All Chapters of Indra Keenam: Chapter 41 - Chapter 50
63 Chapters
41
Hantu-hantu kecil yang malang Karena Aya sudah mengatakan semuanya isi hatinya kepadaku. Dan juga hari ini aku akan pulang bersamanya. Aku dan ayah hanya menunggu dokter datang saja. Untuk pemeriksaan terakhir dari luka yang ku derita. Sekaligus paman yang kata ayah sedang menuju ke sini membawa kursi roda untukku.  Seketika para hantu-hantu kecil itu mendekat lagi dan lebih dekat. Akhirnya aku mengatakan kepada ayah kalau aku memiliki teman disini. "Ayah,""Iya nak,""Sebenarnya dari tadi aku ingin mengatakan kalau di sini ada hantu-hantu kecil. Mereka sering bermain bersamaku di sini. Ketika kalian pergi meninggalkan aku sendirian di sini." "Apa meraka masih di sini nak?" Ayah menanyakan keberadaan hantu-hantu kecil itu kepadaku.  "Iya ayah, mereka ada di dekat ayah ""Benarkah? Berarti mereka mendengar pembicaraan kita dari tadi."
Read more
42
Untung saja ayah mengambil langkah dan meminta paman untuk tinggal serumah dengan kami. Meskipun sesekali paman masih pulang kerumahnya hanya untuk melihat kondisi rumahnya.  Ayah juga membeli tanah di belakang rumah, karena kebetulan ada orang yang menjual tanahnya kepada ayah. Makanya ayah membeli tanah itu. Sekalian untuk meluangkan waktu untuk berkebun.  Meskipun ayah punya kekayaan, dia tidak pernah lupa dengan leluhur keluarga Paxly yang suka berkebun dan bercocok tanam. Ayah sangat hobi dan senang dalam bercocok tanam. Memang begitulah sifat dan kebiasaan awal dari leluhur selalu turun temurun kepada generasi berikutnya.  Jika kalian ingat dengan kitab yang dikatakan paman Paul kepadaku, kalau dia menyimpan kitab yang asli bersamanya. Paman telah memberikannya kepadaku. Meskipun paman merasa kalau waktunya belum tepat, untuk memberikan kitab itu aku pelajari. Tapi karena paman juga tidak mungkin sel
Read more
43
Dia sangat antusias ingin segera menemui Parker. Mungkin inilah yang dinamakan dengan ikatan darah. Entah bagaimana Parker bisa menahan dirinya untuk tidak bertemu dengan keponakanku ini.   Semoga dengan pertemuannya ini dia bisa mengembalikan rasa rindunya. Ini semua memang terjadi karena peristiwa yang di akibatkan keluarga Morgan yang selalu menginginkan kekuasaan dan juga kekuatan dengan memeras orang lain. Sehingga banyak orang yang menderita.  Sampai sekarang juga, kekuasaan keluarga Morgan selalu menjadi kendala bagi marga yang lainnya. Jika di kisah kan semuanya tidak cukup naskah untuk menampungnya. ------- Karena umur ku yang sudah menginjak usia kepala empat. Aku merasa lelah sekali. Tapi sayangnya keponakan ku selalu menolak saat ku minta dia untuk berhenti sejenak untuk beristirahat.  Sampai yang terakhir kalinya aku mengajak
Read more
44
. Hampir Saja Ketahuan Setelah ayah tiri ku dan yang lainnya pulang ke rumah. Mereka semua menyambut kedatangan Pak Peter yang aku gunakan sebagai nama samaran ayahku, dengan sangat antusias. Mereka berterima kasih kepada dia karena sudah mau menolong kamPadahal yang benar adalah bukan sekedar menolong tapi, sudah menjelaskan siapa diriku sebenarnya. Dan juga siapa ayah kandungku yang sebenarnya, yang selama ini telah tersembunyi rahasianya dari kupingku "Bang, dia siapa sebenarnya?" Tanya adikku Jack padaku, berbicara secara empat mata. Karena, dia sepertinya mencurigai kalau dia bukan hanya sekedar orang biasa bagikuTerlihat kalau perhatianku lebih padanya "Kan abang sudah bilang kalau dia orang yang menolong Abang sama paman waktu di sana."Iya disana mana bang?""Ini, di hutan."Kenapa di hutan? Bukannya paman bilang kalau kalian pergi ke kota sebelah? "Iya, k
Read more
45
Pertemuan Pertama Selama dua bulan telah aku lalui bersama dengan ayah kandungku sendiri di rumah yang sama, kini peran dan penyamaran kami sangat terlatih. Tidak ada yang tau kalau aku dan Peter ada hubungan khusus. Hanya paman saja yang tau dengan kejadian ini semua.  Luka di kaki ku juga sudah sembuh. Aku sudah bisa melaksanakan aktivitas seperti biasanya. Hari-hari yang aku lalui semakin dekat dengan ayah. Peter telah menunjukkan sikapnya sebagai seorang ayah, dia telah menunjukkan sebagian besar dari apa yang harapkan dari dirinya.  Begitu banyak canda dan tawa yang kami buat bersama.  Hari ini aku dan Peter berencana membeli sesuatu ke pusat perbelanjaan di pusat kota.  Bukan hanya sekedar membeli sesuatu barang saja, melainkan sekaligus menghabiskan waktu bersama.  "Pak, ayo kita berangkat." Aku mengajak Peter yang
