All Chapters of SURAT WASIAT NENEK: Chapter 71 - Chapter 80
159 Chapters
Bab 71
"Tunggu Bang!" teriak Kaila dari dalam, mencoba menghentikan Tony yang akan menutup pintu.Tony mengerutkan dahinya, memasang wajah serius, menatap Kaila dengan sedikit kesal, karena Tony sudah berulang kali melarang Kaila untuk  jangan dekat - dekat dengan orang miskin, namun Tony tidak bisa bersikap kasar kepada Kaila, baik ucapan ataupun sikap, karena Tony sangat menyanyangi Kaila."Kaila, apa maksudmu? menahan Abang untuk menutup pintu.""Bang, ijinkan Kaila untuk berbicara dengan Bagas, sekali ini saja." Wajah Kaila terlihat memelas."Kaila Abang tidak suka kalau Kaila berteman dengan orang miskin, ingat kata ayah, pertemanan itu mempengaruhi sosial kita, Abang harap Kaila ngerti."Kaila menoleh ke arah Bagas dan meminta Bagas untuk menunggunya di luar, Kaila akan berbicara dengan Tony terlebih dahulu, Kaila sangat hapal watak Tony, kalau terus dipaksa, pasti Tony akan marah besar dan membuat keributan dengan Bagas, Kaila tidak mau itu sa
Read more
Bab 72
Saat Adelia mengendarai mobilnya menuju kosan Bagas, matanya menangkap sosok Bagas yang sedang duduk menatap ke arah pemandangan yang berada di sisi jalan, duduk membelakangi jalan, Adelia menghentikan laju mobilnya, memarkirkan ke pinggir jalan, lalu turun dari mobil dan berlari menghampiri Bagas, Bagas sendiri tidak tahu kalau Adelia kini berada di belakangnya, ia seakan sedang melamun dengan pandangan mata melihat pemandangan di depannya."Sayang..." sapa Adelia terdengar lirih menyapa Bagas.Bagas meneolehkan kepalanya, betapa terkejutnya ia, karena Adelia berdiri di belakangnya, Bagas langsung berdiri dan menghadap ke arah Adelia. Adelia langsung memeluk Bagas dan menangis didada bidang Bagas, seakan tangisannya begitu memilukan, Bagas membalas pelukan Adelia dan membelai mesra rambut Adelia, lalu jemarinya memegang dagu Adelia sehingga mereka saling menatap, mata Adelia terlihat basah, jemari Bagas menyekanya dengan lembut."Kamu kenapa? datang - datang me
Read more
Bab 73
Bagas hanya tersenyum dan membelai rambut Adelia. "Tidak apa - apa, biar aku yang mengganti kerugiannya, untuk tas dan sepatu yang berserakan kita beli semua, kita bagi saja kepada pegawai disini, itung - itung permintaan maaf karena sudah membuat kekacauan, nanti sekalian beli untuk kamu, Cindy, Sinta, Heni dan adiknya Syamsul, tolong di pilihkan, kamu yang lebih paham soal model cewek.""Are you sure? ini tidak sedikit Sayang, Kamu baik sekali, padahal kamu bisa saja melaporkan Tony, Tony sesombong itu karena tidak tahu kamu yang sebenarnya, kamu bisa saja membawa masalah ini ke ranah hukum, tapi kamu memilih mengalah dan mengabaikan semua tindakan Tony yang aku pikir sudah kelewat batas.""Iya Sayang, Biar saja, kita tidak usah samanya, lagian aku paling nggak suka dengan keributan, apalagi berkaitan dengan cewek yang aku cinta, aku tidak ingin kamu kenapa - kenapa, karena Tony masih punya kartu AS kamu, yaitu ayahmu, ya sudah aku mau ke pemilik butik dulu sekalian
Read more
Bab 74
"Mau ngapain Tony! biarin aja jangan di buka, aku males ladeninnya," ucap Adelia.Cindy kembali duduk karena Adelia tidak mau menemui Tony. Ponsel Adelia berdering, tertera nama Tony di layar ponselnya, berulang kali menelpon namun Adelia abaikan, malah ponselnya ia posisikan terbalik, panggilan masuk nada bergetar, karena kalau ia matikan takutnya Bagas yang menghubunginya atau si bapak yang punya tanah, karena hari ini memang pengesahannya, untuk perijinannya sudah di legalkan. Ponsel sudah tidak beegetar lagi, Adelia meraih ponselnya dan melihat hampir lima belas panggilan tak terjawab dan sepuluh pesan masuk, tanpa ia baca langsung ia hapus, lalu menyimpan kembali ponselnya ke meja."Aku mau tidur dulu ya guys, badan lelah sekali dan mata sudah nggak kuat lama - lama terjaga, nanti siang tolong bangunkan, kita langsung ke tempat si bapak pemilik tanah." Adelia melangkah menuju ranjang."Oke, istirahat saja, kalau Tony sampai ketuk pintu lagi kita abaikan saj
