All Chapters of SURAT WASIAT NENEK: Chapter 121 - Chapter 130
159 Chapters
Bab 121
"Jujur saja, setelah mendengar cerita dari Ibu Anita, hatiku tiba - tiba tidak menentu, aku juga merasa bingung dengan diri sendiri, ada rasa senang bahwa Bagas tidak seperti dugaanku yang sangat brengsek walau kenyataannya mengkhianatiku, kalian yang lebih tahu bagaimana perasaanku terhadap Bagas. Moza adalah mantan pacar Bagas saat di SMA, mereka berpisah karena keluarga Bagas menentang hubungan mereka dan Bagas pindah ke Bandung, Bagas tidak tahu kalau saat itu Moza sedang mengandung anaknya, kesalahan masa remaja yang memang tidak bisa terelakan melahirkan seorang anak yaitu Putri, dan selama enam tahun mereka tidak bertemu serta berkomunikasi, Bagas mengetahui semuanya dari Theo, yang merupakan tunangan Moza, Moza mengidap kanker otak stadium akhir membuat Theo akhirnya merelakan Moza untuk menikah dengan Bagas demi Putri, agar memiliki nasab Ayah, karena permintaan Moza yang memang ingin Putri hidup layaknya anak lainnya, memiliki Ayah, awalnya memang Moza tidak menginginkan pen
Read more
Bab 122
"Akhirnya kamu menghentikan langkahmu dan mau berbicara denganku, terima kasih Adelia." Senyum Bagas terlihat bahagia."Jangan salah paham, saya mau berbicara bukan karena saya mau, tapi kamu terus mengganggu saya, satu lagi, tidak usah berkata soal cinta, saya muak mendengarnya, karena kamu nggak lebih dari seorang pengecut dan pecundang, kedepannya tolong jangan sekalipun memperlihatkan wajah kamu di hadapan saya, dan harus kamu tahu, saya sudah memiliki tunangan sebentar lagi saya akan menikah, jadi jangan mengusik hidup saya lagi." Adelia berkata dengan tegas walau sebenarnya, hatinya begitu terasa sakit, hampir saja meneteskan air mata, namun sebisa mungkin ia tahan."Maaf kalau kehadiranku ternyata membuatmu semarah ini, sekali lagi maafkan aku, tapi kamu harus tahu kalau hati aku tidak pernah berubah, aku selalu mencintaimu.""Cukup!! Hentikan kata - kata konyol itu, lebih baik kamu pergi dari hadapan saya, atau saya akan berteriak agar semua orang berdatangan dan itu akan memb
Read more
Bab 123
Adelia telah kembali ke Jakarta, mengantarkan kedua sahabatnya pulang, namun Adelia tidak langsung pulang, setelah menerima panggilan telepon dari Heni yang saat itu sedang berkunjung ke rumah saudaranya, Heni sangat ingin bertemu dengan Adelia sekaligus ingin memberikan kartu undangan pernikahannya bulan depan kepada Adelia. Keduanya bertemu di sebuah kafe yang sudah di sepakati.Heni telah tiba lebih dulu di kafe, duduk dengan kepala menunduk dengan kedua tangan di atas meja, jemarinya sibuk memainkan ponselnya dengan bibir yang mengulas senyum. Tidak berapa lama Adelia telah tiba, langsung menghampiri Heni."Apa kabar Hen?" sapa Adelia."Eh si cantik udah datang, maaf tadi lagi chat sama Syamsul, dia ngajak bercanda terus, jadi ke asyikan nggak tahu kamu udah datang, kabarku Alhamdulillah baik, kamu sendiri gimana kabarnya?""Alhamdulillah aku juga baik." Adelia menarik kursi dan duduk di depan Heni.Heni memanggil waitress untuk memesan, keduanya hanya memesan minuman dan kudapan.
