Semua Bab Sang Penguasa, Mr. Levon: Bab 31 - Bab 40
240 Bab
Pengkhianat Itu Masih Berkeliaran
“Ya jelas tahu, aku kepala desa. Dan kau adalah warga asli Woodstock,” ucap kepala desa tertawa. “Mengapa kau tampak seperti badut?”Levon hanya bisa tertawa, kepala desa yang ditemui tiga tahun yang lalu masih tetap sama, suka bercanda.Bersamaan dengan itu, Emma dan Azmir keluar dari dalam. Kepala desa pun juga menyapanya. “Ah rupanya kalian juga ada disini, sudah lama tidak bertemu. Semenjak kalian membeli rumah ini tiga tahun yang lalu, kalian langsung menghilang.”“Iya kami rindu desa Woodstock. Jadi kami kesini,” balas Azmir sambil menjabat tangan kepala desa.“Benar itu, Tuan,” imbuh Emma berdiri di samping Azmir.“Tetapi waktu kami datang kesini, ada dua penjahat yang mencoba merampok rumah kami. Itulah sebabnya aku cepat merubah diriku seperti ini,” kilah Levon sambil menunjuk dirinya yang merubah menjadi Anthony. “Keahlian make over dengan cepat ini, aku pelajar
Baca selengkapnya
Sang Pengkhianat
“Siapa? Kau ingin tahu siapa pengkhianat itu?” tanya Levon dengan senyuman miring.  “Ya, Tuan. Siapa pengkhianat itu?” Pulisic tidak melepaskan pandangan dari Sang Tuan. Ia tidak sabar ingin mendengar Sang Pengkhianat yang sebenarnya. “Kau tak 'kan percaya jika aku menyebut namanya,” jawab Levon menyunggingkan senyuman. Levon semakin membuat Pulisic penasaran. Ia tak bergerak dari hadapan Tuannya dengan tatapan serius. Ia memperhatikan gerakan mulut dari Sang Tuan untuk mendengar kalimat apa lagi yang akan keluar. “Semua orang mengenalnya sebagai orang yang sangat baik. Dia ramah dan tidak sombong. Dia murah senyum dan berteman dengan siapapun juga tanpa memandang statusnya. Dia selalu membantu orang yang sedang dalam kesulitan. Dia adalah ....” Levon tidak langsung meneruskan kalimatnya, membuat Pulisic semakin membulatkan mata dan tak berkedip. Ia sudah memasang telinga lebar-lebar untuk mendengar nama Sang Pengkhianat. Sementara itu, L
Baca selengkapnya
Siapa sebenarnya Rose ?
“Dia anak dari Tuan Zentavious Robert Frankie, pemilik perusahaan industri kimia di Washington,” jawab Levon sambil menyapu pandangan ke sekitar ruangan ball room. “Anak Tuan Frankie? Pemilik perusahaan industri kimia? Aku baru tahu, karena nama orang tua di berkas biodatanya hanya tertulis Zentavious,” respon Pulisic. “Tapi Tuan Frankie adalah orang yang sangat baik dan dermawan? Jika dia tahu anaknya mempunyai sifat yang buruk, pasti dia sangat kecewa.” Pulisic menggeleng-gelengkan kepala. “Justru Frankie akan tertawa melihat anaknya berhasil menghancurkan perusahaan LEO Group.” Levon tersenyum kecut. “Apa? Apa maksud, Tuan?” tanya Pulisic melebarkan mata. “Frankie sendiri yang mengirim Rose ke perusahaan LEO Group untuk menghancurkan perusahaan ini,” jawab Levon sambil melangkah dan kembali mendaratkan pantatnya di kursi duduk. “Benarkah itu Tuan?” Pulisic masih belum percaya karena Frankie dikenal sebagai orang yang sangat baik di Amerika.
