Semua Bab Tuan Egois Dan Putri Kertas: Bab 11 - Bab 20
103 Bab
Chapter 11
Fio melebarkan matanya sambil tercengang di tempatnya berdiri. Rey kemudian berjalan pergi meninggalkan dirinya yang sama sekali belum sempat membalas ucapan pemuda itu. Mata gadis itu terus mengikuti punggung Rey yang berjalan menjauh darinya.Gadis itu menyentuh kepalanya. Beberapa orang yang masih berada di sekitarnya semakin berbisik dan ada beberapa anak yang menunjuk Fio.“Beruntung sekali dia diperlakukan manis oleh Rey seperti itu.”Fio memejamkan matanya sejenak sebelum kemudian kembali berjalan dengan dagu yang sedikit dia angkat.“Hmm, aku bahkan sudah tiga kali memberikan Rey makanan kesukaannya tapi sampai sekarang tidak pernah dapat perlakuan manis seperti itu, aku kesal sekali!” Fio tersenyum miring mendengar jawaban siswi lainnya yang berbicara seolah-olah Fio tidak ada di dekat mereka.***Fio segera menghentikan langkahnya dan membuka tas ransel dimana ponselnya berada. Fio
Baca selengkapnya
Chapter 12
Fio tahu bahwa detik ini akan datang juga kepadanya. Mamanya pasti sudah mengatakan kepada papanya tentang dirinya yang meminta izin untuk menonton bioskop malam ini.“Sama Bian pa, teman Fio,” jawab gadis itu sudah mulai merasa sedikit segan dengan tatapan yang diberikan papanya kepada dirinya.“Siapa Bian?” papanya mulai penasaran dengan sosok yang disebutkan oleh Fio dan juga istrinya tadi.Fio menghela nafasnya dengan cepat. “Bian itu teman Fio pa, dia anak basket tapi kami tidak satu sekolah, Bian sekolah di SMA Tunas Bangsa,” jawab Fio dengan lancar.Papanya nampak menganggukkan kepalanya paham. “Apa kalian sudah mengenal lama?” tanya papanya dengan mata yang sudah mengunci mata manik mata Fio.Kali ini Fio terlihat mulai gugup, dia menelan salivanya dengan sedikit kepayahan. “Eumm itu…” Fio mengalihkan tatapannya dari Anjar dan memilih melemparkan pandangannya ke arah halaman
Baca selengkapnya
Chapter 13
Anjar melirik istrinya sebentar dan melengkungkan senyumnya ke atas. Anjar menggelengkan kepalanya kemudian kembali fokus dengan kemudinya. Rahma tahu bahwa Anjar sedang berbohong. Suaminya tidak pernah bisa menyembunyikan sesuatu darinya. Rahma juga tahu bahwa Anjar memaksakan senyumnya. Suaminya sedang memikirkan sesuatu yang Rahma tebak semuanya mengenai Fio yang akan pergi bersama Bian. “Mas, semuanya akan baik-baik saja, Fio pasti bisa jaga diri, mas,” kata Rahma mencoba menenangkan Anjar yang nampak masih belum bisa bersikap santai. Rahma melirik ke arah Fio. Kali ini Fio tahu dirinya harus melakukan apa. Dia menangkap kode yang diberikan oleh Rahma melalui tatapan matanya. Fio kemudian mendekatkan tubuhnya kepada papanya. Dia duduk di kursi penumpang di belakang papa dan mamanya sehingga Fio tidak bisa menatap wajah papanya yang sepertinya sedang terlihat tidak tenang. “Pa, Fio bisa minta sesuatu ke papa?” tanya Fio dengan tangan menyentuh pundak Anjar
Baca selengkapnya
Chapter 14
