All Chapters of Sang Penguasa, Mr. Levon: Chapter 21 - Chapter 30
240 Chapters
Dunia Peri Dan Penyihir
Di malam hari sekitar pukul 18:30, Rose menjemput Levon di rumah sewanya. Mereka langsung menuju restoran RDO dan menemui Ethan untuk meminta tiket ekslusif premium gratis sesuai yang dijanjikan.Saat memasuki pintu belakang, ada sebuah lorong panjang di dalam. Di ujung lorong, ada sebuah pintu yang di jaga ketat oleh lima orang satpam. Levon dan Rose cukup memperlihat tiket itu mereka, dan mereka membukakan pintu yang menghubungkan ke dunia fantasi.“Wooowwwww ... apakah aku sedang bermimpi?” Levon membuka mulut dan tidak berkedip ketika ia sudah berada di dunia fantasi. Ia menampar pipinya sendiri untuk memastikan, apakah ia sedang bermimpi atau tidak. “sakit, aku tidak bermimpi.”“Kamu lihat sendiri, kita seperti ada di dunia lain.” Rose juga tidak mengedipkan mata menyapu pandangan ke sekelilingnya.“Iya Rose, dunia fantasi ini adalah ideku. Dan kamu beruntung, pemiliknya saat ini sedang bersamamu.” Levo
Read more
Pengganggu
“Tolong usir dia!” perintah Rose pada satpam yang lewat di hadapannya. “dia sudah mengganggu ketenangan pengunjung lainnya.”“Itu tidak benar. Aku kesini datang untuk menikmati keindahan dunia fantasi ini, bukan untuk mengganggu,” timpal Fletcher.“Baiklah seperti ini saja. Kalian berpisah,” kata Si Satpam bijak dalam menangani permasalahan pengunjung.“Kamu dengar itu, Fletcher!” pekik Rose mempertebal ucapannya dan menarik tangan Levon untuk pergi dari hadapan Fletcher. Sementara itu, Si Satpam juga pergi meninggalkan Fletcher.“Sialan,” umpat Fletcher kesal. “aku harus cari cara untuk mengganggu mereka.”Beberapa detik berpikir keras, akhirnya Fletcher menemukan cara untuk mengganggu mereka. Ia memanggil seorang penyihir, “Penyihir oh penyihir. Datanglah!”Penyihir itu datang dari udara dan menghampiri Fletcher dengan wajah memerah, “Meng
Read more
Hukuman Untuk Ethan
Senyuman miring Ethan dan Fletcher kini semakin kecut. Mereka kesal karena obat itu dicampur ke hidangan Leo pizza, tetapi Levon tidak memakannya. Kini justru mereka melihat Rose memanggil waitress untuk membawa Leo pizza itu ke belakang. Dari gerakannya, mereka tahu Rose meminta waitress untuk membungkus Leo Pizza dan ingin dimakan dirumah.“Aku udah kenyang, bisakah kita melanjutkan petualangan lagi?” ajak Levon pada Rose sambil mengambil hp barunya di kantong celana.“Ya tentu! Sekarang masih jam delapan. Masih kurang empat jam untuk menikmati keindahan ruangan bawah tanah ini.” jawab Rose pada Levon yang sedang mengetik pesan di hp.Mereka pun menyusuri dan pergi ke dunia fantasi yang lain. Mereka pergi ke dunia fantasi kerajaan dan zaman masa purba.Mereka benar-benar takjub akan keindahan dunia fantasi di ruangan bawah tanah restoran RDO. Hingga tidak terasa ada pemberitahuan bahwa sudah hampir jam 12. Itu artinya restoran RD
Read more
Mencari Identitas Levon