Baca selengkapnya
Bertemu Frankie
Levon menjeda-jeda kalimatnya, sehingga terkesan bertanya banyak hal.“Aku lupa memberitahumu, Papaku nanti malam akan ke sini untuk menemuimu. Jadi aku akan menjemputmu nanti malam untuk bertemu Papaku di rumah,” ucap Rose sambil memegang dahinya sebentar dan mendekati Levon.“Untuk menemuiku?” tanya Levon penasaran.“Aku sudah meminta izin padanya untuk menikah denganmu. Jadi ... jadi dia ingin bertemu dengan calon menantunya,” jawab Rose sambil bergelantungan manja di lengan Levon.“Apakah kamu sudah bercerita tentang kehidupanku? Pekerjaanku?” Levon memasang wajah sedikit takut.“Sudah ... aku sudah banyak bercerita tentang dirimu,” jawab Rose menadahkan kepala dengan ekspresi sedikit menggoda dan menakuti Levon.“Apa reaksinya? Apakah dia memarahimu karena sudah mencintai seorang cleaning service?”“Tidak ... dan jika dia memarahiku, pasti aku akan mela
Baca selengkapnya
Percakapan Frankie dan Rose
Bola mata Frankie bergerak cepat mengalihkan pandangan ke arah Rose yang menyembunyikan piring dengan garpu. Rose tersenyum dengan bibir rapat dan seakan memberi isyarat pada Frankie melalui kontak mata.Levon menyeringai melihat Frankie seperti tersengat dengan pertanyaannya, tetapi Levon langsung memasang wajah bingung dan rasa bersalah, “Ada apa, Pa? Apakah aku salah bicara?”Frankie menghela napas pelan dan mengeluarkan senyuman, “Tidak, tidak ... maafkan aku. Barusan aku sedikit mengingat kejadian masa lalu. Disaat Rose meminta izin padaku untuk bekerja di perusahaan LEO Group. Waktu itu aku ingin Rose belajar mengurus perusahaan keluarga, tetapi Rose menolaknya. Dia merengek ingin mencari pengalaman dan ingin merasakan bagaimana bekerja di perusahan orang lain terlebih dahulu. Katanya ...”“Biar bisa peka terhadap keinginan dari setiap karyawan,” Rose menyela dan menyambung kalimat Frankie dengan senyuman.“
Baca selengkapnya
Kedatangan Amelia
Levon tersentak, baru kali ini ada orang yang memanggilnya Leo dengan arogan. “Cepat naik, Leo. Tunggu apa lagi? Nanti ada orang yang melihat seorang supervisor cleaning service naik mobil mewah ini,” ucapnya dengan senyuman sindiran.“Kapan kau datang, Amel?” tanya Levon sambil masuk ke dalam mobil bagian depan.“Satu jam yang lalu,” jawab Amel sambil melajukan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata.“Perjalanan dari Turki ke Amerika pasti sangat melelahkan,” kata Levon melirik tubuh Amel dari atas sampai bawah.“Ya sangat lelah sekali, tetapi aku tidak suka berdiam diri. Makanya aku meminta pada Fred agar aku yang menjemputmu,” balas Amelia sambil menoleh pada Levon yang sedang memperhatikan dirinya. “Mengapa kamu melihatku seperti itu? Apakah aku semakin cantik?”“Ya! Kau semakin cantik.”“Apakah kamu menggodaku?” tanya Amelia me
Baca selengkapnya
Tugas Pertama Amelia
Amelia tersenyum licik, ia pintar memainkan situasi. Ia ingin memberikan tekanan awal pada Rose. Tanpa menatap ke arah Rose, Amelia tahu bagaimana gerakan gelisah dan perubahan ekspresi wajah calon istri sepupunya itu.  “Dia adalah mantan manajer personalia, Tuan Eric.” Amelia tersenyum puas melirik Rose yang terlihat menghembus napas lega dan mulai tenang kembali. Semua staf karyawan lega, orang yang dicurigai Amelia bukan salah satu dari mereka. Suara-suara mulai terdengar menyebut nama Eric. Mereka yakin, Eric memang pelakunya. Rose menampakkan senyum dengan bibir rapat. Ia terlihat puas menatap Amelia dengan tatapan mata kemenangan. “Tapi itu hanya kecurigaan awal. Aku akan terus mengawasi kalian.” Amelia mengakhiri penjelasannya dengan melangkah ke luar. Di mata seluruh staf karyawan, kesan pertama kepada Amelia adalah dia sangat arogan. Pulisic saja tunduk kepadanya. “Silahkan kalian kembali ke ruangan masing-masing!” titah
