Semua Bab SIMBIOSIS: Bab 41 - Bab 50
94 Bab
41. Apa yang terjadi?
"Tolong dengarkan ucapan saya, sekali saja!"Andra tidak henti-hentinya memarahi Eva. Sejak kepulangannya yang dadakan hingga dua jam setelahnya, ia terus saja mengungkapkan isi hatinya. Ia mengungkapkan bagaimana cemasnya ia dengan Eva saat ini. Ia menyodorkan sebuah kotak pada Eva. Setelah itu ia kembali pergi ke tempat kerjanya. Ia tidak boleh terlalu menuruti perasaannya dan mengabaikan pekerjaan. Beberapa menit setelah kepergian Andra, Eva langsung membuka kotak tersebut. Awalnya ia mengira itu hanya kotak berisi semprotan merica untuk jaga diri. Ternyata isinya adalah sebuah ponsel. Eva tersenyum tipis lalu menghidupkan ponsel tersebut. Rupanya ponsel itu sudah di aktifkan oleh Andra. Ia mengecek kontak, ternyata ada satu nomor yang diberi nama Andra.Eva langsung menghubungi nomor tersebut. Tapi sayangnya tidak diangkat. Mungkin saja Andra sedang berada di perjalanan saat ini. Makanya dia tidak mengangkat teleponnya. Eva beralih pada sosial media. Ia membuat sat
Baca selengkapnya
42. Perasaan yang hilang
Eva hanya terdiam saat dirinya dibawa oleh pria berpakaian hitam itu. Ia menatap punggung pria itu tanpa melakukan sedikit pun perlawanan. Ia mengikuti ke mana langkah kaki pria itu pergi. Hingga akhirnya mereka tiba di depan sebuah mobil avanza berwarna hitam. Pria itu menyuruh Eva untuk masuk terlebih dahulu. Sedangkan pria itu nampak tengah menghubungi seseorang. Dari dalam mobil, Eva mendengar suara sirine polisi. Sebenarnya ia ingin keluar dari sana. Tapi jika ia kabur lagi, ia akan terus diganggu oleh pria berbaju hitam ini. Akhirnya ia tetap memilih diam di dalam mobil. Pria itu sesekali menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam. Eva mengerti tatapan yang mengartikan agar tetap diam di dalam sana.Eva melihat ponselnya yang ada di dashboard mobil itu berbunyi. Ia bisa menebak bahwa panggilan itu datang dari Andra. Mengingat hanya pria itu yang mengetahui nomor teleponnya. Tidak ada lagi yang tahu, kecuali Andra yang menyebarkan nomornya. Ponselnya kembali meredup, panggi
Baca selengkapnya
43. Jatuh cinta
Hal pertama yang dilakukan Eva saat berhasil mendapatkan ingatannya kembali adalah bekerja. Ia memutuskan untuk pergi bekerja pagi ini. Semalaman penuh ia menjaga Andra di rumah sakit, ia berhasi menemukan kepingan ingatannya. Eva menatap gedung yang entah sudah berapa lama tidak didatanginya. Ia tersenyum tipis lalu berjalan menuju pintu masuk. Nampak kedua satpam yang biasa menjaga gedung itu menatapnya dengan wajah terkejut. Eva sendiri sudah tahu apa yang membuat mereka terkejut. Tentu saja mereka sudah berpikir kalau Eva mengundurkan diri."Loh, mba Eva? Kok bisa ada di sini?" tanya salah satu satpam yang ada di sana.Eva tersenyum tipis ke arah satpam tersebut. "Saya baru selesai cuti, Pak."Kedua satpam itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Mereka mempersilakan Eva untuk masuk ke dalam bangunan besar tersebut. Pemandangan yang sekian lama tidak ia lihat. Ia benar-benar merasa terlahir kembali. Saat tengah sibuk memperhatikan sekitar, ia dikejutkan den
Baca selengkapnya
44. Malam terindah Andra
