All Chapters of Ketika Adat Menentang Cinta: Chapter 21 - Chapter 30
35 Chapters
Bab 21
Malam terkahir kami bertemu, semuanya terlihat baik - baik saja. Meskipun di malam itu dia terlihat sangat sedih! Aku rasa bukan itu masalahnya! Aku tidak merasakan ataupun melihat ada yang ganjal. Segalanya terlihat normal. Aku sempat berpikir untuk menghubungi Ibunya, Tapi urung! Setelah memikirkannya kembali, aku rasa itu tidak perlu.   Menyadari aku sedang berada dimana!! Aku segera beranjak dari kasur__segera mandi.   Andai saja aku punya teman yang bisa di ajak ngobrol dengan nyaman! Ingin sekali rasanya meluapkan isi hatiku__bercerita soal hubunganku dengan Qilla__bagaimanpun aku juga punya hati   Fahri? Umar? Atau bahkan Juli? Aku rasa itu tidak perlu! Bukan karena aku tidak mempercayai mereka apalagi harus merasa tidak nyaman. Mereka adalah teman - teman ku disini__selain karena itu juga, melihat mereka yang terlalu asyik dengan dunianya masing - masing! Aku memang tidak berniat untuk melakukannya.  
Read more
Bab 22
Masih tenggelam dalam lamunanku! Aku dan beberapa pedagang yang lain sedang dalam perjalanan pulang. Melihat kondisiku yang baik - baik saja! Fahri dan Umar bahkan tidak tau jika suasana hatiku saat ini sedang kacau! Juli tidak bisa ikut bersama kami karena alasan tertentu! Aku tidak tau persis apa alasannya.   Dalam perjalanan pulang! Tak lupa juga kami mampir di Nimbokrang untuk mengisi perut di salah satu Rumah Makan Prasmanan! Kendraan yang kami sewa adalah Truk! Kami duduk dan berbaring di atas tumpukan barang yang sudah di bungkus dengan karung goni!   Menjalang sore__kami pun tiba__lebih tepatnya jam 3 sore__tanpa menunggu di suruh, kami segera menurunkan barang - barang__merapikannya kembali di kios! Setelah itu, aku segera pulang untuk istrahat__sebelum pulang, aku menyempatkan diri untuk mampir di tempat tinggalnya Kakak ku__menyetor hasil penjualan dari Jhuk kepada Kakak Ipar ku__tidak lupa juga mengirim beberapa ratus ribuh untuk
Read more
Bab 23
Pukul 7 malam! Fahri berusaha membangunkan ku. Perlahan - lahan aku membuka mataku__aku mengerjap - ngerjap. Kemudian Fahri berkata dengan lembut. "Bangun, Ciang! Kau pasti lapar kan? Ayo, kita keluar cari makan"   Aku segera bangkit__membersihkan wajah ku. Lupakan soal mandi, untuk bergerak saja, rasanya terlalu sulit__bukan karena aku sedang sakit__aku baik - baik saja. Kalau saja Fahri tidak membangunkan ku! Mungkin aku akan tetap terlelap hingga esok pagi.   Aku dan Fahri segera berjalan__menuju ke tempat yang biasa kami datangi__Umar tidak ikut! Bukan karena kami tidak mengajaknya. Dia sedang sibuk dengan dunianya sendiri.   "Ciang! Kita pesan nasi goreng atau lalapan mujair?" Tanya Fahri. "Dari kau saja mau pesan yang mana." Aku jawab sekenanya. Kami sudah hampir tiba. Terlihat begitu banyak orang yang antri. Tempat ini memang selalu terlihat ramai. Ini bukan pertama kalinya aku kesini, jadi aku tid
Read more
Bab 24
