Lahat ng Kabanata ng Lentera Kegelapan: Kabanata 11 - Kabanata 20
115 Kabanata
Chapter 10 – Kunjungan ke Panti
POV Maria    Kurang lebih setengah jam kemudian setelah terlibat kemacetan kami pun sampai di panti asuhan KASIH IBU. Bangunannya lumayan tua. Terlihat ada patung Bunda Maria berdiri di depan gedung. Setelah mobil di parkir di tempat parkir, kami pun keluar. Seorang suster menyambut kami.  "Ray, kamu bersama siapa?" tanyanya sambil menatap ke arahku dan Ayah.  "Suster Elizabeth, kenalkan ini Detektif Johan dan putrinya," jawab Ray langsung memperkenalkan kami.  "Oh, Tuhan Memberkati kalian. Ada keperluan apa detektif sampai datang ke tempat ini?" tanya Suster Elizabeth keheranan.  "Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan tentang Ray, kalau boleh," jawab ayahku, sambil melirik Ray.  "Hmm.. baiklah, mari ikut!" kata Suster Elizabeth yang sebelum menjawab, melihat ke arah Ray. Ray mengangguk seperti meng-iyakan, dan Kamipun langsung menuju ke dalam panti.  "Maaf Saya pe
Magbasa pa
Chapter 11 -  Kencan
POV MARIA   Sesuai janji Andre, sore ini kami berrencana pergi nonton ke bioskop pusat kota. Satu syarat yang aku ajukan untuk memaafkan Andre karena sudah meninggalkanku di hari ulang tahunku. Aku berdandan dengan make up natural, rambut aku biarkan tergerai, “cantik...” gumamku sambil tersenyum sendiri. Semuanya untuk Andre. Aku perhatikan kembali penampilanku di cermin, malam ini aku mengenakan celana pendek sepaha, kaos lengan edung yang dilapisi lagi dengan jaket jeans lalu melilitkan syal tenun dileher untuk menjagaku tetap hangat bila kena angin malam. Kaos kaki edung yang menutupi lutut hingga sepatu boots kesayanganku.  Berjalan santai keluar dari kamarku, Sesaat melirik ke arah meja belajarku dan memperlambat jalanku. Pandanganku tertuju pada hadiah pemberian Ray. Entah kenapa aku tersenyum melihatnya. Seolah-olah boneka salju itu berbicara kepadaku menuruni tangga menuju ke ruang keluarga, di mana kedua orang tuaku sedang
Magbasa pa
Chapter 12 – The Gifted
POV RAY   Malam ini perasaan suntuk membuat langkahku sampai di gedung bioskop pusat kota, sejak kepergian Alex dan Troya, tak ada lagi yang bisa menemaniku saat-saat seperti ini. Berkeliaran sendiri membuatku bebas memilih film yang akan kutonton. Ternyata walau malam minggu, bioskop tak sepenuh biasanya, aku masih bebas memilih kursi.  Film sudah diputar dari sepuluh menit yang lalu, dengan diatar petugas aku masuk dan menuju kursi yang ditunjuk petugas sesuai nomor yang ada di tiket. Begitu mau duduk aku malah dikejutkan dengan orang yang aku temui dam duduk disamping. kebetulan yang membuatku merasa senang namun sekaligus menyesakkan. Maria duduk di sebelahku, tapi ada Andre juga di sampingnya.  Sepanjang pemutaran film, aku hanya bisa terdiam, hanya sepatah kata yang keluar dari mulut, itupun hanya untuk say hello saja pada mereka berdua. Hatiku sesak melihat cewek yang aku suka sedang berkencan dengan pacarnya. Ya
Magbasa pa
Chapter 13 – Fakta Sejarah
