All Chapters of SIMBIOSIS: Chapter 1 - Chapter 10
94 Chapters
1. Pertemuan
"Menikah?"Seorang wanita cantik dengan rambut kuncir kuda itu melotot saat ibu dan ayahnya menyuruhnya untuk menikah. Wanita itu bahkan tak tahu dengan pria macam apa dia akan dinikahkan. Ia sudah berusaha mempertahankan status lajangnya lebih dari 25 tahun. Hal itu terjadi karena ia ingin menemukan cinta sejatinya. Ia ingin menikah dengan orang yang benar-benar mencintainya.Wanita itu meremas pinggir sofa yang menjadi tempat duduknya. Ia menatap ayah dan ibunya secara bergantian. Ia baru saja pulang bekerja dan tubuhnya sangat lelah. Kini ia harus dibuat pusing dengan satu kata."Eva, ibu melakukan ini untuk kebaikan kamu," ujar Linda, ibunya dengan wajah sedih.Wanita bernama Eva itu menarik sebelah sudut bibirnya. "Kebaikanku?"Hendri–ayahnya yang sedari diam pun mulai berdeham pelan. Ia mengambil map coklat dari bawah meja ruang tamu. Lalu ia mengeluarkan sebuah surat yang berisi perjanjian dari map tersebu
Read more
2. Pulang bersama
Eva menatap ke layar ponsel yang ada di tangannya. Sedari tadi ia terus menandangi wajah pria yang baru saja ditemuinya beberapa jam lalu lewat ponselnya. Ia masih tak percaya pria itu bisa berfoto dengan wajah datar.Eva beralih pada kamera, lalu ia mulai mengikuti pose Andra. Ia membuat wajahnya sedatar mungkin, lalu memotretnya. Ia pun tercengang dengan hasil potretannya tersebut. "Adik gue bahkan bisa bergaya lebih bagus dari itu," celetuk seorang wanita dari belakangnya.Eva langsung mematikan ponselnya dan menoleh ke sumber suara. Ia tersenyum kikuk menyadari ada orang yang melihat fotonya tersebut."Itu ... gue," gumam Eva pelan.Wanita berambut pendek sebahu itu terkekeh. "Santai saja, Va. Yuk lanjutkan pekerjaan kita."Eva tersenyum lebar lalu mengangguk. "Maaf ya, Ina. Gara-gara gue izin terlalu lama, pekerjaan kita jadi banyak."Wanita itu membentuk jarinya membentuk huruf O s
Read more
3. Kue dari Andra
Eva menatap datar pria yang duduk di hadapannya. Hari masih terlalu pagi, tapi nampaknya pria itu memang berniat untuk merusaknya. Ia melirik ke arah ibunya yang nampak sangat senang dengan kunjungan Andra. Sedangkan ayahnya hanya diam dengan mata yang terpaku pada koran.Eva hendak mengambil piring dari meja, tapi tangan Andra lebih cepat meraihnya. Ia menatap pria itu dengan tatapan tak suka. Ia langsung merampas piring dari tangan pria tersebut. setelah itu ia memilih untuk diam dan fokus pada sarapannya. Hari minggu sudah di depan mata, ia harus menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Untuk sementara ia akan membiarkan pria itu mengikuti naskah yang dibuat oleh ayahnya.“Makan yang banyak,” ujar ibu Eva pada Andra yang sedang mengambil makanan.Andra tersenyum dan mengangguk. Tangannya mulai bergerak mengambil makanan yang sesuai dengan seleranya. Lalu ia melihat sebuah telur mata sapi di atas piring bermotif bunga. Ia pun langsung mengambilnya. T
