All Chapters of Sentuh Aku, Pak!: Chapter 101 - Chapter 110
168 Chapters
101. Berubah
"Kalau udah serumah pasti udah pernah ngapa-ngapainlah!""Carla keliatannya doang polos, mending Naura pakaiannya seksi tapi gak murahan. Gak munafik juga." "Biasalah, anak ambis. Demi nilai mau tidur sama dosennya sendiri." Savian berjalan menyusuri koridor dengan wajah datar dan pandangan lurus ke depan. Mengabaikan obrolan segerombolan mahasiswa yang ia lewati sedang asyik bergosip. Ya, tidak cewek, tidak cowok, yang namanya membicarakan orang lain itu sudah seperti hobi. Meski terlihat tidak perlu, namun pada akhirnya gosip itu menghantui pikiran Savian dan membuat lelaki itu merenungkannya. Lagi dan lagi Savian menyalahkan dirinya sendiri. Karena ia yang egois, Carla jadi kena imbasnya.Seandainya saat itu ia tidak memaksa Carla untuk tinggal bersama, seandainya saat itu ia tidak menunjukkan kemesraan dengan Carla di kampus demi memberitahu kepada semua orang kalau Carla adalah miliknya. Seandainya Savian tidak mementingkan ego da
Read more
102. Luka Lagi
"Kenapa? Gerah ya?" pertanyaan mengandung ejekan itu meluncur dari bibir Frisco. Memancing emosi Carla yang hampir meluap karena kehadiran Savian dan Citra yang baru saja memasuki area kantin. Mereka berjalan bersisian, hanya berdua. Duduk di meja yang tak jauh dari meja rombongan temannya Carla. "Kipasin dong bestie." Dinne menimpali. Paling semangat jika mengompori. Carla mendengus sebal, membuang muka seakan tak sudi memandang punggung Savian di depan sana. Sepasang matanya bahkan masih sembab gara-gara menangis di toilet sehabis dibentak oleh Savian pagi tadi, lalu siangnya Savian kembali menyakiti perasaanya dengan cara yang berbeda. Sejujur, Carla nyesek. Pengen nangis lagi. Tapi nahan karena lagi di tempat umum, Carla juga tidak mau kelihatan lemah di depan teman - temannya, meski mereka tidak buta dan tahu apa penyebab mata Carla sembab. Mereka juga paham apa yang Carla rasakan, bukannya tidak simpatik, tapi bukan teman namanya jika tidak tertawa diatas pende
Read more
103. Savian: Jalan Keluar
Savian POVWaktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam saat gue berdiri di depan flat Carla. Gue baru aja pulang dari kampus dan langsung mampir ke flat, tapi kelihatannya flat kosong, semua lampu padam. Kayaknya Carla belum pulang. Gue mengusak rambut. Bingung. Kemana Carla pergi jam segini? Ponsel yang gue taruh di saku bergetar, dengan cepat gue mengambilnya. Berharap getaran itu berasal dari notifikasi balasan pesan dari Carla. Sayangnya, tidak. Citra: udah sampe rumah pak? Citra: ibu kesel sama aku karena bapak gak mampir dulu. Kayaknya ibu mau kenalan. Gue menghembuskan napas. Mengabaikan pesan dari Citra dan memilih mencari nomor Carla buat gue telepon. Sial, nomornya malah gak aktif sekarang padahal satu jam lalu masih nyambung, cuma gak diangkat.Gue tau Carla marah dan salah paham, makanya gue datang ke sini buat lurusin semua. Sebenarnya gue masih megang kunci flat cadangan, tapi gue gak bawa. Jadi gu