POV DETEKTIF JOHAN   Hujan gerimis masih membasahi bumi malam ini, Aku masih duduk di belakng mejaku dan memandang ke arah luar jendela. Jam di dinding sudah menujukkan pukul sepuluh lewat lima belas menit, namun putri kesayanganku belum juga pulang. Masih terbayang dimataku cara putriku berpakaian, dia memakai baju yang menurutku dapat memancing lawan jenis untuk berpikir yang tak senonoh apalagi saat hujan gerimis seperti malam ini. Andre, memang cukup tampan, wajahnya cukup dia jadikan modal untuk menarik perhatian para gadis dan aku mempunyai dugaan kalau Andre itu seorang playboy. Putriku yang berparas cantik rasanya tak rela bila harus jalan bersama Andre. Ya wajah cantik putriku berasal dari perpaduan serasi antara wajah istriku dan aku. Begitupun dengan Justin, mereka berdua mewarisi semua kebaikan yang ada pada kami berdua. Setiap menit berlalu, Aku makin gelisah menunggu kedatangan Maria. Mungkin aku terlalu berlebihan
Magbasa pa
Chapter 14 – Kabar
POV RAY    "Aww... ampun!" seruku sambil meringis saat ibu asuh menjewer telingku. Beliau sudah menungguku di pintu. "Ray, lihat Ini sudah jam berapa?" kata ibu Asuh sambil tangan kanannya masih menjewer telingaku. "Ibu sudah beberapa kali bilang, jangan keluyuran malam-malam. Anak-anak lain saja tidak ibu ijinkan untuk pergi sampai selarut ini! Kamu malah pergi begitu saja selesai kebaktian," kata Matron mengomeliku. "Iya maafkan Ray, matron," kataku sambil memegangi tangannya minta Matron melepaskan jewerannya. "Ray, ibu sangat khawatir kepadamu. Apa tadi Kamu bertemu orang-orang aneh?" tanyanya dengan suara yang sedikit bergetar, mungkin karena rasa khawatirnya, tapi apa yang beliau dengan maksudn orang-orang aneh? "Orang Aneh? Tidak Matron, tadi saya Cuma bertemu preman-preman yang ingin memalak," jawabku. "Preman, di mana, kamu tidak terluka kan?" tanyanya terlihat panik, lalu dengan mata
Magbasa pa
Chapter 15 – Dark Lantern
POV Ray   Lembaran itu ternyata berisi artikel yang menjelaskan tentang sebuah sekte yang bernama Dark Lantern. Sekte yang menganggap kelompoknya sebagai pembawa Messenger of Mesiah.  Maksudnya apa? Sambil meneruskan membaca artikel-artikel itu, aku coba memikirkan apa sebenarnya hubungannya denganku dan orang tuaku. Namun ketika membaca kalau sekte itu memburu orang-orang yang dianggap mempunyai kekuatan iblis, aku baru mengerti. Kekuatan iblis yang di maksud dalam artikel itu adalah kekuatan yang aku dan teman-temanku miliki. Agni pengendali api, Alex pengendali air, Troya pengendali tanah dan kekuatan yang kumiliki, juga berbagai macam kemampuan yang tak dimiliki oleh manusia biasa pada umumnya. Di artikel itu juga Aku melihat gambar sebuah simbol yang sama seperti yang ada pada saputanganku. "Ini cuma cerita bohong kan, mana ada kekuatan iblis?" tanyaku, setelah membaca semua isi artikel yang diberikan detektif Johan
Magbasa pa
Chapter 16 – Menyerahkan Diri
POV DETEKTIF JOHAN    Menyelidiki Dark Lantern, membuatku tenggelam dalam sebuah kenyataan yang bertentangan dengan logikaku sendiri. Semakin banyak aku menggali informasi, aku seperti menapaki jalan menuju kegelapan. Kadang merasa kalau saat ini aku terbawa pada sebuah kisah fiksi dan sedang berusaha untuk memahami apa yang terjadi di sekelilingku, semakin aku meragukan keberadaan sekte ini, semakin banyak bukti yang aku dapatkan. Aku membaca sebuah nama yang ada dalam artikel itu. Nama itu mengantarkan aku pada sebuah ingatan dalam kasus tujuh belas tahun yang lalu, Thomas van Bosch. Apa hubungannya dengan William van Bosch, jasad yang dulu kami temukan?  Banyak pertanyaan yang ingin segera terjawab, aku pun menuju ke kantor Inspektur James, rupanya dia sudah menunggu-nunggu kedatanganku.  "Hai Piere. Bagaimana kabarmu?" sapa inspektur James yang menyambutku di kantornya.  "Aku baik-baik saja. Aku bu