Read more
4. Mengunjungi calon mertua
"Ayah, dia ga baik untuk aku."Ayah dan ibunya yang sedang sarapan pun terdiam. Mereka menunggu putrinya melanjutkan apa yang ingin di utarakannya. Eva mendesah pelan, ia terpaksa mengatakan hal ini. Ia ingin kedua orang tuanya tahu seperti apa pria yang ingin dijodohkan dengannya."Dia," Eva mengusap wajahnya dengan gemas. "dia ga waras, Ayah.""Kenapa kamu bisa bilang seperti itu?" tanya Ibunya.Eva terdiam, ia masih tak yakin harus jujur atau tidak. Ayahnya pasti akan marah jika mendengarnya. Ia memutar otaknya untuk mencari alasan yang tepat."Dia punya pacar," ujar Eva lirih.Ayahnya mengernyit bingung. "Tapi Bambang bilang dia tidak pernah punya pacar."Eva mengerjapkan matanya beberapa kali. "Bambang?"Ayahnya mengangguk lalu berkata, "Ayahnya Andra."Eva membulatkan mulutnya. "Mungkin Andra tipe orang yang tertutup.""Kalau begitu, Ayah akan tanya
Read more
5. Kekasih Andra
Eva menatap sinis Andra yang sedang makan dengan tenang. Padahal pria itu bilang tak akan berlama-lama di rumah ini, tapi mengapa malah sampai makan bersama. Ia merasa tak nyaman berada di sana, apalagi saat calon ayah mertua terus menatapnya dengan dingin. Ayah dan anak itu memiliki tatapan yang sangat mirip."Jadi kamu anaknya Hendri?" tanya Bambang dengan nada ketus.Eva mengangguk kaku lalu menjawab, "I-iya, saya anak Hen- maksud saya pak Hendri."Bambang mengernyitkan dahinya. "Sangat berbeda dengan yang di foto. Saya jadi kecewa."Eva memaksakan kedua sudut bibirnya untuk tersenyum walau tipis. Andra yang duduk di hadapannya melirik sekilas, lalu kembali sibuk pada makanannya."Lebih cantik aslinya kok," ujar Ibu Andra.Eva menoleh pada ibu Andra, lalu tersenyum lebar. "Terima kasih, Bu."Ibu Andra tersenyum lalu mengelus puncak kepala Eva dengan lembut. "Ayo dimakan dulu makanannya."
Read more
6. Mengantar Andra
Eva mendelikkan matanya ke arah Andra yang sedang meminum kopinya. Sejak mereka pulang dari taman bermain, pria itu sama sekali tak menjelaskan tentang panggilan dari kontak bernama 'Kekasihku' tersebut."Saya akan beritahukan hal itu kepada ayah dan ibu," ujar Eva.Andra menganggukkan kepalanya. "Baiklah."Eva semakin jengkel mendengar jawaban dari pria tersebut. Ia meletakkan gelas di atas meja makan dengan kekuatan penuh. Suara gelas itu bahkan sampai terdengar ke ruang tengah.Ibu Eva datang dengan membawa sepiring buah. Mereka tiba di rumahnya sejak sore hari. Tetapi ia sama sekali tak mengizinkan Andra pulang sebelum menjelaskan siapa wanita yang menghubunginya."Kalian kenapa, sih? Kok bertengkar?" tanya Ibu Eva.Eva menatap sinis Andra yang terlihat tak peduli. "Dia punya pacar, Bu."Ibu Eva menarik kursi yang ada di samping Andra, lalu menempatinya. "Benar begitu, Andra?"
