Panggilan tersebut terputus begitu saja. "Dasar anak nakal," ujar Adam sambil menatap layar ponselnya. * Di tempat lain.           Saat ini Jiya dan Nindi pun bergegas  meninggalkan hotel tersebut. Dan ketika mereka sampai di luar hotel … "Gendeng awakmu Ji, wani-wanine awakmu nompo duwike wong kae maeng (gila kamu Ji, berani-beraninya k
last updateLast Updated : 2021-08-31
Read more
Tidak Salah
          Mendengar teriakan terebut Pak Ghofur dan Adam pun langsung saja berlari ke dalam rumah. Di sana terlihat Bu Mutia—Ibu Jiya sedang tergeletak di lantai dengan Jiya yang sedang memangku kepalanya. "Bu, kamu kenapa?" tanya Pak Ghofur yang juga langsung duduk di lantai kebingungan menatap istrinya tersebut. "Mari Pak kita bawa ke rumah sakit, saya akan siapkan mobilnya dulu," ucap Adam. Pak Ghofur pun langsung menyahut, "Iya Nak, tolong ya." Lalu Adam pun bergegas menyiapkan mobil seperti yang ia katakan, dan tak lama kemudian kembali masuk ke dalam rumah tersebut. "Sudah Pak, ayo kita bawa ke mobil," ujar Adam sambil bersiap menggendong Bu Mutia. "Kuat apa tidak?" tanya Jiya sambi
last updateLast Updated : 2021-09-01
Read more
Bumi Hilang
"Sudah hentikan, aku mengerti," sahut Adam yang sudah bisa membayangkan apa yang Bumi lakukan. "Terima kasih Tuan," sahut Barak dengan suara lega. "Lalu kalian sekarang ada di mana?" tanya Adam sambil menatap jam tangannya yang menunjukkan pukul sembilan malam. "Kami baru saja masuk kota Surabaya," jawab Barak dengan cepat. "Apa kalian hanya berdua?" "Iya Tuan," sahut Barak dengan cepat. "Huff," Adam menghela napas panjang. "Kalian cari tempat menginap dulu, besok pagi baru melanjutkan perjalanan lagi," sambungnya. "Baik Tuan," sahut Barak dengan tenang. Lalu Adam pun mematikan panggilan tersebut dan meletakkan ponselnya di atas meja
last updateLast Updated : 2021-09-01
Read more
Jangan Fitnah Aku Mbak
PLAKKK! Sebuah tamparan menebas pipi laki-laki yang baru saja memukul Adam. "Kamu itu yang mampus!" teriak Jiya setelah menampar pipi laki-laki itu sekuat tenaga. "Ternyata selama ini kamu juga jalang," ujar laki-laki itu sambil menarik kemeja Jiya hingga membuat beberapa kancing kemejanya terlepas. Jiya pun tersenyum sinis. "Apa yang ingin kamu lakukan? Apa orang tua Sherin belum berbicara pada paman dan bibi?"  "Mereka tetap ingin aku menikah dengan kamu. Dan aku harus menikah dengan kamu," tegasnya. Jiya pun tersenyum menghina, "Aku … menikah dengan kamu yang sudah selingkuh di depan mataku? Otakmu itu ada di mana?"  "Kamu sendiri, apa yang kamu lakukan dengan laki-laki sial ini?" ucap laki-laki itu seolah mengintrogasi.
last updateLast Updated : 2021-09-02
Read more
Sepuluh Juta Untuk Nama Moli
"Maafkan saya Tuan Muda," sahut orang tersebut sambil membungkukkan badannya. "Orang nggak berguna!" teriak anak itu dengan gaya tengil. 'Duh anak siapa ini, kok bisa begini bentukannya,' batin Jiya yang merasa heran melihat tingkah super anak tersebut. Sesaat kemudian …. "Turunkan dia," ucap Adam yang  entah sejak kapan sudah ada di belakang Jiya. Jiya pun langsung menoleh dan segera menurunkan anak laki-laki tersebut. "Siapa yang mengajarimu seperti itu?" tanya Adam sambil menatap tajam ke arah anak tersebut.  Anak itu pun menunduk tapi wajahnya tidak menunjukkan rasa bersalah. "Katakan!" bentak Adam.
last updateLast Updated : 2021-09-02
Read more
Kalah Taruhan
"Tidakkkkk!" teriak Bumi sambil mengacak-ngacak rambutnya. "Tidak mungkin, aku ini juara catur kenapa bisa kalah," ucap anak laki-laki itu sambil menatap papan catur di hadapannya dengan rasa tak terima. Jiya pun tersenyum santai. "Bagaimana? Aku sudah mengalahkanmu tiga kali," ucapnya dengan tenang. Bumi pun langsung menunjuk wajah Jiya. "Kamu pasti curang," tukas Bumi, menolak kekalahannya. Jiya pun menyenderkan tubuhnya di kursi yang ia duduki. "Katanya laki-laki dewasa … laki-laki kok mewek," ejek Jiya seperti anak kecil. "Aku nggak nangis!" serunya sambil turun dari kursi yang didudukinya.  Jiya pun menatap Bumi dengan remeh. "Kalau begitu buktikan. Laki-laki itu kalau punya janji harus ditepati," sahutnya sambil bersikap sok malas menghadapi B
last updateLast Updated : 2021-09-03
Read more
Sepuluh Juta per Bulan
    Akhirnya Bumi pun pergi mencari toko penjual es krim bersama anak-anak itu.  "Ke mana mereka?" tanya Adam sambil terus menatap ke arah anak-anak kecil tersebut. "Mencari toko," jawab Jiya dengan santai. "Mencari toko, apa maksud kamu?" tanya Adam.  "Ya mencari toko," sahut Jiya masih dengan nada santai. "Bukannya tadi ada toko." "Ada, tapi jam segini toko yang menjual es krim jarang yang sudah buka," terang Jiya. Adam pun bergumam menanggapi hal tersebut. "Mana," ucap Jiya sambil menengadahkan tangannya di depan Adam. Adam pun mengernyitkan keningnya melihat tangan Jiya. "Apa?" tanyanya. "Ganti uangku," jawab Jiya singkat. Adam menghela napasnya saat melihat hal itu, ia pun segera mengeluarkan dompetnya. "Ini," ucapny
last updateLast Updated : 2021-10-06
Read more
Bukan Dari Paijo
"A-a-aku …" Jiya kebingungan harus menjawab apa.   Adam pun memejamkan matanya. "Ehem," dehemnya, "sudah aku tidak ingin mendengar omong kosong lagi. Apa yang terjadi?" tanyanya sambil menatap ke arah Jiya.   Kemudian Lina pun langsung menyahut, "Ini Pak, saya Lina. Saya salah satu temannya Jiya, saya ingin melamar menjadi pengasuh untuk anak Bapak."   Adam pun langsung menatap ke arah Lina. "Jadi kamu?"   "Iya Pak, saya," sahut Lina sambil tersenyum manis pada Adam.   'Apa orang seperti ini bisa menangani Bumi,' pikir Adam sambil menatap ke arah Lina beberapa saat. "Ya baiklah kamu ikuti saja bagaimana perkataan Jiya," ucap Adam dengan tatapan dingin menyertai kalimatnya.   "Baik Pak," sahut Lina dengan lembut.   Lalu Adam kembali menatap ke arah Jiya yang masih sibuk menggoda Bumi kecil. "Kamu," panggilnya.  
last updateLast Updated : 2021-10-07
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status