Read more
46
Mencari Layla, dan Masalah Baru  Setelah aku, Peter dan paman, mengumpulkan cukup petunjuk dari perempuan bernama Layla. Besok hari kami akan mencoba mencari perempuan itu.   Kini saatnya aku beristirahat. Mengumpulkan tenaga untuk pencarian besok hari.  Sebelum aku bisa memejamkan mataku, aku teringat kalau Peter bisa meramal dan melihat seseorang dengan kemampuan yang dimilikinya.  Aku segera bangun lagi. Dan menyalakan lampu tidur. Untungnya aku ada sekamar dengan Peter.  Kulihat dia sudah berbaring mengarah ke samping kiri. Seperti biasanya Peter pasti mengarah ke kiri saat akan tidur.  Kuberanikan  diri membangunkan dia. Memang ini sudah jam sebelas malam lewat.  Aku mendekatkan wajahku dan membisikkan ke telinganya, "ayah. Apa sudah tidur?" "Hem, belum
Read more
47
 Pencarian Hari pertama Nihil "Jack sudah berapa lama kau mengetahui kalau aku dan Peter ada hubungan darah?" Tanyaku pada Jack di tengah-tengah pencarian kami yang melelahkan, untuk yang kedua kalinya. Aku hanya ingin memastikan kalau dia sudah sejak kapan mengetahui penyamaran kami ini. "Semenjak kau, kurang memberikan sosialisasi dengan ku dan juga yang lainnya." Jawabnya dengan sedikit singkat. "Tunggu, benarkah?" Lanjut ku. "Ya, benar sekali bang. Sudah hampir tiga minggu. Aku selalu menyempatkan dan juga memata-matai kalian berdua. Yang kelihatan menyembunyikan sesuatu kebenaran dari kami semua." Dalam pikiranku, berarti selama ini aku dengan sandiwara ini, membuat penyamaran kami terbongkar. Tidak seperti yang aku bayangkan kalau penyamaran kami berjalan dengan mulus.  "Kenapa kau terdiam bang?" "Ah, tidak apa-apa. Aku ha
Read more
48
Pengunjung  Pencarian pertama yang telah kami lakukan kemarin belum membuahkan apa-apa. Kami memtuskan untuk, melanjutkannya hari ini.  Meskipun ada sedikit kendala yang pasti akan menghambat kami.  Hari ini sedang turun hujan, mulai dari malam tadi dan belum reda sampai jam 11 pagi.  Ini akan membuat kami basah kalau sampai di sana.  "Paman, apa kita pergi saja?" "Tunggu saja lagi nak. Hujannya masih cukup lebat. Bisa bahaya kalau kita kesana." "Kenapa bahaya paman?" "Jalanan basah dan licin nak. Paman takut terjadi kecelakaan lalulintas." "Tapi kita bisa pelan-pelan paman." Paman memegang pundak ku dan berkata, "Sudah sebaiknya kita tunggu saja lagi. Ok. Kamu tenang saja pasti kita akan menemukan perempuan yang bernama Layla ini." 
Read more
49
"Sudah ayah bilang nak. Ayah sedang merasa kurang enak badan saja." Akan tetapi aku selalu meminta dan memohon pada Peter agar dia mau melakukan hal itu pada ayah tiriku.  "Ayah, kumohon. Tolong bantulah aku. Ayah" aku memelas agar diberikan kasihan. "Iya, baiklah aku akan melakukannya tapi, jangan salahkan aku dengan teladan baik seperti dirimu." "Ok ayah, aku akan menjadi teladan baik. Hehehe." "Sebentar dulu. Apa ayah tidak butuh medium?" Tanyaku pada Peter. Maksudku media perantara atau bahkan alat yang akan digunakan ayah kandungku ini untuk menangkap yang lainnya. "Tidak usah nak. Ini saja sudah bisa. Biar ayah terawang  atau tebak, saja ini sudah lebih dari cukup" "Baiklah ayah."  Kemudian  ayah melanjutkan penewarnagan yang dia lakukan. Sampai beberapa jam. Akhirnya, selamat dan keb
Read more
50
Kehadiran Hantu Jahat Yang Mengintimidasi  "Cukup, hentikan. Aku capek...." Aku menghela nafas.  Capek sekali rasanya bermain, kejar-kejaran dengan hantu kecil satu ini. Selama dua hari ini aku dan hantu kecil bernama Amalia, kadang bercerita satu sama lain, dan bermain dengannya. Meskipun aku sudah dewasa, aku sepertinya memiliki rasa sayang pada anak-anak. Meskipun aku belum punya anak. Mungkin itulah tanda-tanda kalau aku menyukai anak-anak.  Amalia juga merasa nyaman bermain bersama denganku. "Hem, kau orang dewasa yang lemah." Amalia mengejek aku.  "Memangnya kau tau kekuatan ku yang sebenarnya?" "Aku tidak perlu tau itu. Yang jelas kau lemah." Ejeknya lagi. "Dasar hantu kecil kemari kamu." Aku mengejar dia. Dan suara teriakannya juga  pecah, memenuhi ruangan itu. Ya seper
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status