Baca selengkapnya
Memecat Banyak Karyawan
Staf karyawan bagian Personalia mulai menerka-nerka, apa maksud dari teriakan sang manajer? Baru hari pertama, sepupu Tuan Leo itu terlihat sangat marah.“Apa begini kalian bekerja?” Amelia menatat tajam pada semua staf karyawan personalia yang sudah berbaris di depannya.“Apa maksudnya, Nona?” tanya Brian mewakili teman lainnya. Dadanya kembang-kempis melihat wajah merah dari Amelia.Semua orang juga seperti itu. Mereka melirik-lirik satu sama lain dengan gelisah.“Lihatlah ini! Ada satu karyawan pabrik yang tidak sesuai kualifikasi. Lulusan apa, kerjanya apa!” suara lantang Amelia menggema di ruangan tersebut. “Anton lulusan teknik industri, tapi dia ditempatkan bagian pengendalian mesin pengilangan minyak!”“Mohon maaf, Nona. Yang tidak sesuai dengan jurusan pendidikan hanya Anton. Tapi, Nona tenang saja. Kemampuannya sudah teruji, hasil kerjanya sangat memuaskan,” bela Brian mencoba te
Baca selengkapnya
Menemukan Kejanggalan
Semua orang mematung, tak percaya dengan ucapan Levon barusan. “Apakah kau serius memecatku? Barusan aku hanya bercanda saja,” kata James terjingkat menghampiri Levon dengan memaksakan senyum meski raut wajahnya tetap terlihat cemas. “Ya benar itu! Kami barusan hanya bercanda. Jangan pecat diriku. Jika kau memecatku, bagaimana nasib anak istriku dirumah?” sambung salah satu dari mereka. Karyawan yang lainnya pun begitu, mereka tiba-tiba ramah pada Levon. Jurus rayuan mengiba-mengiba dilancarkan agar hati Levon lunak. Levon bergeming menampakkan wajah memerah oleh marah. “Ambil pesangon kalian. Carilah pekerjaan di tempat lain!” Suara Levon bergetar, tidak ada sedikit pun nada kasihan di situ. Lalu, ia berjalan melewati mereka. “Dan karyawan yang tidak dipecat, silahkan bekerja!”  Karyawan yang dipecat Levon, memandang dirinya dengan penuh kebencian dan dendam, “Kau akan menyesal sudah berani memecat kami!” Levon hanya menyeringai mend
Baca selengkapnya
Demo
“Suatu hari nanti kau akan tahu alasannya, Amel,” kata Levon menatap lembut pada Amelia. “Sekarang fokuslah kepada tugasmu.” “Kau selalu saja seperti itu.” Amelia cemberut sambil memalingkan wajah. Lalu, ia berdiri dan melangkah pergi. Levon tersenyum melihat Amelia ke luar dari ruangan CEO, ia gemas memperhatikan sepupunya yang melangkah dengan cepat.  “Amelia, kau tenang saja. Aku bergerak di belakangmu, karena musuh yang kau hadapi sangat berbahaya. Aku butuh bantuanmu untuk mengungkap tikus-tikus perusahaan sampai ke akar-akarnya,” ucap Levon lirih dengan tatapan menerawang. Lalu, ia merebahkan tubuhnya kembali di permukaan sofa. Namun, baru sekejap memejamkan mata ponselnya berdering. Tampak nama Tuan Pulisic terpampang di layar. “Tuan? Karyawan cleaning service yang dipecat, mereka melakukan demo di depan perusahaan,” kata Pulisic panik. “Lalu? Apa masalahnya? Kau tinggal mengusirnya,” jawab santai Levon dalam keadaan mata terpejam.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
24
DMCA.com Protection Status