Ethan tidak tahan menahan sakit perut, dan berlari menuju kamar mandi. Sementara itu, Levon dan anak buahnya tertawa puas menatap Ethan. “Itu akibat jika bermain-main denganku,”ucap Levon menyeringai. “Jaga dia! Jangan sampai Ethan mencari obat penawar. Jika dia mulai tidak merasakan kesakitan, beri makan hotdog itu lagi padanya. Lakukan sampai jam tujuh. Dan katakan padanya, dia dipecat oleh Tuan Leo!” titah Levon begitu dingin menatap kelima anak buahnya. Lalu, ia menoleh ke arah Pulisic dan menderap langkah ke luar. Pulisic mengerti, ia mengikuti Sang Tuan dari belakang untuk mengantarnya pulang. *** Keesokan hari di kantor, semua mata menatap iri dan dengki pada Levon yang baru datang. Levon tersenyum miring, tetapi ia tetap memasang wajah konyol dan berpura-pura heran melihat tatapan mereka. “Hei Lev, apakah kamu sudah memakan Leo Pizzanya?” tanya Rose menghampiri Levon. “Iya sudah, tetapi Leo Pizza itu membuatku sakit perut.” Lev
Read more
Resmi Menjadi Sepasang Kekasih
“Pengkhianat itu harus diberi pelajaran,” geram Pulisic mengepalkan tangan.“Pengkhianat? Apakah kau sudah menemukan bukti kejahatan Fletcher?” tanya Levon tersenyum kecut pada Pulisic.“Belum. Tuan benar, dia sangat licik dan rencananya terorganisir. Hingga saat ini belum ditemukan bukti bahwa Fletcher  dibalik penurunan omzet perusahaan. Tapi, saya akan tetap mencari bukti itu. Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga.”“Ah sudahlah ... Aku hampir lupa punya janji pada Rose. Aku akan kesana menerima hadiah darinya,” respon Levon malas dan menggerakkan tubuh ke atas.“Sepertinya Rose menyukai Tuan. Dia perempuan baik yang mau berteman dengan siapapun. Saya rasa dia pantas menjadi pendamping hidup Tuan,” ucap Pulisic melebarkan senyuman pada Sang Tuan yang sudah berdiri.Levon hanya tersenyum kecut tanpa ada jawaban. Ia menderap langkah menuju ruangan Rose.&ldq
Read more
Alasan Tak Masuk Akal
Di saat jam istirahat, Fletcher dan Eric pergi ke ruangan CEO menemui Pulisic untuk meminta izin tidak masuk kerja. Mereka berdiri di hadapan Pulisic yang duduk di sofa dengan menyilangkan kaki. “Ada apa kalian kesini?” tanya Pulisic datar. “Jadi begini, Tuan. Saya meminta izin tidak masuk kerja selama empat hari kedepan. Alasan saya meminta izin kerena setiap setahun sekali keluarga besar mengadakan ritual keagamaan di rumah nenek saya. Dan kami memegang tradisi itu secara turun temurun. Kami harus menghadiri tradisi itu. Masalah pekerjaan, Tuan tenang saja. Saya akan tetap mengerjakan tugas dan tanggung jawab di sana.” jelas Fletcher berusaha meyakinkan Pulisic. “Sedangkan saya, juga meminta izin tidak masuk kerja selama empat hari. Saya harus menjalani pengontrolan penyakit jantung yang saya derita. Dan masalah pekerjaan, Saya tetap mengerjakan di rumah,” sambung Eric menjelaskan tujuannya datang ke Pulisic. Sebenarnya Pulisic ingin tertawa karena
Read more
Keluarga Setingan
Di ruangannya, Fletcher menggebarak meja dan menghambur kasar berkas-berkas di atas meja dengan penuh amarah pada Levon,“Shit! siapa dirimu sebenarnya, Sampah? Berani-beraninya kamu merebut Rose dariku.” “Aku akan membuat perhitungan padamu. Aku akan pergi ke Woodstock untuk mencari tahu asal-usulmu. Aku akan cari tahu masalalumu. Aku akan cari tahu kelemahanmu.” Fletcher semakin emosi dan tak bisa mengontrol dirinya. Ia menendang-nendang benda yang ada di sekitarnya. Saat jam istirahat berakhir, Levon meminta Pulisic memutar ulang cctv tersembunyi yang berada di ruangan Fletcher. Mereka berdua tertawa keras melihat kemarahan Fletcher. “Lihatlah Pulisic! Aku bahkan tidak perlu merencanakan sesuatu untuk memberikan pelajaran pada Fletcher. Rose secara tidak langsung telah membantuku.” *** Keesokan hari, jam 12 siang Fletcher dan Eric sudah berada di desa Woodstock. Levon sudah menempatkan beberapa anak buah di beberapa titik menjadi warga di de
