Semua Bab Dendam, Cinta, dan Gairah: Bab 11 - Bab 20
40 Bab
11. Kedatangan Orang Tua Xavier
"Raylin, kemarilah," pinta Scoot antusias ketika melihat adik temannya itu keluar dari pintu samping.Mendengar itu, Xavier menoleh. Xavier melihat adiknya itu mengerucutkan bibir sambil menatap kesal pada Scoot. Bukannya duduk di samping Scoot, Raylin malah duduk di samping Noah."Menyingkir, Noah. Aku ingin duduk di samping wanitaku," kata Scoot mengusir Noah.Tapi Noah mengabaikan Scoot, dia kembali sibuk dengan teleponnya. Scoot yang melihat ini menjadi kesal dan Raylin hanya bisa terkekeh dengan tingkah mereka.Kemudian, Raylin menoleh untuk menatap kakaknya. Dia sedikit gugup menyadari kesalahannya. "Ada apa, Kak?""Dari mana saja kau? Mommy menelpon, dia tak bisa menghubungi dirimu." Xavier menatap Raylin seksama.
Baca selengkapnya
12. Jelaskan, Xavier!
"Adikmu meminta...""Mommy sedikit bosan, di sana terlalu dingin membuat aktivitas menjadi tak nyaman." Maria meringis setelah memotong ucapan suaminya, dia menatap suaminya dengan kode kedipan mata. Dia sudah berjanji, ini akan menjadi rahasia tentang dirinya dan Raylin.Melihat itu, Jacob hanya menghela nafas malas. Dia berjalan mendekat ke arah Noah dan Scoot, ikut duduk bersama lelaki muda di sana.Xavier yang masih ada di depan Maria hanya ber-oh ria. "Apa udaranya begitu dingin? Aku jadi ingin bermain sky di sana." Xavier melepas halus dekapan Maria pada Raylin, setelah itu dia memeluk ibunya dan membawanya masuk ke dalam.Raylin yang melihat ini menjadi cemberut, dia ingin segera menyusul ibunya. Tapi tugasnya seakan berteriak memanggil namanya untuk segera disele
Baca selengkapnya
13. Xavier yang Keras Kepala
Maria masih menatap tajam tiga lelaki di depannya. Kakinya menyilang dengan anggun. Di belakang Maria, ada Jacob yang senantiasa menemani. Jacob memegang pundak Maria, seakan menahan wanita paruh baya itu agar tidak kelewatan ketika marah."Siapa yang bisa menjelaskan tentang ini?" tanya Maria dengan dingin. Wanita yang biasanya lembut itu berubah seperti singa yang siap menerkam mangsanya"Aku benar-benar tidak tahu, jadi aku tak bisa menjelaskan," ucap Scoot angkat tangan dengan masalah yang terjadi. Hal ini membuat Xavier dan Noah meliriknya tajam."Xavier, Noah," panggil Maria menatap mereka.Xavier menghembuskan nafas pelan, duduk dengan tegak dan menatap ibunya. "Dia yang membunuh James," ucap Xavier dengan singkat.Mar
Baca selengkapnya
14. Menyelinap
Ruang makan malam ini terlihat ramai daripada biasanya. Ada Scoot yang memutuskan untuk menginap bersama Noah, ada Raylin dan juga orang tua Xavier yang singgah mengunjungi Xavier.Tia menghidangkan banyak makanan di meja, dibantu oleh Raylin. Meskipun sebatas pembantu dan tuan rumah, tapi mereka tampak akrab."Di mana, Mom?" tanya Xavier pada ayahnya yang duduk di depannya.Jacob tampak mencari keberadaan istrinya, bibirnya melengkung membentuk senyuman ketika melihat istrinya baru saja datang.Rahang Xavier mengetat melihat ibunya datang bersama Bianca. Ibunya bahkan dengan telaten membantu Bianca berjalan. Suasana berubah menjadi lebih canggung, Xavier tak melepaskan pandangannya dari Bianca."Aku akan makan di luar."Xavier baru saja ingin beranjak, tapi suara ibunya yang tegas tanpa bisa dibantah membuat Xavier mengurungkan niatnya."Pergilah, dan jangan kembali." Begitulah ucapan Maria pada anaknya.Dengan terpaksa, Xavie
Baca selengkapnya
15. Saling Tindih
"Kau yakin tidak ikut pulang?" tanya Maria pada anak perempuannya setelah melepaskan pelukan. Hari ini, Jacob mengajak Maria untuk pulang. Meskipun mereka sudah menghabiskan banyak waktu, tapi tetap saja, lelaki itu selalu mempunyai rasa cemburu ketika Maria lebih dekat dengan anak-anaknya."Aku akan di sini beberapa hari lagi, Mom." Raylin tersenyum, mencoba meyakinkan orang tuanya agar tak merasa khawatir."Baiklah, cepatlah pulang. Mom akan kesepian di rumah sendirian.""Ehmm." Jacob berdehem, menatap Maria dengan kesal. Membuat Maria hanya bisa memutar bola mata dengan malas."Lihatlah, daddy bahkan cemburu denganmu," bisik Maria yang membuat Raylin terkekeh."Ayolah, ha
