All Chapters of SIMBIOSIS: Chapter 31 - Chapter 40
94 Chapters
31. Hilang
Malam sudah berlalu, Andra sama sekali belum tidur. Pikirannya terus tertuju pada Eva yang tak kunjung pulang. Ia sudah menghubungi orang tua Eva, tapi ternyata istrinya itu tak ada di sana. Ia tidak tahu lagi harus mencari istrinya itu di mana lagi. Ia sama sekali tidak terpikirkan tempat yang pasti dikunjungi oleh Eva. Terakhir kali istrinya itu izin pergi ke kantor. Andra bangkit dari tempat tidurnya. Pikirannya langsung tertuju pada kantor tempat Eva bekerja. Mungkin saja istrinya itu tidur di sana.Andra menghambur ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Kebetulan hari ini ia sudah meminta izin untuk libur karena masih merasa kurang sehat. Padahal hari ini akan diadakan penilaian tengah semester. Ia punya jadwal untuk mengawas beberapa kelas. Tapi karena ingin mencari Eva, ia merelakan reputasinya sebagai guru teladan itu hilang.Andra keluar dari unitnya tanpa membawa apa-apa selain dompet dan ponselnya. Kali ini ia sudah tidak lemah seperti semalam. Tenaganya
Read more
32. Tidak sadar
Eva melangkah menyusuri koridor rumah sakit. Matanya menelusuri setiap ruangan yang dilewatinya. Ia berusaha mencari kamar yang sempat dihuninya. Namun sialnya, ia lupa letak kamarnya. Ia membuka satu per satu pintu kamar yang dilaluinya. Tatapan bingung dilontarkan oleh orang-orang yang ada di dalam ruangan."Hei, siapa kamu? Tidak sopan!" kata seorang wanita yang ruangannya dibuka oleh Eva.Eva menggeleng lemah, ia keluar dari ruangan itu. Lalu kakinya kembali melangkah menyusuri koridor. Hingga akhirnya ia tiba di ujung koridor. Hanya ada sebuah ruangan yang tertutup. Ia mendorong pintu ruangan itu. Lalu nampak seorang pria tengah duduk dengan wajah frustasi. Eva berjalan perlahan mendekati pria itu. Ia menepuk bahu pria itu pelan. Lalu pria itu menoleh, nampak wajah lesunya perlahan berubah menjadi bersemangat. Pria itu langsung memeluk Eva dengan erat."Saya kira kamu sudah pergi," kata Robi dengan suara lemahnya.Eva tersenyum tipis lalu membalas pe
Read more
33. Keraguan Andra
Eva mengurungkan niatnya untuk mengikuti Robi. Ia memilih untuk kembali ke kamarnya. Mungkin dengan sendirian, ia akan menjadi lebih mudah untuk ingat masa lalunya. Ia melangkah gontai menyusuri koridor. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Lalu ia melihat punggung pria yang sempat menabraknya tadi. Entah mengapa, rasanya sakit melihat pria itu dekat dengan wanita lain. Tapi ia mengedikkan bahunya tak peduli. Ia sama sekali tidak kenal dengan pria itu, mungkin ini hanya rasa iri dengan kehangatan tersebut.Eva melihat ke arah kamarnya, pintu sudah terbuka lebar. Mungkin dokter atau seseorang sudah ada di dalam sana. Rasanya, ia sangat malas untuk masuk ke dalam sana. Eva memilih duduk di kursi tunggu yang ada di depan kamarnya tersebut. Kepalanya tertunduk, ia memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Jika memang ia memiliki keluarga, mengapa tidak ada yang mencarinya. Bahkan untuk sekedar menyebarkan selebaran terkait dirinya yang menghilang saja tidak ada."Aku past
Read more
34. Kembalinya Eva