“Okey! Aku rasa, aku tidak perlu membahas itu. Yang menjadi pertanyaan ku sekarang adalah apa rencanamu? Lebih tepatnya, apa yang ingin kau lakukan sekarang?” tanya Fahri!“Entahlah! Aku hanya merasa tidak siap!”“Tidak siap apa?” katanya“Tidak siap jika,,,! Ah, sudahlah,,, sebaiknya sekarang kita pulang. Aku merasa sudah baikan. Terima kasih sudah mau mendengar ceritaku, Fahri!”“sama – sama, Ciang.”Ya, meskipun yang aku katakan itu tidak sepenuhnya benar. Aku rasa setelah percakapan kami selesai, suasana hatiku sedikit membaik. Dan aku yakin, Fahri masih ingin bertanya lebih banyak lagi. Itu terlihat jelas dari raut wajahnya. Tapi aku tidak ingin obrolan kami melebar kemana – mana. Dalam artian yang lebih dalam. Bagaimanapun, saat ini aku merasa sangat khawatir dengan keadaan Qilla. Dalam sebuah hubungan. Tiga bulan tanpa k
Read more
Bab 25
                4. Gadis Buton Itu Bernama Seli Hari – hari berlalu seperti biasanya. Meskipun aku masih terus memikirkan Qilla. Aku tetap bekerja seperti biasa, menjaga kios. Aku juga masih aktif pergi ke Jhuk setiap memasuki pekan kedua di hari Jum’at, tepatnya Jum’at malam. Lebih dari itu, aku bersyukur bisa mengenal Fahri, Umar dan Juli. Meraka adalah teman – teman yang menurutku cukup baik, selalu berusaha menghiburku. Benar – benar teman yang baik. Terlepas dari bahwa mereka terlalu sering mencari perhatian kepada setiap gadis di pasar baru, Sentani. Aku rasa itu bukan masalah. Melihat mereka bertingkah seperti itu seakan mewakilkan naluri seorang laki – laki sebagai pemuja wanita. Itu sah – sah saja. Apa lagi mereka bertiga masih jomblo. Aku harap mereka bisa segara mendapatkan gadis impiannya mereka. Aku menatap kalender 2012. Setiap memasuki awal  atau akhir bulan. Aku selalu menambahkan kata d
Read more
Bab 26
Dan Pamanku adalah contoh nyata dari segelintir orang yang mampu meraih kesuksesan tanpa harus duduk di bangku pendidikan. Ya, bukan berarti semua orang yang tidak berpindidikan bisa sukses. Banyak juga yang harus rela kerja serabutan, buru, tukang parkir dan masih banyak lagi. Hal yang sama juga berlaku untuk orang – orang yang berpendidikan. Tapi sekalinya meraih kesuksesan, tidak tanggung – tanggung. Meraka bahkan bisa membuat kesenjangan yang begitu jauh dengan orang – orang sukses yang tidak berpendidikan. Mau contohnya? Oke, baiklah. Disini saya akan mengambil MNC Group atau Bakrie Group sebagai contoh. Apa diluar sana ada pengusaha basis perdagangan yang bisa menyaingi kekayaan mereka? Siapa yang terlintas di benak kalian? Bob Sadino? Sebagai pengusaha dengan latar belakang tidak mengenyam pendidikan, yang mengendalikan pergerakan pabrik industri telur ayam! Tanpa mengurangi rasa hormat, Opa Bob masih sedikit berada di belakang  mereka
Read more
Bab 27
Selama ini aku tidak pernah berinteraksi langsung dengan mereka. Lebih tepatnya aku belum mengenal Kakak Ipar ku dengan baik. Meskipun aku selalu menyetor hasil penjualan barang kepadanya selama Kakak ku berada di Ambon. Aku hampir tidak pernah berbasa – basi dengannya. Jarak antara rumah Kakak ku dan tempat tinggalku sebenarnya tidak terlala jauh. Masih bisa di tempuh dengan berjalan kaki. Kebetulan satu arah dengan pasar baru, Sentani. Dia hanyalah seorang pria yang menurutku terlalu malas untuk berjalan. Itu bisa di lihat dari tubuhnya yang gempal dan perutnya yang semakin buncit. Apa jadinya jika aku memiliki tubuh yang sama dengannya. Memikirkannya saja membuatku merasa ngeri. Mereka tinggal di sebuah ruko. Jika aku tidak salah, panjang bangunannya kurang lebih 20 meter dan untuk lebarnya sendiri aku tidak begitu yaikin berapa meter! Karena semakin kebelakang, bangunannya semakin lebar. Yang jelas lebar pintu depannya mungkin sekitar 5 atau 6