Sepulang bekerja, Eva menyempatkan diri untuk pergi ke rumah sakit. Ia membawakan makanan kesukaan Andra, yaitu semur tahu. Untung saja makanan kesukaan pria itu aman dikonsumsi saat kondisinya seperti ini. Ia melangkahkan kakinya menuju ruangan tempat Andra dirawat. Suasana di rumah sakit saat itu tidak terlalu ramai, hingga bisa dengan mudah naik melewati tangga tanpa harus berdesakan.Eva mengetuk pintu ruangan Andra beberapa kali, namun tidak ada jawaban. Itu berarti kedua orang tua Andra sudah pulang. Ia membuka pintu kamar itu secara perlahan. Alangkah terkejutnya Eva saat melihat Andra tengah berdiri menghadap ke jendela. Lalu pria itu menatapnya dengan wajah datar. Hal itu tentu saja membuat Eva menjadi bingung. Padahal ia sama sekali tidak melakukan kesalahan, tapi mengapa pria itu bersikap dingin padanya.Eva berjalan mendekati Andra yang kembali fokus memandang ke luar jendela. Ia tidak peduli pada Eva yang sudah ada di sampingnya. Eva hanya bisa cemberut sa
Baca selengkapnya
45. Andra sekarat
Eva melemparkan tatapan tajamnya pada Ina yang sedari tadi menambah pekerjaannya. Ia sudah benar-benar lelah menuruti perintah Andra semalaman. Lalu sekarang ia harus bekerja di bawah tekanan Ina dan Vira yang seperti anjing gila. Eva menjambak rambutnya dengan frustasi. Andai saja saat itu ia tidak hilang ingatan, pasti saat ini ia bisa bekerja dengan santai sambil memesan makanan. Eva menatap layar yang ada di depannya, ia mulai menggores apa pun yang ada di kepalanya. Ia terus membuat garis tak beraturan, hingga akhirnya membentuk sesuatu yang membuat matanya langsung melotot. Ia langsung menghapus hasil karya dari jari-jari mungilnya tersebut. Ia menggelengkan kepalanya sekuat mungkin. Ia tidak boleh terus menerus memikirkan Andra saat ini. Jika itu terjadi, pekerjaannya tidak akan selesai sampai tua nanti."Va, Andra telepon nih," kata Ina.Eva menoleh ke arah Ina dengan tatapan tajamnya. Lalu ia menyambar ponsel itu dari tangan Ina, ia menggeser layarnya lalu men
Baca selengkapnya
46. Bagi dua
"Maaf, saya terlalu panik. Luka teman saya ini berdarah," kata Erfan dengan panik.Dokter muda itu menaikkan sebelah alisnya. Lalu ia memasuki ruangan Andra untuk memeriksa keadaan pasiennya tersebut. Andra menatap sekilas ke arah Erfan yang terdiam di tempatnya. Ia tersenyum miring, lalu kembali meringis saat dokter muda itu menyentuh lukanya. Dokter itu mendorong Andra ke tempat tidurnya. Erfan yang melihat itu pun langsung tercengang."Dok, tolong pelan-pelan," kata Andra.Dokter itu menoleh ke arah Erfan dengan tatapan tajamnya. "Salahkan teman kamu itu. Dia sudah salah menarik orang!"Erfan menunjuk dirinya dengan ragu. "Sa-saya?""Lo ngapain sih, Fan?" tanya Andra dengan frustasi."Apa?" tanya Erfan dengan wajah bingung."Lo manggil siapa ini?" tanya Andra.Erfan menunjuk dokter muda yang ada di dekat Andra. "Itu ... itu dokter, Ndra. Dokter—""Saya dokter hewan!" tukas wanita itu.Erfan langsung melot
Baca selengkapnya
47. Mulai resah
"Kamu itu istri saya!"Eva mengerjapkan kedua matanya beberapa kali. Untuk pertama kalinya ia melihat Andra sefrustasi itu. Bahkan sampai suaranya lebih tinggi dari biasanya. Andra mengusap wajahnya dengan kasar. Ia terus menatap Eva dengan wajah seriusnya. Sedangkan Eva, terus berusaha untuk tidak tertawa saat ini. Walaupun sebenarnya ia sangat ingin tertawa karena wajah Andra sekarang ini sangat lucu."Padahal saya cuma bercanda loh," kata Eva."Bercanda bagaimana?" tanya Andra sambil menautkan kedua alisnya."Saya bercanda bilang ke cewek itu kalau saya pacarnya Erfan," jawab Eva.Andra mendesis pelan. "Tapi itu bisa saja bikin wanita itu salah paham, Va."Eva mengedikkan bahunya. "Lagipula, saya ga akan ketemu sama cewek itu lagi.""Tetap ga bisa, Va!" kata Andra sambil meletakkan kedua tangannya di bahu Eva."Kenapa?" tanya Eva dengan bingung.Andra hampir membuka mulutnya, tapi ia langsung mengatupkannya. Ia tidak