Read more
Bab 124
Di hari Minggu yang cerah, Pemuda tampan dengan setelan jas dan rambut klimis, keluar dari mobil Honda CR-V yang di parkir di halaman rumah Adelia, melangkah begitu gagahnya menuju pintu utama. Seorang wanita paruh baya membukan pintu seraya mengulas senyum dan mempersilakan pemuda tersebut untuk masuk dan duduk di ruang tamu."Nak Angga tunggu sebentar, Ibu panggilkan Adelia di kamarnya." "Baik Bu, terima kasih," ucap Angga yang kini duduk dengan wajah yang begitu ceria.Adelia menghampiri Angga yang sedang duduk dengan santai di ruang tamu."Maaf menunggu lama.""Is okay no problem, menunggumu selama apapun aku tidak pernah keberatan." Keduanya keluar dari rumah, Angga meraih tangan Adelia untuk menggandengnya menuju mobil, namun Adelia seakan menghindar dan berpura - pura merogoh ponsel di tasnya, Angga menyadari kalau Adelia seakan menghindari, Angga hanya tersenyum kecut menutupi rasa kecewanya, dan bergegas masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil seakan hanya keheningan yang terc
Read more
Bab 125
Sekitar pukul sembilan pagi, Adam dan Bagas telah tiba di hotel Arimbi, di sambut penuh rasa hormat oleh General manager dan asisten Manager, mereka mendampingi Bagas dan Adam menuju ruangan yang sudah disiapkan untuk meeting. Rapat yang diikuti perwakilan setiap departemen dari front office, marketing, HRD, accounting, engineering, public relation (PR), sekretaris, fnb, dan kitchen, sudah menunggu di dalam, duduk dengan tertib. Saat Adam dan Bagas memasuki ruang meeting, seluruh pegawai serentak berdiri dan memberi salam.Setelah dua jam membahas evaluasi harian, mingguan, bulanan, baik operasional maupun manajemen hotel, dan perencanaan ulang tahun hotel selesai, Adam dan Bagas meninggalkan ruang meeting terlebih dahulu menuju room yang biasa dipergunakan Bagas beristirahat."Om saya ingin istirahat sebentar, semalam saya bergadang, jadi kurang tidur, nanti bangunkan saya saat makan siang. Oh iya, kita makan siang di luar saja, tempat makan sunda yang dulu sering kita datangi, saya
Read more
Bab 126
Setelah berkemas keperluan untuk ke Ancol, Adelia berpamitan kepada ibunya. Adelia melajukan mobilnya ke rumah Sinta, sementara Cindy sudah lebih dulu tiba di rumah Sinta. Setibanya di rumah Sinta, Adelia bergegas masuk ke dalam rumah Sinta, yang di sambut langsung oleh Cindy yang saat itu sedang asik menikmati secangkir es teh manis.Keduanya duduk di ruang tamu, menunggu Sinta yang masih prepare, setelah sepuluh menit menunggu, Sinta keluar dengan menggendong tas dan kamera digital di tangan kirinya."Ayo, aku sudah siap, Sorry lama, tadi terima telepon ibu, ngabarin baru bisa balik dari semarang lusa.""Kita nginep nggak, Del?" tanya Cindy seraya meneguk tetes terakhir minumannya."Nggak tau, aku masih belum berpikir ke arah situ, yang penting sekarang tiba dulu di sana menghirup udara pantai, memandang luas lautan yang membentang indah." Adelia menjawab sambil memperagakan sedang menikmati udara pantai Ancol, menghirupnya dalam - dalam sambil memejamkan mata."Seorang Adelia pergi
Read more
Bab 127
Adelia mulai menceritakan segala hal yang menjadi beban pikirannya secara detail, termasuk sudah berbicara kepada ibunya, namun ibunya meminta dirinya untuk tidak bersikap bodoh dengan mengikuti egonya."Begitu ceritanya. Sekarang aku makin bingung dengan perasaanku sendiri dan nggak tahu harus memilih jalan apa yang sepantasnya aku tempuh, bila mengikuti kata hati, pasti akan melukai banyak hati, tapi bila terus dilanjutkan, aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku harus bersama Angga.""Apakah kamu sudah menjelaskan soal Bagas yang sebenarnya kepada ibumu?" tanya Sinta."Belum, aku baru berbicara soal pernikahan yang ingin aku batalkan, ibu sudah sewot duluan dan habis - habisan aku di nasehati.""Harusnya kamu cerita dulu soal Bagas, setidaknya ibumu bisa menimbang - nimbang keinginan kamu.""Benar kata Sinta, setidaknya hilangkan dulu sebagian kebencian yang membekas karena Bagas, sebagai seorang ibu pasti berpikir ke arah lain, dengan kamu bilang ingin membatalkan pernikahan
