Semua Bab Jiwaku di Tubuh Istrinya: Bab 71 - Bab 80
113 Bab
Bab 71 : Mereka Siapa?
Aku pun tak bisa berbuat apa-apa. Aku terpaksa mengabaikan permintaan tolong mereka yang terdengar memilukan itu. Akhirnya kami masuk ke dalam gua yang paling dalam. Di sana kulihat di dalamnya seperti isi rumah pada zaman dahulu. Di sana ada sofa dan pernak-pernik yang terbuat dari tembaga dan emas. Lalu aku melihat sebuah lubang yang menganga dipenuhi cahaya, seolah pintu rumah yang menghampar pemandangan luas di bawah sana. Aku seakan berada di atas pesawat melihat pemandangan di luar lubang itu. Ternyata keberadaanku sudah sangat tinggi. Kami seperti berada di atas gunung.   “Kita di mana?” tanyaku.   “Di atas sebuah gunung,” jawab arwah Aksana.   “Gunung apa?” tanyaku.   “Kau tak perlu tahu,” jawab arwah Aksana.   Lalu kulihat di bawah sana ada sosok perempuan yang memiliki dua sayap seperti kupu-kupu yang terbang di atas pepohonan dan tubuhnya sangat kecil.  
Baca selengkapnya
Bab 72 : Alam Lain
Tak lama kemudian, kulihat para peri beterbangan dengan panik. Aku tak tahu apa yang sudah terjadi. Mereka beterbangan menuju atas. Sesaat kemudian arwah Aksana datang dengan wujud manusia dengan kaki yang terluka tertusuk anak panah. Aku terkejut melihatnya.“Kau kenapa?” tanyaku penasaran.“Kita harus segera pergi dari sini, mereka sudah hampir sampai ke sini, kita harus masuk ke gerbang istana. Kalau tidak mereka akan membunuh kita,” pinta arwah Aksana padaku.“Mereka siapa?” tanyaku.“Musuh bangsa kami. Mereka sedang memerangi kami dan ingin merebut kerajaan kami. Ayo kita pergi.” Pinta Aksana.Akupun bergegas mengikuti arwah Aksana keluar dari gua. Saat hendak keluar gua, kulihat para arwah yang dirantai sudah tidak ada di sana.“Kemana mereka?” tanyaku pada Aksana dengan heran.“Mereka sudah dibawa oleh pasukan menuju gerbang istana,&rd
Baca selengkapnya
Bab 73 : Lelaki Berjubah
“Bawa dia ke dalam lalu hantarkan dia ke dunianya,” pinta lelaki penunggang tadi pada kedua lelaki berjubah yang barus datang itu.Setelahnya, lelaki penunggang burung itu kembali terbang bersama burungnya. Lalu aku dibawa menuju air terjun.“Aku mau dibawa kemana?” tanyaku.“Jangan takut, kami akan mengembalikanmu ke duniamu, karena kau masih hidup,” ucapnya padaku. Aku pun mengangguk lalu mengikuti langkah mereka menuju barisan arwah manusia yang mengantri memasuki air terjun itu.Aku dan para arwah manusia lainnya itu pun memasuki air terjun itu. Dapat kurasakan derasnya air berjatuhan ke tubuhku. Dingin air terjun itu pun bisa kurasakan. Akhirnya kamu memasuki lorong gua yang diterangi oleh cahaya-cahaya yang beterbangan seperti kunang-kunang. Namun cahaya-cahayanya itu cukup besar. Lalu tibalah kami ke dalam rongga gua yang cukup besar berdinding bebatuan hitam. Di ujung sana kulihat lelaki berjubah putih
Baca selengkapnya
Bab 74 : Siapa Kamu?