Read more
104. Nikah Atau Putus?
"Itu sama aja bapak mempermainkan perasaan mbak Citra!" Gelengan keras di kepala Carla menandakan kalau gadis itu menolak usul yang Savian berikan. Menumbalkan Citra agar nama Carla tak mencolok lagi di kampus mereka. Sebagai sesama perempuan, Carla jelas menolak. Ia memang tidak suka kalau Citra berdekatan dengan Savian, namun Carla lebih tidak suka lagi kalau Savian mempermainkan perasaan cewek lain.Tangan kekar Savian merangkum wajah mungil Carla, binar matanya yang lembut membalas tatapan dingin Carla yang menghunusnya. "Kamu gak perlu mikirin perasaan Citra. Yang penting bagi saya itu perasaan kamu, Car." Carla berdecih, menghempas kasar tangan Savian dari wajahnya, "Selama ini aku gak mempermasalahkan omongan orang lain tentang aku. Kenapa bapak sampai segininya? mereka gak tau apa-apa tentang kita!" "Kamu bisa masa bodoh seperti itu, tapi saya gak bisa!" suara Savian ikut mengeras, selaras dengan gemuruh di dadanya yang mulai membuncah.
Read more
105. Gas Poll
"Lhooo, kok gak sama Carla? Padahal Mama nungguin Carla, Kak." Karena paksaan dari kedua adiknya, Savian mendarat secara paksa di Bandung siang ini. Sayangnya, tanpa Carla. Mengabaikan sambutan dari sang Mama, Savian lantas meraih punggung tangan Kirana, mengecupnya lalu membawa wanita kesayangannya itu ke dalam dekapan. "Kakak sehat kok, Ma. Mama gimana, sehat?" tanya Savian mengalihkan ucapan Kirana sebelumnya. Ditepuknya pelan bahu besar Savian sembari terkekeh pelan, "Kakak nih! Mengalihkan pembicaraan Mama deh!" omel Kirana melepaskan pelukannya. "Mama kayaknya gagal punya mantu tahun ini." celetuk Deica sambil menyomot anggur yang tergeletak di atas meja makan. "Kenapa?" wajah Kirana spontan berubah cemas. Ia lantas berjalan mendekati Deica dan Kristal yang menduduki diri di kursi meja makan. Dua gadis itu memang memiliki satu hobi yang sama, yaitu memakan makanan yang ada di depan mata. "Kakakmu lagi berant
Read more
106. I Want You
Note: Kalau bisa bacanya sebelum imsak atau setelah berbuka aja ya, soalnya di bab ini Savian sama Carla agak nakal xixixi* * *"Pagi,"Carla berdecak, terlihat kesal. Mendapat ucapan selamat pagi dan disuguhi senyuman manis Savian nyatanya tidak membuat suasana hati gadis itu membaik. Carla malah semakin kesal karena bersitatap dengan sumber kerusakan mood nya sejak kemarin."Ngapain bapak ke sini?" ketus Carla bertanya. Pandangannya bahkan melengos, tak sudi menatap Savian yang menyajikan penampilan terbaiknya pagi ini, khusus untuk Carla.Tangan Savian bergerak, meraih telapak tangan Carla lalu mengecup punggung tangan mungil itu. Sementara sang empu terdiam, tak menolak perlakuan manis prianya meski wajahnya tampak tak suka."Mau jemput kamu dong, siapa lagi memangnya?" ujar Savian. Tak menyerah begitu saja untuk meluluhkan hati Carla kembali. Savian sadar sikap Carla yang demikian karena ulahnya sendiri, jadi biarkan Savian yang berusa
Read more
107. Momen Bersejarah
Hampir saja terjadi! Kalau saja Carla tidak kuat iman, mungkin gadis itu akan menganggukan kepalanya tanpa sungkan. Sayangnya, cumbuan Savian tidak melumpuhkan semua kewarasan gadis itu. Otak Carla masih bisa dipakai untuk berpikir secara rasional, melakukan sex sebelum menikah hanya akan meninggalkan sebuah penyesalan. Carla cinta Savian, tapi ia tidak sebodoh itu memberikan segalanya untuk Savian sebelum ada cap halal pada hubungan mereka. Kini, dengan suasana canggung dua insan itu duduk bersebelah di dalam mobil. Tak ada percakapan apapun selama di perjalanan menuju kampus, keduanya saling sibuk dengan isi kepala masing-masing. "Kemarin saya ke Bandung, Mama nanyain kamu." kalimat Savian membuyarkan lamunan Carla. Gadis yang baru tersadar dari lamunannya itu segera menoleh ke sumber suara. "Oh ya? gimana kabar tante Kirana?" "Alhamdulillah sehat. Cuma nanyain kamu terus." Carla tersenyum tipis, "Nanya apa?" tanya Carla sembari mengalihkan pandangan ke jalanan di depan. Sebe