Baca selengkapnya
16. Sekutu?
Menyadari posisi mereka saat ini, Xavier langsung mendorong tubuh Bianca begitu saja. Xavier berdiri, mengibaskan tangan pada dadanya, seolah jijik telah bersentuhan dengan Bianca."Jangan mengambil kesempatan, jalang. Aku tak akan pernah masuk dalam perangkapmu," kata Xavier dengan dingin.Melihat itu, Bianca memutar bola matanya malas. Dia juga tak sudi bersentuhan dengan Xavier. Dengan tertatih, Bianca mencoba bangun lalu menyilangkan tangannya di dada."Bisakah aku mempunyai privasi, aku tak suka seseorang masuk ke ruanganku tanpa izin."Xavier yang mendengar itu melongo, tapi tiba-tiba dia terkekeh. "Apa kau sedang bermimpi? Ruanganmu? Bahkan kau ada di rumahku saat ini, dan kau berlagak seolah tuan rumah?" ucap Xavier menggelengkan kepala sambil berdecak.
Baca selengkapnya
17. Mencoba Kabur (part 2)
Sepanjang hari, Bianca benar-benar merasa kesal karena ucapan Xavier. Bagi Bianca, Xavier adalah sosok yang penuh percaya diri. Memang siapa yang mau menggoda lelaki kejam seperti dia? Itulah yang ada di pikiran Bianca.Keringat membasahi wajahnya, rasa lelah karena seharian bekerja membuat tubuhnya kembali merasa lemas. Ketika hari mulai sore, Bianca kembali ke kamarnya.Bianca sedikit terkejut mendapati setumpuk baju di ranjang. Dengan jalan yang tertatih, wanita itu mendekati dan menemukan secarik kertas di atas baju.'Aku mendengar kau akan tetap di sini, jadi pakailah pakaianku untuk sementara.'Bianca tersenyum tipis membaca pesan dari Raylin. Dia segera mengambil dan menata baju tersebut di lemari yang ada di depan ranjang. Merasa gerah, akhirnya Bianca memutuskan
Baca selengkapnya
18. Mencari Bukti
Bianca mencoba berdiri, kepalanya menoleh kesana kemari dengan panik. Ketika dia berbalik dan ingin pergi, tangannya tiba-tiba ditarik oleh lelaki di belakangnya."Hei, kau kabur lagi, ya?" tanya lelaki itu menatap Bianca tajam."Lepas ... tolong lepaskan aku!" Bianca mencoba berontak, tapi genggaman tangan lelaki itu sangat kuat, membuat tangannya malah merasakan sakit.Mata Bianca melotot melihat beberapa anak buah Xavier sudah ada di depannya. Wanita itu hanya bisa mengumpat dalam hati ketika rencana kaburnya gagal.Tujuh orang lelaki datang mengerubungi Bianca, meskipun mereka terlihat lelah, tapi wajah mereka tetap segarang biasanya."Jika Xavier tahu tawanannya lepas, matilah kalian semua!" seru Scoot. Dia adalah lelaki
Baca selengkapnya
19. Terborgol Bersama
Suara ketikan di keyboard memenuhi ruangan bernuansa klasik tersebut. Karena ada urusan mendadak, mengharuskan Xavier datang ke perusahaan.Dia adalah tipikal orang yang suka bekerja di rumah, karena baginya keramaian bisa mengusik ketenangannya. Hanya untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu saja dia akan datang. Seperti saat ini. Pintu ruangan diketuk, membuat perhatian Xavier teralihkan. Dia mempersilahkan masuk seseorang yang ternyata sekretarisnya."Selamat siang, Tuan. Ini berkas yang Anda minta." kata Devan.Xavier hanya mengangguk dan mulai memeriksa berkas di depannya. Setelah semuanya sesuai, dia menutup kembali berkas tersebut."Saya juga ingin menyampaikan, pertemuan makan siang Anda dengan tuan Edmund satu jam la
Baca selengkapnya
20. Kecelakaan
Xavier baru saja selesai menelpon adiknya, sekarang dia ada di dalam mobil, menunggu kedatangan adiknya. Dia sama sekali tidak ada niatan untuk melepaskan borgolnya bersama Bianca. Lelaki itu masih berantipasi jika saja Bianca akan kabur.Jendela mobil diketuk membuat perhatian Xavier teralihkan, lelaki itu membuka kunci pada mobilnya dan membiarkan Raylin untuk masuk."Bianca," pekik Raylin terkejut. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Raylin dengan heran."Mom memintanya mengambil bunga," ungkap Xavier tidak membiarkan Bianca untuk menjawab. Lelaki itu mulai melajukan mobilnya kembali."Hei, tangan kalian!" Raylin kembali terkejut ketika melihat tangan kakaknya dan Bianca sedang terborgol."Dia takut aku akan kabur," sind
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status