“Siapa kamu?” tanyaku.“Aku yang menjaga Mas Bimomu,” ucapnya.“Pergi kamu dari dia, jangan ganggu dia lagi,” ucapku.Perempuan yang berpakaian pengantin itu tertawa padaku. Lalu entah kenapa, tangan kananku tiba-tiba seperti kesemutan, lalu tiba-tiba saja tangan kananku bergerak dan kuarahkan ke arwah yang berpakaian pengantin itu. Perempuan itu menjerit.“Tolong! Jangan lakukan itu! Berhenti!” teriaknya.Aku masih tak percaya akan apa yang aku lakukan. Telapak tanganku terbuka dan masih mengarah pada perempuan itu. Di telapak tanganku kurasakan seperti ada getaran yang keluar darinya. Tak lama kemudian arwah perempuan itu seperti tersedot ke arah dinding lalu dia menghilang. Tak lama kemudian tanganku lemas kembali. Lalu dengan tak percaya kuperhatikan tanganku yang tiba-tiba saja memunculkan kekuatan itu. Kenapa ini bisa terjadi? Apa gara-gara aku pergi ke dunia lain itu? Atau g
Baca selengkapnya
Bab 75 : Sebuah Restu
“Mas udah bilang ke Ayah dan Ibu. Mereka shock mendengarnya, tapi mereka sudah membuang batu yang mereka miliki yang diberikan seorang dukun pada mereka,” ucap Mas Bimo lagi.“Sudah dibuang?”“Iya, mereka membuangnya ke lautan, katanya jika dibuang kelautan itu artinya ilmu itu sudah dikembalikan ke yang memberinya,” jawab Mas Bimo.Aku lega mendengarnya. Tiba-tiba aku teringat akan Papah Mamahku.“Dimana papah sama mamah?” tanyaku.“Mereka juga sudah membuangnya ke lautan berbarengan sama papa dan mama. Ternyata kedua orang tua kita itu teman lama. Mereka sama-sama datang ke dukun yang sama.”Aku terkejut mendengar itu, darimana kedua orang tuaku tahu, apa kemarin aku juga bilang kepada mereka. Entahlah, yang penting sekarang aku sudah tenang kalau mereka sudah membuang batu itu, si Ilyas pasti tak akan bisa menemukannya lagi kalau sudah dibuang ke laut.
Baca selengkapnya
Bab 76 : Kami Menikah
Dua bulan kemudian. Pernikahanku dengan Mas Bimo sebentar lagi akan dilangsungkan. Tapi ada kabar buruk yang datang sebelum pernikahan kami. Mendadak perusahaan papah dan ayah Mas Bimo bangkrut. Banyak penanam saham yang menarik sahamnya dari perusahan papah dan ayah Mas Bimo. Papah dan Mamah sangat sedih menghadapi itu, begitupun dengan kedua orang tua Mas Bimo. Aku yakin itu semua karena mereka telah melepas ilmu yang mereka lalukan dulu untuk kekayaan. Kini semua harta dan segala yang didapat dari bekerjasama dengan setan itu telah lenyap. Papa dan Mamah terpaksa membeli rumah sederhana di daerah Lebak Bulus. Kedua orang tua Mas Bimo pun sama. Mereka memilih tingga di rumah sederhana yang berdekatan dengan rumah kedua orang tuaku. Dan pernikahan aku dan Mas Bimo pun berlangsung sederhana di sana.Setelah kami selesai menikah, Mas Bimo kembali membawaku ke Sentul. Kembali ke rumah lamanya dulu yang belum dijualnya. Sementara rumahku yang lebih dulu kujual sudah ditempat
Baca selengkapnya
Bab 77 : Mereka Datang Lagi