Read more
108. Ciyeee Sebentar Lagi Nikah!
Dua tahun kemudian... "Telat tiga puluh menit!" ketus Carla seraya menutup pintu mobil Savian dengan keras, melampiaskan kekesalannya yang lama terpendam. Savian yang sudah menduga Carla akan marah padanya langsung memasang wajah penuh sesal, "Maaf, Sayang, tadi aku meeting dulu." "Oh," respon Carla acuh. Ekspresi wajahnya datar dan lurus ke depan, enggan menatap Savian yang sedang mengemis perhatian. "Besok-besok kalau kamu ada meeting sampai malam gini mending aku pulang naik ojol aja atau nebeng temen." lanjutnya masih dengan raut bete. Bagaimana Carla tidak kesel kalau waktu tiga puluh menitnya yang bisa dipakai untuk istirahat malah terbuang sia-sia di lobby bank karena menunggu Savian yang tidak kunjung datang."Salah aku, maaf yaa. Kita makan malam dulu, sate ayam mau?" Savian mengalihkan pembicaraan, tanda tidak mengizinkan apa yang Carla utarakan barusan. Carla menghembuskan napas berat, kedua matanya memejam lalu kepalanya mengangguk perlahan. Tak berusaha untuk memperpa
Read more
109. Sebar Undangan
"Pesen minum dulu gih, capek banget muka lo." celetuk Dinne menyambut Carla yang baru saja datang. Gadis itu tampak kelelahan padahal ini malam akhir pekan. Sesuai perintah Dinne, Carla segera memesan ice coffe latte, namun untuk meredakan rasa hausnya ia meminum coffe milik Alvero yang sebelumnya cowok itu tawarkan. Ini memang akhir pekan, tapi seharian ini Carla full beraktivitas di luar. Meeting bersama orang-orang dari wedding organizer, mencari cicin kawin dan fitting baju pengantin, lalu malamnya Carla harus menghadiri acara ngumpul bersama teman semasa kuliah. Karena tidak pernah melewatkan acara kumpul-kumpul, tentu saja Carla tetap menyempatkan diri untuk datang, sekalian mau membagikan undangan. "Gimana meetingnya, lancar?" Alvero bertanya. Cowok itu tahu hari ini Carla meeting dengan orang dari wedding organizer karena Carla memberitahunya. "Lancar, Al. Mereka semua langsung paham sama konsep yang aku dan Mas Savian inginkan." "Syukurlah kalau gitu," "Ngomongin apaan s
Read more
110. Bukan Gombal & Modus
"Ya ampun, Sayang, kamu gak pernah bilang-bilang ke bunda kalau punya pacar tiba-tiba ngasih undangan aja." Carla mengeluarkan cengirannya. Menutupi rasa bersalahnya karena sudah membuat Bunga terkejut. Bukan karena Carla menutupi Savian dari Bunga, namun Carla merasa malu jika harus cerita ke Bunga kalau selama ini ia memiliki pacar. Carla bukan tipe seseorang yang mudah berbagi cerita tentang kehidupan pribadinya, sekalipun dengan seseorang yang sudah ia anggap seperti orang tuanya sendiri. "Maaf, bunda. Kalau selama ini aku gak pernah cerita apa-apa. Tapi Mas Savian cowok baik-baik kok, dia pernah jadi dosen di kampus aku dan Al dulu." "Jadi sejak itu kalian cinlok?" Meskipun sebenarnya tidak, tapi Carla tetap mengangguk kepalanya. Tidak mungkinkan Carla jujur kalau ia dan Savian sebenarnya cinlok gara-gara tinggal bersama. Karena Carla merasa cintanya mulai tumbuh ke Savian sejak mereka tinggal di flat yang sama dan membuat mereka berinteraksi dengan intens. "Iya, bunda." Bun
Read more
PREV
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status