Andra berlari keluar dari apartemen. Ia mendekat ke pinggir jalan sambil terus mengamati keadaan jalan yang sudah sepi. Ia ragu bisa mendapatkan angkutan umum di jalan itu saat ini. Hanya terlihat kendaraan pribadi yang berlalu lalang di jalan tersebut. Andra mengambil ponselnya, lalu menghubungi Erfan. Mungkin saja rekan kerjanya bisa membantunya, mengingat rekannya itu punya motor sendiri. Kesalahannya sendiri yang tidak punya kendaraan pribadi, jadi ia kesulitan sendiri. Tapi sial, panggilannya sama sekali tidak di jawab. Andra mendecak sebal, ia kembali menghubungi Erfan dengan wajah kesalnya."Masa sudah tidur sih!" rutuk Andra.Andra terus menghubungi rekannya itu berulang kali. Hanya terdengar suara tut tut tut, tanpa ada jawaban. Bahkan sampai panggilan ke 15, panggilan itu malah dialihkan. Andra mengusap wajahnya kasar. Apa ia harus berjalan kaki ke rumah sakit itu? Andra mengembuskan napasnya pelan, mungkin cara itu bisa dicoba. Ia memutar tubuhnya ke arah ja
Read more
35. Kembali bekerja
Eva menatap sekelilingnya. Tempat ini benar-benar terasa tidak asing di matanya. Ia bahkan bisa mengetahui setiap ruangan yang ada di sana. Tapi ia sendiri tidak tahu mengapa ia bisa mengetahuinya. Padahal ia tidak kenal dengan pria yang duduk berhadapan dengannya ini. Pria itu menunduk, mengamati ponselnya dengan saksama. Tiba-tiba kilatan cahaya dari kamera ponsel pria itu mengarah padanya. Eva langsung mendelik, ia berusaha untuk meraih ponsel pria itu. Andra berdiri sambil tersenyum lebar. Lalu ia memasukkan ponsel itu ke sakunya."Oke, sekarang nama kamu Eva," kata Andra."Apa hak kamu kasih nama saya?" tanya Eva dengan kesal.Andra tersenyum tipis lalu mengedikkan bahunya. Ia berjalan menuju sebuah ruangan yang diketahuinya sebagai kamar. Eva mengikuti pria itu, ia mengintip dari celah pintu kamar itu. Ternyata benar dugaannya, itu pasti kamar. Eva membuka pintu itu, lalu masuk tanpa meminta izin pada pemilik rumah tersebut. Pandangan Eva berputar, menatap
Read more
36. Puzzle
Eva menggeliat pelan, ia mengerjapkan kedua matanya. Ia sempat terkejut saat berada di tempat ini. Seingatnya, ia masih berada di rumah sakit. Tapi sedetik kemudian ia ingat bahwa memiliki tempat tinggal baru. Walaupun harus memainkan sebuah drama rumah tangga dengan pemilik rumah tersebut. Eva bangun dari sofa yang menjadi tempat tidurnya. Saat hendak menurunkan kakinya, ia hampir saja menginjak pecahan gelas yang ada di lantai. Untung refleknya bagus hingga tidak mengalami cedera. Eva bergegas mencari sapu dan mengambil tempat sampah untuk membersihkan pecahan gelas tersebut. Secara perlahan ia menyapu pecahan gelas itu masuk ke dalam tempat sampah."Hampir saja kaki gue luka! Tuh orang ga ada bantunya sama sekali!" rutuk Eva.Setelah bersih, Eva bergegas ke arah kamar mandi. Sudah beberapa hari ia tidak mandi. Tubuhnya mungkin sudah sangat merindukan air. Saat berada di kamar mandi, ia mengernyit bingung melihat peralatan mandi yang terpisah. Ia berpikir hubungan ru
Read more
37. Terima kasih suami orang
Eva melirik jam dinding yang berhadapan dengannya. Ia mendengus pelan, sudah 3 jam sejak kepergian Andra, pria itu masih belum kembali juga. Padahal tadi dia bilang akan kembali lagi. Ya, walaupun dia sama sekali tidak bilang kapan akan kembali. Eva berjalan menuju jendela, di luar sana langit masih cerah. Jika mencari jalan ke apartemen itu, mungkin ia bisa pulang. Tapi bagaimana jika Andra datang ke sini mencarinya? Ah, beginilah kalau tidak ada ponsel. Ia bahkan lupa menanyakan nomor ponsel Andra. Setidaknya jika ia punya, ia bisa menghubunginya lewat telepon umum. Eva yang melihat seorang dokter melintasi pintu kamarnya pun langsung menghambur. Lalu ia menarik sebelah lengan dokter tersebut."Dok, apa laki-laki yang mengantar saya ke sini meninggalkan nomor telepon?" tanya Eva.Dokter itu terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Ada yang bisa saya bantu?" tanya dokter tersebut.Eva mengangguk cepat. "Bisa tolong hubungi laki-laki itu? Saya mau pulang."