“Kenapa, Indah?” tanya Mas Bimo padaku.“Rangga?” ucapku.Rangga tersenyum padaku.“Iya, Indah. Sorry, tadi aku sengaja ngetuk rumah buat minta tolong sama Mas Bimo nembak burung itu,” ucap Rangga.Aku langsung menarik tangan Mas Bimo dan mengajaknya ke dalam. Ketika kami sudah tiba di dalam rumah, Mas Bimo heran.“Kenapa?”“Jangan deket-deket dia, dia itu psikopat,” pintaku pada Mas Bimo.Mas Bimo tertawa.“Kata Siapa?”“Aku udah tahu semuanya, Mas. Keluarganya itu gunain ilmu kekayaan gitu. Dan Nayara jadi inceranya selama ini,” jelasku pada Mas Bimo.“Kalo dia mau bunuh Nayara, kenapa Nayara udah jadi istrinya sekarang? Dia pindah ke sini, di depan rumah kita sama Nayara,” ucap Mas Bimo.Aku terbelalak mendengarnya.“Rangga sama Nayara udah nikah?&rd
Baca selengkapnya
Bab 78 : Dia Harus Ditangkap
“Jangan, itu bahaya, aku nggak mau diantara kamu atau Nayara nanti terjadi sesuatu. Si Ilyas pasti tahu kalau Lastri sedang dirasuki jika memang cara itu yang mau kita gunakan. Si Ilyas itu pinter, apalagi kata Nayara dia sekarang sedang mendalami ilmu hitam,” ucap Mas Bimo.“Tapi waktu itu si Ilyas pernah nggak ngeh saat Indah ngerasuki tubuh aku,” bela Nayara.“Aku tetep nggak setuju,” jawab Rangga pada akhirnya.Mendengar Mas Bimo tak setuju, akhirnya aku diam. Bagaimana pun aku juga harus hati-hati.“Gimana kalo aku aja? Nggak usah Indah. Aku udah tahu semuanya tentang Ilyas dan apa kelemahannya,” ucap Nayara pada Rangga.Rangga diam.“Boleh, kan?” pinta Nayara pada Rangga.“Tapi siapa yang bisa bantu kamu bertukar jiwa sama Lastri?” tanya Rangga yang menyangsikannya.Nayara melihat ke arahku,”Sama orang yang dulu p
Baca selengkapnya
Bab 79 : Dia Tak Bisa dibawa Kesana
“Aku nggak apa-apa,” jawabku pada Mas Bimo. Aku nggak mau mengganggu Mahfud yang sekarang masih sibuk berdoa. Tapi aku heran, apa yang kulihat barusan? Kenapa itu bisa terbayang dalam ingatanku. Apakah aku pernah berada di sana? Entahlah, mungkin nanti setelah Mahfud selesai berdoa aku bisa sekalian menanyakan itu padanya.Rupanya Mahfud sudah selesai berdoa. Dia kembali duduk bersama kami.“Aku sudah mencoba mencari keberadaannya, tapi aku tidak berhasil,” ucap Mahfud,”sepertinya Ilyas sudah memiliki ilmu yang cukup kuat hingga bila aku mendekat ke sebuah pintu, pintu yang hampir terbuka itu tertutup kembali,” lanjut Mahfud.“Terus, sekarang kita harus bagaimana? Apa boleh langsung tukarkan jiwaku dengan jiwa Lastri?” tanya Nayara.Mahfud menatap Nayara dengan bingung.“Bisa saja, tapi kita harus memikirkan bagaimana jika Lastri ada di tubuh kamu nanti?” ucap Mahfud.
Baca selengkapnya
Bab 80 : Mas Yakin Dengan Semua Ini?
“Aku di mana?” tanyaku pada kakek itu. Kakek itu hanya diam. Setelah kuamati baik-baik wajahnya, tiba-tiba aku mengingat sewaktu kakek itu mendatangiku saat aku di rumah sakit. “Tolong jawab aku, kek?” pintaku padanya. Tiba-tiba aku merasakan hembusan angin yang begitu dingin. “Kenapa masih ada yang menggunakan ilmu itu?” tanya kakek. Aku heran apa  maksudnya? “Ilmu apa, Kek?” tanyaku yang masih bingung. “Meraga sukma. Ilmu tak boleh digunakan manusia. Itu sangat berbahaya,” ucap Kakek itu. “Maafkan aku, kek. Aku terpaksa meminta bantuan pada Mahfud untuk mencari bukti kejahatan Ilyas yang sudah banyak melakukan kejahatan padaku,” ucapku. “Meskipun ilmu itu dilakukan untuk kebaikan, tapi tetap saja tak boleh digunakan,” ucapnya la
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status