Read more
Bab 128
Suasana yang begitu ramai di kediaman Heni dan Syamsul, tenda membentang sepanjang pekarangan rumah, dan kursi yang diatur sesuai alurnya, bunga - bunga cantik menghiasi pelaminan, kedua mempelai duduk berdampingan dengan senyum sumringah, tamu - tamu undangan memenuhi kursi yang telah disediakan. Bagas berjalan bersama Putri ke arah kedua mempelai."Selamat ya Bro, akhirnya kamu melepas masa lajangmu juga," ucap Bagas sambil memeluk Syamsul dan menepuk bahunya beberapa kali."Terima kasih Bro, kamu nanti nyusul ya?" ucap Syamsul seraya tersenyum menggoda Bagas."In Sya Allah, kalau ada calonnya." "Adelia, masih sendiri tuh, kejarlah." Lagi - lagi Syamsul menggoda Bagas.Bagas hanya tersenyum mendengar ucapan Syamsul, melepas pelukannya kemudian menjabat tangan Heni seraya memberi ucapan selamat."Oh iya, Adelia katanya mau datang, kamu coba dekati lagi jangan menyerah, aku dan Syamsul berdoa semoga kalian bisa bersama lagi. Iya nggak sayang," ucap Heni yang langsung menoleh ke Syams
Read more
Bab 129
Adelia berjalan lebih dulu menuju pelaminan Syamsul dan Heni dengan wajah cemberut menahan rasa tidak enak kepada Bagas atas ucapan Angga yang menurutnya sangat tidak sopan, sementara Angga mengikutinya di belakang dengan berjalan cepat menyusul Adelia. Keduanya kini berjalan bersama, Angga meraih tangan Adelia namun Adelia menepisnya dan menoleh ke arah Angga dengan tatapan mata yang marah."Sudah dong masa gitu aja kamu ngambek sih, kelihatan banget belain sang mantannya," ucap Angga datar."Mau kamu apa sih Angga?" "Mau aku ya kamu, lagian suruh siapa sok akrab banget, katanya mantan tapi..."Belum selesai Angga berbicara Adelia langsung memotong."Tapi apa!? cukup Angga, jangan ngajak berantem di tempat umum, apalagi di hari bahagia sahabat - sahabat aku.""Siapa juga yang ngajak berantem, kamunya saja sensi, setelah menemui teman - teman kamu kita pulang, males aku di sini, suasananya sudah membuat aku nggak mood.""Kalau kamu mau pulang, ya sudah pulang saja, saya mau nunggu Si
Read more
Bab 130
"kenapa kamu ngomong begitu, apa karena Bagas!""Itu lagi...itu lagi, apa nggak ada pembahasan lain selain Bagas.""Karena kamu berubah setelah bertemu dengan Bagas, segala bilang cape dengan hubungan kita, kita itu tidak ada masalah selama ini.""Aku mau tidur.""Jangan mengalihkan pembicaraan kita, kenapa tiba - tiba ingin tidur, kamu aneh Adelia."Adelia tidak menggubris ucapan Angga, ia menyandarkan kepalanya ke kursi dan memejamkan matanya. Angga yang merasa kesal atas sikap dan ucapan Adelia tidak kuasa menahan amarahnya, seketika mobil ia hentikan di pinggir jalan, kedua tangannya memukul kemudi mobil dengan kencang."Sialan, brengsek!!"Adelia membuka matanya menoleh ke arah Angga dengan tatapan sinis, mencoba mengatur sisi hatinya yang kesal karena sikap Angga yang terlalu kekanak - kanakan, menghela napas panjang beberapa kali, mengatur setiap kata yang terlontar dari mulutnya, agar tidak memicu pertengkaran."Angga, kenapa menghentikan mobilnya, sudah ya, jangan marah - mar
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status