Read more
Bab 28
Siapa sebenarnya gadis ini? Mengapa hatiku seolah – olah sedang mencarinya! Apa karena aku kesepian? Ah, tidak! Menurutku itu bukan alasan yang tepat. Di pasar baru, Sentani, aku sering melihat banyak gadis. Selain para anak mudah, ada juga gadis – gadis yang merantau atau paling tidak, mereka mengikuti keluarga mereka untuk datang kesini. Ada yang fokus melanjutkan pendidikan, ada juga yang sekedar menjaga kios untuk mencari pengalaman.   Mereka adalah gadis – gadis Buton yang baru menapakan kaki di kota. Bicara soal karakter, mereka masih terlampau jauh dengan gadis – gadis kota. Mereka masih harus banyak belajar. Lupakan soal attitude! Aku pribadi tidak begitu tertarik dengan mereka. Bukan karena aku membenci mereka! Tapi aku pernah berjanji tidak akan menjalin hubungan asmara dengan gadis Buton, dan aku tidak punya alasan yang jelas untuk itu. Ya, meskipun begitu, aku mengakui 4 dari 10 di antaranya masih terlihat sedap di pandang. It
Read more
Bab 29
Ada begitu banyak gadis di pasar baru. Dan diantara mereka belum ada yang membuat jantungku berdebar, atau paling tidak membuatku tertarik. Ya, mungkin karena di hatiku masih ada Qilla. Meskipun aku belum mendengar kabar tantang Qilla, rasanya terlalu naif jika aku mengatakan bahwa aku tidak merindukannya. Aku sangat rindu padanya. Meskipun dia tidak pernah lagi mengabariku, aku pasti akan mencarinya setibaku di Ambon nanti. Entah 1, 2 atau 3 tahun berada disini aku tetap akan mencarinya. Aku butuh penjelasan. Lagi pula tidak akan semudah itu menghilangkan perasaan yang sudah tertanam selama 3 tahun. Namun, Seakan semua perasaanku untuk Qilla tidak berarti apa – apa! Gadis itu mampu menyihirku hanya dengan mendengar suara dan namanya. Aku masih tidak begitu mengerti dengan apa yang aku alami saat ini! Rasanya terlalu rumit. *** Beberepa keluarga berkumpul di bagian belakang. Mereka sedang asyik nonton TV. Pemandangan yang tidak begitu berbeda deng
Read more
Bab 30
Saat aku menatap salah satu di antara mereka, aku tersenyum sambil sedikit membungkukan badan, berlalu mengikuti Kakak Ku. Selanjutnya aku asyik menonton melihatnya memasak.Fahri sudah pernah memberitahuku soal  Kakak ku yang jago memasak. Dia menyalahkan kompor, menyiapkan wajan, tak lupa juga menuangkan minyak goreng.Aku mengamatinya dengan cermat, barangkali saja aku bisa sedkit belajar. Sambil menunggu minyak di panaskan. Dia menuangkan tepung bumbu di baskom mini, sepertinya dia akan membuat filet udang.Pyak,, pyak,, pyak!Suara itu terdengar mendominasi saat udang yang memang sudah di baluri tepung bumbu berenang ke dalam minyak yang sudah panas. Sambil menunggu, Perhatiannya teralihkan, dia mengambil pisau dan talenan.Mengiris beberapa bawang, cabe dan tomat. Tidak akan berlebihan jika aku berkata bahwa aku sedang menyaksikan perlombaan memasak, hanya saja kontestan yang mengikuti lomba hanya dia sendiri. Hehehe!Dia mengambi
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status