Read more
Wawancara Palsu
“Iya.” Mendengar ucapan Azmir, Fletcher dan Eric memalingkan wajah ke arah lain dan tersenyum dengan bibir rapat. “Berati Levon pernah dipenjara?” Eric menatap Azmir kembali dan bertanya lebih dalam mengenai Levon. “Tidak!” jawab Azmir melebarkan senyuman pada mereka. “Tidak?” Fletcher sedikit menyeringai, ia menemukan celah untuk menghabisi Levon. “Levon tidak dipenjara karena sebelum bertarung, mereka sepakat menandatangani surat perjanjian yang disaksikan oleh kedua belah pihak. Barang siapa yang terbunuh, keluarganya tidak akan melaporkan kepada polisi.” “Dimanakah keluarganya sekarang? Maksudnya, apakah mereka mempunyai dendam pada keluarga ini?” tanya Eric dengan kalimat yang terkesan rapi dan berhati-hati agar Azmir tidak tersinggung untuk menceritakan semua hal terkait ini. “Mereka berada di desa ini,” jawab Azmir tersenyum dan terlihat santai dengan pertanyaan itu. Fletcher dan Eric semakin semringah. Mereka mempunyai
Read more
Malam Penyiksaan
“Iya dia Anthony. Aku memanggilnya untuk membantuku menjawab pertanyaan dari kalian. Tanyakan saja padanya yang berhubungan dengan pertarungan Levon yang menewaskan adiknya,” ungkap Azmir pada Fletcher dan Eric. Lalu, ia meneguk air.“Iya nak, jangan canggung bertanya padanya. Setelah kematian adiknya, kita justru semakin akrab,” imbuh Emma melebarkan senyuman.Anthony adalah Levon yang sedang menyamar. Make over sempurna, Fletcher dan Eric tidak mengenal dirinya.Mendengar penjelasan Emma, Fletcher dan Eric tersenyum. Mereka mengerti, mengapa Anthony sangat akrab dengan orang tua Levon.“Sungguh, saya sedikit terkejut. Bagaimana kalian bisa begitu akrab setelah pertarungan itu?” tanya Eric sambil tertawa agar tidak terkesan sedang memancing keluarga mereka.“Apakah kalian benar-benar ingin tahu?” tanya Levon menatap mereka.“Ya ... Kami sangat penasaran. Jika tidak keberatan, kami ingin
Read more
Malam Penyiksaaan (2)
Fletcher dan Eric semakin ketakutan. Mereka tidak sanggup berkata apa-apa, tetapi tiba-tiba Fletcher mengambil sebuah piring di atas meja. Ia berdiri dan medaratkan dengan keras tepat di kepala Eric hingga pinsan, “Dia yang akan menetap disini dan menjadi makanan kalian.” Azmir, Emma, Anthony alias Levon tersenyum miring terhadap Fletcher yang mengorbankan Eric untuk keselamatan dirinya sendiri. “Aku sudah memberikan temanku pada kalian. Jadi izinkan saya untuk pergi.” Fletcher menggerakkan kaki untuk melangkah ke luar, tetapi Levon menahannya. “Jangan terburu-buru, David ... duduklah,” kata Levon ramah, tetapi pistol yang dipegangnya mengarah pada Fletcher. Fletcher menurut, ia duduk kembali dengan gematar, “Apa lagi yang kalian minta dariku? Aku sudah memberikan temanku pada kalian.” “Aku ingin bertanya sebelum kau pergi. Mengapa kau mengkhianati dan mengorbankan seorang teman untuk keselamatanmu sendiri?”tanya Levon tersenyum sambil menunju
Read more
PREV
123456
...
24
DMCA.com Protection Status