Read more
7. Bimbang
Eva menghela napasnya kasar. Ia mangacak rambutnya hingga berantakan. Otaknya secara otomatis terus mengulang kejadian semalam. Ia bahkan tak menyangka akan jadi seperti itu. Padahal sebenarnya ia ingin menyingkirkan sesuatu dari bibir pria itu. Tapi sepertinya sudah terjadi kesalahpahaman.Eva beranjak ke meja yang di tempati oleh Vira. Nampak wanita itu sedang memoles wajahnya. Ia menepuk bahu wanita itu pelan, hingga membuatnya menoleh."Kenapa, Va?" tanya Vira.Eva menarik kursi milik Ina yang masih kosong karena pemiliknya belum datang, lalu duduk di samping Vira. Ia menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak terasa gatal."Gue mau nanya," gumam Eva pelan.Vira menaikkan kedua alisnya bersamaan. "Hm, nanya apa tuh?""Wajar ga sih kalau ciuman sama orang yang kita ga suka?" tanya Eva.Vira terdiam, ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia masih memproses ucapan Eva yang begitu mengejutkan
Read more
8. Gaun
Eva memarkir mobilnya di depan sebuah gedung yang cukup besar. Ia memang sudah mempersiapkan tempat untuk mencari gaun pengantinnya jauh sebelum dijodohkan dengan Andra. Ia selalu memimpikan gaun yang ada di dalam gedung tersebut. Ia keluar dari mobil yang dipinjamkan oleh Ina. Sedangkan cowok itu nampaknya masih bingung dengan yang terjadi saat ini."Ayo turun," ujar Eva.Andra menganggukkan kepalanya. Ia keluar dari mobil itu dan mengikuti langkah Eva memasuki gedung berlantai 5 tersebut. Harum semerbak langsung menyeruak masuk ke dalam hidung saat pintu utama terbuka. Ia bisa melihat wajah wanita di sampingnya begitu bersinar melihat kumpulan gaun yang membentang dari sudut ke sudut lainnya.Ia hanya bisa menurut saat Eva menarik lengannya masuk ke sebuah pintu kaca. Di dalam ruangan itu terlihat gaun yang sangat mewah, tentu harganya tidaklah murah. Walau dari kejauhan, ia bisa melihat 8 digit angka tertempel di tiap gaun. Tentu itu membuat
Read more
9. Pernikahan
Eva memandangi dirinya di cermin. Ia merasa jantungnya berdegup sangat cepat sampai tak beraturan. Ia bisa mendengar suara pembawa acara yang sudah heboh. Suasana di luar rumah juga sudah sangat heboh. Ia sengaja mengadakan pernikahan di rumah Andra agar tak terlalu banyak membuang uang.Tak lama, pintu ruangan tempatnya dirias itu terbuka. Ibunya tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Eva langsung menghambur dan memeluk ibunya tersebut. Ia yang semula biasa saja seperti terbawa suasana. Entah mengapa air mata lolos begitu saja mengalir di pipinya."Loh ... anak ibu ga boleh nangis," ujar ibunya sambil menghapus jejak air mata yang mengalir di pipi Eva.Eva menarik kedua sudut bibirnya walau air maya terus mengalir. Ia menganggukkan kepalanya dengan lemah, lalu kembali memeluk ibunya tersebut."Sebentar lagi kamu keluar ya. Andra sudah di luar," kata ibunya.Eva menganggukkan kepalanya, lalu ibunya pun pamit untuk kembali
Read more
10. Jatuh di kamar mandi (20+)
Eva meringis kesakitan saat telapak kakinya terkena air. Akibat pelarian tanpa alas kaki, ia mendapat luka yang cukup parah di kakinya. Terpaksa ia berjalan tertatih menuju ruang kerjanya. Tidak ada siapa pun di sana, hanya Eva seorang diri. Ia langsung merebahkan tubuhnya di sofa yang baru datang beberapa minggu lalu. Ia kembali teringat dengan ucapan Andra yang berhasil menghancurkan hatinya. Tepat di hari pernikahan, pria itu berani mengatakan bahwa dia menyukai wanita lain."Brengsek!"Eva meraba seluruh tubuhnya. Ia mendesis pelan saat menyadari ponselnya tertinggal di rumah Andra. Ia terlalu terburu-buru sampai melupakan barang kesayangannya tersebut. Ia memilih untuk memejamkan kedua matanya. Ia berharap semua ini cuma mimpi. Eva sama sekali tak menyangka pernikahan pertamanya ini berakhir seperti itu."Eva."Eva langsung membuka matanya dan menoleh ke arah pintu. Matanya terbelalak kaget saat melihat Andra yang sudah berdir
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status