Read more
38. Andra kerasukan
Selepas makan, Eva langsung merebahkan tubuhnya di kasur rumah sakit. Ia memiringkan tubuhnya, menatap Andra yang sedang membereskan bekas kekacauannya. Eva tersenyum tipis, lalu ia memejamkan kedua matanya. Andra yang melihat Eva sudah tertidur memutuskan untuk pulang. Ia harus benar-benar beristirahat jika tidak ingin sakit esok hari. Andra memaksakan senyumnya walau sangat lelah. Ia membuka pintu ruangan itu dengan perlahan agar tidak membangunkan Eva. Setelah keluar dari sana, barulah ia bisa bergerak bebas.Andra berjalan menuju apartemennya yang berjarak 70 meter dari klinik. Di tengah jalan yang sepi, Andra melihat seorang wanita tengah berdiri. Dari kejauhan, ia bisa menebak kalau wanita itu tengah menatap ke arahnya. Andra memicingkan kedua matanya agar bisa melihat wajah wanita itu. Ia mendekati wanita itu dengan perlahan. Saat mereka berjarak 10 meter, wanita itu mulai berjalan mendekat. Andra terdiam di tempatnya sambil terus menatap wanita itu."Andra!"
Read more
39. Gangguan
Melihat Eva yang sudah terlihat sehat, Andra memutuskan untuk membawanya pulang. Jika terlalu lama berada di klinik, bisa-bisa uangnya akan terkuras habis. Mengingat biaya perawatan perharinya cukup menguras kantong. Eva juga terlihat senang saat diberitahu akan segera pulang. Ia bilang sudah merasa bosan berada di tempat tersebut. Andra langsung menuju ke tempat pembayaran untuk melunasi semua biaya perawatan Eva. Sedangkan Eva sibuk merapikan kamar yang bekas menjadi tempat tinggalnya selama beberapa hari itu. Ia juga membereskan sampah bekas makanan yang ada di setiap sudut kasur. Andra kembali ke ruangan yang masih di tempati Eva, lalu ia membawa tas milik wanita tersebut."Ayo pulang, Va," kata Andra.Eva mengangguk lalu menghampiri Andra yang berdiri di bibir pintu. Tapi walau mereka terlihat sangat dekat, seperti masih ada jarak yang tak terlihat. Eva masih terus menjaga jaraknya dengan Andra, karena dia sendiri tidak tahu pria itu orang yang seperti apa. Ia jug
Read more
40. Sosok itu datang lagi
Akhirnya Andra pergi bekerja berkat Eva yang berulang kali memaksanya. Walau ia masih merasa belum tenang, tapi ia tetap melakukan apa yang disuruh oleh wanita itu. Selama di perjalanan, matanya tak kunjung berhenti menoleh ke sekitar. Ia terus berjaga-jaga jika ada seseorang yang mencurigakan. Setelah dirasa tidak ada sesuatu yang mencurigakan, Andra baru bisa berangkat kerja dengan perasaan tenang. Andra menaiki angkutan kota seperti biasa. Saat angkutan kota itu sudah melaju, tiba-tiba Andra melihat sosok berpakaian hitam yang muncul dari balik rumah makan. Kedua mata Andra langsung melebar. Ia hendak turun, tapi posisi duduknya saat ini sangat sulit karena berada paling pojok. Ia mengambil ponsel dari sakunya untuk menghubungi Eva. Tapi ia lupa kalau wanita itu belum punya ponsel. Ia mengusap wajahnya dengan kasar."Pak, bisa turun sebentar?" tanya Andra pada sopir angkutan kota tersebut."Yah, ga bisa," jawab sopir itu.Andra mendesis pelan, ia melihat soso
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status