Fio masih mengamati Bian yang sepertinya sudah selesai membayar. Pemuda itu kemudian memutar tubuhnya dan berjalan menuju ke arah Fio berdiri.“Ayo, sebentar lagi filmnya akan di mulai,” ajak Bian.“Hmm,” Fio mengangguk paham kemudian berjalan bersisian dengan Bian yang terlihat jauh lebih tinggi dari tubuhnya.Mata Fio melihat antrian masuk ke studio dua yang ternyata sudah dibuka.“Sudah ramai,” kata Bian yang kini berada di depan Fio.“Iya, filmnya baru release dan rating di IMdb bagus,” kata Fio.Gadis itu menatap punggung tegap Bian dari belakang dengan dada berdebar. Wangi Bian tercium dan semakin membuat Fio kelimpungan mengatasi hatinya sendiri. Fio sibuk dengan pikirannya sendiri sampai ketika Bian menoleh ke belakang dan mata mereka saling bertemu pandang.Tangan kanan Bian sudah dia ulurkan ke belakang. “Sini,” katanya kepada Fio.Suasana y
Baca selengkapnya
Chapter 15
“Huhhh aku lelah!” Nadya menengakkan tubuhnya dan menghembuskan nafasnya dengan keras melalui bibirnya.Dia kemudian melepaskan tas ransel berwarna hitam dan menaruhnya di atas meja. Nadya juga melepaskan jaket yang masih dikenakannya karena rasa gerah yang menghantam tubuhnya. Fio membiarkan Nadya menyelesaikan urusannya terlebih dahulu sampai Nadya nampaknya sudah bisa kembali bernafas dengan normal.Fio segera mengambil tisu dari dalam tasnya kemudian menyerahkan kepada Nadya. “Aku lelah berjalan dari lampu merah perempatan,” jawab Nadya pada akhirnya sambil mengelap peluh yang menetes di dahinya.Fio terlihat terkejut. “Kamu tidak di antar ke sekolah? Dimana Dio?” tanya Fio dengan wajah seriusnya.Nadya menggelengkan kepalanya. “Pak Jaka memang mengantarku hanya saja ban mobilnya bocor dan tidak ada ban cadangan, di rumah tidak ada orang, hanya ada bu Nani jadi tidak bisa minta tolong ayah untuk mengantarku,&r
Baca selengkapnya
Chapter 16
Senyumnya mengembang begitu saja. Mata bulatnya tidak berkedip menatap sosok pemuda yang sedang melepas pelindung kepalanya kemudian turun dari motor. Fio mengamati setiap langkah yang di ambil oleh Bian. Pemuda itu berjalan menuju pintu masuk kafe sambil menyugar rambutnya yang sudah sedikit terlihat panjang.Fio menoleh ke arah pintu masuk kafe dan dia dapat melihat Bian yang nampak mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kafe. Fio tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah pemuda itu.“Hai Bi!”Senyuman pemuda itu terkembang begitu saja kala melihat wajah Fio yang ceria.“Hai, apa kamu sudah lama menungguku?” tanya Bian menyapa Fio begitu dirinya sampai di depan gadis itu.Fio segera menggelengkan kepalanya. “Belum, aku sudah pesan lebih dulu, kamu ingin pesan apa?” tanya Fio.“Pesannya disana?” Bian tidak menjawab.Pemuda itu nampak menunjuk ke arah bar dan bertanya kepada Fi
Baca selengkapnya
Chapter 17
Fio masih bungkam. Dia mencoba mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Bian kepadanya. Fio kemudian tertawa. Sementara Bian hanya menatapnya dengan wajah datarnya. Fio kemudian berhenti tertawa dan mengedipkan matanya. Gadis itu membasahi bibir bawahnya. Senyuman kembali terbit di bibirnya begitu juga Bian yang ikut tersenyum.“Kenapa malah tersenyum?” Bian bertanya dengan tawa yang tertahan.Fio tertawa kembali dan menggelengkan kepalanya sambil menutup bibirnya dengan tangan kiri. “Kamu juga ketawa,” kata Fio.“Kamu sangat lucu, hampir terpancing dengan leluconku,” kata Bian sambil ikut tertawa.“Sayangnya aku terlalu sulit untuk kamu jebak dengan leluconmu itu!” Fio memicingkan matanya.Bian tersenyum kemudian menyesap kopi susu yang dipesannya dengan pelan melalui sedotan yang memang selalu disediakan untuk minuman dingin. Fio mengambil satu sendok cheesecake yang ada di depannya kemudia
