Dia sangat antusias ingin segera menemui Parker. Mungkin inilah yang dinamakan dengan ikatan darah. Entah bagaimana Parker bisa menahan dirinya untuk tidak bertemu dengan keponakanku ini.
Semoga dengan pertemuannya ini dia bisa mengembalikan rasa rindunya. Ini semua memang terjadi karena peristiwa yang di akibatkan keluarga Morgan yang selalu menginginkan kekuasaan dan juga kekuatan dengan memeras orang lain. Sehingga banyak orang yang menderita.
Sampai sekarang juga, kekuasaan keluarga Morgan selalu menjadi kendala bagi marga yang lainnya.
Jika di kisah kan semuanya tidak cukup naskah untuk menampungnya.
-------
Karena umur ku yang sudah menginjak usia kepala empat. Aku merasa lelah sekali. Tapi sayangnya keponakan ku selalu menolak saat ku minta dia untuk berhenti sejenak untuk beristirahat.
Sampai yang terakhir kalinya aku mengajak
Paman Paul ikut membantu melepaskan Jack dari penculikan.Mereka berenam mulai menyusun rencana bagaimana agar bisa meloloskan Jack dari tahanan para penculik sialan itu.Mereka memikirkan bagaimana caranya agar tidak memberikan kitab itu kepada para penjahat tersebut. Karena Andrew mengingat apa yang dikatakan oleh pamannya Paul agar dia menjaga kitab tersebut dengan hati-hati dan jangan sampai jatuh ke tangan orang yang salah. Apalagi penjahat yang coba-coba untuk meneror ketenangan keluarga mereka."Aku punya ide, bagaimana sebaiknya aku mengabari paman Paul saja?" Seru Andrew memberikan pendapatnya kepada mereka semua."Paman Paul? Aku belum pernah mendengar itu sebelumnya Andrew? Kenapa kau tidak pernah menceritakan tentang paman Paul kalau kau punya seorang paman.""Maafkan aku soal itu"Seorang penjaga yang bernama Clark yang mengenal tentang paman ya Andrew mengatakan, "Tuan Paul, sudah lama ak
"Aku lupa menanyakan dia mengenai tanda lahir yang dia miliki.""Tidak apa-apa, masih ada lain kesempatan untuk menanyakannya," Peter menepuk pundakku."Tapi bagaimana jika dia tidak bisa datang karena, orang tuanya...""Sudah jangan terlalu khawatir, biarkan terjadi secara alami nak.""Alami apanya, itu akan mengulur waktu saja ayah.""Tenang. Jangan berlebihan nak."***POV AuthorDisisi lain Layla mengahadapi masalah baru.Dia dicurigai oleh ayahnya."Dari mana saja? Ayah cari kamu kemana-mana tapi tidak kelihatan.""A... aku baru dari luar ayah," jawab Layla dengan kepalanya menunduk."Ikut ayah.""Baik ayah," mereka menuju sebuah ruangan khusus."Kemana kau seharian ini?"
"Bagaimana perasaan ayah berduaan dengan ibu lagi?" tanyaku pada Peter.Peter malah tersenyum, mungkin dia malu mengatakan sesuatu."Apa ayah melakukan sesuatu?""Tidak... ayah malu mengatakan sesuatu pada ibumu. Jadi ayah hanya memandangi ibumu saja.""Sepertinya tidak begitu. Ayolah ayah katakan sesuatu bagaimana reaksi ibu? Apa dia masih secantik dulu seperti saat pertama kalian saling jatuh cinta?""Dasar kamu ya... ayah nggak akan mengatakan apapun. Ini hanya ayah saja yang merasakan. Kamu tidak perlu, nanti juga kamu paham.""Atau aku kasih tau sama ibu kalau ayah...""Eits... Tunggu dulu. Apa kau mau ayahmu ini ketahuan penyamarannya?""Oke baiklah... kalau begitu katakan sesuatu ayah, aku hanya butuh mengetahui bagaimana mengatakan rasa cinta kepada seseorang yang kita sukai.""OOO..
"Bagaimana perasaan ayah berduaan dengan ibu lagi?" tanyaku pada Peter.Peter malah tersenyum, mungkin dia malu mengatakan sesuatu."Apa ayah melakukan sesuatu?""Tidak... ayah malu mengatakan sesuatu pada ibumu. Jadi ayah hanya memandangi ibumu saja.""Sepertinya tidak begitu. Ayolah ayah katakan sesuatu bagaimana reaksi ibu? Apa dia masih secantik dulu seperti saat pertama kalian saling jatuh cinta?""Dasar kamu ya... ayah nggak akan mengatakan apapun. Ini hanya ayah saja yang merasakan. Kamu tidak perlu, nanti juga kamu paham.""Atau aku kasih tau sama ibu kalau ayah...""Eits... Tunggu dulu. Apa kau mau ayahmu ini ketahuan penyamarannya?""Oke baiklah... kalau begitu katakan sesuatu ayah, aku hanya butuh mengetahui bagaimana mengatakan rasa cinta kepada seseorang yang kita sukai.""OOO..
Karena Layla belum juga pulang, ibu menyuruh aku untuk mengajak Layla menghabiskan waktu berdua.Aku membawa dia kesamping rumah, karena suasananya disana cocok untuk mengobrol empat mata dengannya. Juga disamping rumah ada taman kecil dan juga ayunan dan kolam ikan punya paman Paul."Wah ini tempat yang bagus. Boleh kita duduk disana saja?" dia menunjuk kearah ayunan."Oke baiklah kalau kau mau duduk disana," jawabku. Aku membawanya kesana. Dia duduk dengan tersenyum. Mungkin dia teringat dengan masa kecilnya."Jadi apa tujuanmu sebenarnya ke sini?" tanyaku pada Layla,"Sebenarnya aku kesini ingin bertemu denganmu.""Kenapa?""Hemm, aku hanya ingin memastikan saja ini alamat rumahmu yang sebenarnya atau tidak.""Memangnya kamu tidak percaya dengan alamat yang aku berikan?"
"Permisi!"Tuk... tuk... tuk..."Permisi!"Suara perempuan memanggil dari luar."Tunggu sebentar!"Teriakku dari dalam.Tumben ada suara perempuan yang mengetuk rumah. Biasanya tamu selalu membunyikan bel. Mungkin dia tidak melihat tombol bel di sana.Saat aku membuka pintu ternyata yang datang adalah Layla."Hey, kenapa kamu datang ke sini?""Kebetulan aku lewat dari sebelah sini," dia mengibaskan rambutnya."Oh, kalau begitu ayo masuk," aku mengajak dia masuk kedalam rumahku."Tunggu sebentar ya," dia melepaskan sepatunya."Ti... tidak usah dibuka...""Udah nggak apa-apa""Siapa nak?" tanya ibu."Tamu bu," Jawabku."Ibu dengar sepert