Baca selengkapnya
48. Permintaan Andra
Eva tersenyum kaku menanggapi setiap pertanyaan yang diucapkan oleh mertuanya tersebut. Mereka tak henti-hentinya menyinggung masalah anak. Padahal mereka yang membuat kontrak pernikahan selama 5 bulan itu. Bagaimana bisa mereka punya anak sedangkan usia pernikahan mereka hanya tersisa satu bulan lebih satu hari. Eva menoleh pada Andra, pria itu sudah tertidur sejak tadi. Sial sekali, Eva dibiarkan sendiri menghadapi setiap pertanyaan dari kedua orang tua Andra. Ia ingin sekali mengatakan isi hatinya. Tapi bisa-bisa mereka marah besar, karena isi hati Eva saat ini berupa kata-kata yang tidak enak didengar.Saat mama Andra tengah berbicara bagaimana cepatnya ia memiliki anak, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Nampak Erfan yang terkejut karena ruangan itu sudah ramai. Kali ini Eva yang merasa sangat terselamatkan dengan kehadiran Erfan. Kini perhatian kedua orang tua Andra tertuju pada pria yang berdiri di ambang pintu itu. Erfan menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. Ia me
Baca selengkapnya
49. Menjauh
"Saya cuma mau minta, tolong jangan libatkan perasaan dalam hubungan yang singkat ini."Eva merasa seperti tersambar petir saat mendengar ucapan Andra. Ia ingin menolak permintaan pria itu, tapi mulutnya seakan terkunci. Ia benar-benar tidak bisa mengatakan apa-apa saat ini. Ia terpaksa menganggukkan kepalanya. Walau ia tidak yakin bisa melakukan sesuai dengan permintaan Andra. Ia sudah terlanjur melibatkan perasaannya dalam hubungan ini. Ia tahu Andra sama sekali tidak memiliki perasaan padanya, tapi apakah tidak ada kesempatan untuknya? Eva menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan senatural mungkin, walaupun hatinya benar-benar terasa sakit. Andra yang melihat respon Eva ikut merasa lega. Ia sama sekali tidak tahu bagaimana perasaan wanita itu saat ini."Oke, permainan selesai!" kata Andra.Andra langsung bangun dari tempat duduknya. Ia pamit untuk pergi keluar, menjemput pesanan mereka. Eva hanya bisa mengiyakan semua ucapan Andra, karena ia sama sek
Baca selengkapnya
50. Selamat tinggal
Eva sama sekali tidak melihat kehadiran Andra di apartemen. Berarti pria itu memang tidak berniat untuk pergi ke sana. Bisa saja saat ini ia sedang mengunjungi wanita yang ia temui di rumah sakit itu, atau mungkin menemui wanita lain. Eva mendecih pelan, memikirkan berapa banyak wanita yang menjadi simpanan Andra. Memang wajah Andra sangat mendukung, tapi sifatnya sama sekali tidak. Ia sempat ragu kalau Andra bisa mendapat wanita lain, tapi ternyata semua laki-laki memang punya pesonanya masing-masing. Andra sudah mendapatkan wanita yang menjadi pilihannya.Eva memasukkan dengan asal semua barangnya ke dalam koper.  Sekiranya sudah tidak muat, ia langsung menutupnya. Ia tidak mempedulikan barangnya yang masih belum masuk ke dalam koper. Ia langsung menarik kopernya keluar dari dalam kamar. Setengah berlari ia menuju pintu keluar, untung saja suasana sangat sepi. Ia juga tidak merasakan adanya tanda-tanda kehadiran Andra. Ini saatnya ia untuk pergi ke rumah orang tuanya d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status