Baca selengkapnya
Chapter 18
“Kamu marah?” tanya Bian.Fio yang awalnya hanya menatap tangannya yang digenggam oleh tangan besar milik Bian pada akhirnya mau mendongak dan melihat wajah menyesal Bian.“Aku minta maaf, hmm?” suara Bian terdengar lembut di telinga Fio.Gadis itu menghela nafasnya dalam kemudian dia menganggukkan kepalanya.Bian tersenyum. Tangan yang tadinya menggenggam tangan Fio, dia lepaskan. Dan dengan tangan yang sama, pemuda itu mencubit pipi Fio dengan gemas.“Terima kasih banyak!” kata Bian dengan senyuman lebarnya.Fio cemberut sekilas kemudian dia ikut tersenyum karena perlakuan Bian. “Aku merasa mirip anak balita sekarang.”Fio kemudian mengambil botol air mineral yang masih digenggam oleh Bian dan meminumnya dengan cepat. Bian hanya terkekeh melihatnya. Pemuda itu mulai menundukkan kepalanya dan membaca soal yang ada di dalam buku.Fio meletakkan botol air mineralnya di atas meja da
Baca selengkapnya
Chapter 19
Fio terdiam sebentar kemudian tertawa terbahak-bahak. “Klise sekali leluconmu!” kata Fio sambil memegang perutnya yang terus bergerak karena tawanya yang belum berhenti. “Kita masih sekolah, memikirkan besok ujian kelulusan saja sudah membuatku panas dingin apalagi memikirkan pernikahan,” lanjut Fio sambil menyusut air matanya karena terlalu banyak tertawa. “Wah seru sekali sampai terdengar dari dapur suara tawanya,” kata Rahma yang tiba-tiba muncul dengan membawa nampan berisi dua gelas es cokelat yang diminta Fio. “Bian sedang jadi pelawak ma,” sahut Fio. Bian terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sementara Rahma hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Setelah meletakkan nampan berisi minuman dingin, Rahma segera pergi meninggalkan Fio dan Bian berdua di ruang tamu rumah tersebut. Fio mengambil gelasnya dan menyesap es cokelatnya. “Tamunya belum dipersilahkan minum, tuan rumahnya langsung minum dengan santainya,” celetuk Bia
Baca selengkapnya
Chapter 20
Fio sedang berjalan menuju kelasnya. Langkahnya yang semula nampak sedikit cepat tiba-tiba  memelan kala melihat seseorang yang dia kenal sedang berdiri di depan kelasnya. Dahi Fio mengernyit dalam. Dengan tenang Fio terus berjalan. Dan ketika dirinya sudah hampir sampai di depan pintu, Rey mendongak. Matanya melebar dan dengan segera dia mematikan ponsel kemudian menyimpannya ke dalam saku celana.“Selamat pagi,” sapa Rey dengan senyum yang tercetak jelas di wajahnya.Fio menghentikan langkahnya dan tersenyum sedikit canggung. “Selamat pagi, Rey,” Fio melambaikan tangannya.“Sore nanti ikut aku latihan, ya?” ucap Rey yang membuat beberapa murid di sekitar mereka nampak berbisik-bisik setelah mencuri dengar.Fio menoleh ke kanan dan ke kiri. “Aku ikut kamu latihan?” tanya Fio sambil menunjuk hidung dengan jari telunjuknya sendiri.“Hmm, memangnya siapa lagi?” Rey terkekeh. “Aku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status