Magbasa pa
Chapter 17 - Pembunuhan
POV Detektif Johan    Keluar dari kantor kepolisian, aku melajukan mobilku melewati jalan utama menuju rumahku. Hiruk pikuk jalanan masih saja tetap ramai walau hujan mengguyur deras, hingga jalanan macet. Beberapa kendaraan mulai membunyikan klakson dengan tidak sabar, begitu pun denganku. Perhatianku teralihkan saat seorang anak laki-laki berlari ketakutan, dia tak menghiraukan jalanan yang sedang macet, terus berlari dengan menyelip di sela-sela mobil.  Aku memperhatikan anak laki-laki itu, di belakang dia, beberapa orang mengejar. Orang-orang yang memakai setelan jas hitam, mirip seragam para agen rahasia. Buat apa mereka mengejar satu orang anak dengan melibatkan beberapa orang personil?  Rasa penasaran membuatku langsung membawa mobilku menepi, hingga mobil dibelakangku membunyika klakson. Tapi tak aku pedulikan. Setelah kuparkir mobil dibahu jalan, aku langsung mengejar kelima orang yang berpakaian jas hitam
Magbasa pa
Chapter 18 – Sentinal Division Inhuman
POV Detektif Johan    Setelah terlebih dulu menghubungi Robert dan membuat janji bertemu, aku pun berangkat dengan mengendarai motor. Robert mengajakku bertemu di taman kota, dia sudah menungguku sambil minum kopi dan sepotong roti ditangannya. Dia tampak santai dan tenang, tak ada yang mengira kalau ketenangannya hanyalah kamuflase dari pekerjaannya membunuh.  "Halo Detektif Johan, silakan duduk," sambutnya saat melihatku datang dan mempersilakanku duduk di bangku taman bersamanya. "Sorry, kalau kemarin sambutannya tidak menarik. Tapi itulah pekerjaan kami, membunuh orang," lanjutnya sambil tersenyum kecil.  "Bagaimana bisa kalian melakukan itu? Sedangkan negara kita dilindungi oleh hukum," tanyaku sambil mengerutkan kening.  "Hahaha..., anda belum paham tentang tugas kami," kata Robert lalu kembali meminum kopinya.  "Ya, karena menurutku tindakan anda berlebihan," kataku tak menu
Magbasa pa
Chapter 19 – Ujian yang Sulit
POV MARIA   Liburan natal dan tahun baru tinggal beberapa waktu lagi, rencana liburan pun sudah kubicarakan dengan ayah dan bundaku. Namun sebelum itu, aku harus melewati ujian UAS yang di mulai hari ini. Aku sudah berusaha mempersiapkannya, tapi entahlah apa aku bisa mengerjakannya dengan baik ata tidak, yang jelas aku berusaha sekuat tenaga untuk UAS ini. Hampir semua peserta ujian di ruanganku terlihat  berkonsentrasi untuk bisa mengerjakan soal-soal, mereka terlihat stress, termasuk aku. Hanya Ray, dia terlihat tenang mengerjakan soal ujian itu. maklum sih dia kan selalu jadi juara satu di angkatanku, dasar kutu buku!  Kadang aku merasa kesal bila ada orang yang lebih pintar dariku, tapi dengan kepintaran Ray, aku hanya diam-diam berdecak kagum. Waktu ujian baru berlalu 30 menit, disaat aku dan yang lainnya semakin tenggelam dalam soal-soal yang begitu rumit, Ray dengan santai sudah melenggang ke depan kelas dan mengumpulka
Magbasa pa
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status