Read more
Bab 75
"Maaf bukan begitu maksud saya, sekali lagi maafkan saya, kalau saya lancang, tapi sebagai manager room service, saya kira saya wajib tahu juga, untuk menghimbau pegawai lainnya agar bisa lebih berhati - hati dalam sikap dan tutur kata, tidak ceroboh seperti Bagas.""Dia tamu VIP namanya Tony Harsen, tamu tetap hotel, itulah kenapa saya ingin Bagas lebih baik dipecat saja, itu juga setelah saya berpikir panjang, hotel sangat mengutamakan kenyamanan tamu, apalagi tamu tetap, saya tidak ingin hotel kita di cap jelek, karena memiliki pegawai yang memiliki kinerja buruk dalam pelayanan kepada tamu.""Iya Pak, kalau begitu saya permisi, untuk mengurus surat pengajuan pemecatan Bagas, mari Pak?" Sandi melangkah keluar ruangan Raymond.Setelah di ruangannya, Sandi menelpon Ali sesuai himbauan Raymond, karena bagaimnapun Sandi tidak mau harus memecat pegawainya, hanya karena aduan sepihak, walau dirinya merasa bingung juga kalau tidak menjalankan perintah Raymond pasti
Read more
Bab 76
"Tetap saja Pak, saya takut, kalau Pak Raymond atasan tertinggi disini, siapa yang berani menyenggolnya, andai ketahuan menerima uang dari Pak Tony, kalau saya masih anak bawang, bisa - bisa saya di out dari sini.""Sudah terima saja, buat traktir isteri dan anak Pak Sandi, saya tidak akan bicara kepada siapapun termasuk Raymond, dan soal saya ngasih uang sama Raymond keep silent, okay, saya tidak enak kalau Pak Raymond sampai tahu kalau Pak Sandi mengetahuinya.""Baiklah, terima kasih Pak, pasti isteri dan anak saya senang karena mendapat uang sebanyak ini, bisa untuk beli beras setahun, soal Pak Raymond, tenang saja saya tutup mulut." Dengan tangan memperagakan mengunci mulutnya."Pak Sandi...Pak Sandi, suka bercanda, saya terhibur sekali, padahal saya tadi sedang badmood karena adik saya.""Syukurlah kalau Pak Tony senang mengobrol dengan saya, saya juga senang mengenal Pak Tony, sudah tampan, baik dan pengusaha muda yang sukses, oh iya Pak, boleh tida
Read more
Bab 77
Setibanya Sandi di ruangan room service, ia melihat Ahmad sedang berbicara dengan Bagas, sepertinya Ahmad sudah menyampaikan apa yang ia utarakan di telepon dan memberi arahan kepada Bagas untuk bisa menerima semua keputusan pihak HRD, tentang pemutusan hubungan kerjanya, sekaligus memberi wejangan yang bersifat membangun bagi Bagas, bilamana bekerja kembali di tempat lain, Sandi melangkahkan kakinya mendekati Ahmad dan juga Bagas yang sepertinya sudah selesai berbicara, Ahmad berdiri dari duduknya melihat Sandi sudah berada di belakang Bagas yang sedang duduk di depan mejanya, seraya memberi salam kepada Sandi, Bagas pun ikut berdiri, Sandi meminta Ahmad dan Bagas untuk duduk saja."Bagas, jangan berkecil hati ya, jujur saya menyukai cara kerja kamu, ulet dan pandai bersosialisasi dengan para tamu, sehingga tamu merasa puas dengan pelayanan kamu, tapi saya hanyalah sebagai manager divisi room service, yang mana wewenang saya terbatas, saya harap kamu memaklumi dan tetap bers
Read more
Bab 78
"Ayah!" Suara Adelia cukup kencang, mencoba menghentikan ucapan ayahnya yang begitu saja menghina Bagas."Kamu diam! Ayah tidak pernah mengajarkan kamu untuk memotong pembicaraan, semenjak bergaul dengan orang ini, kamu jadi pribadi yang jelek, tidak usah mencoba membela dia." Menunjuk wajah Bagas, dengan tatapan tidak suka."Tapi Bagas tidak seperti yang Ayah pikirkan, dia itu..."Bagas langsung menyambar ucapan Adelia. "Saya salah Om, maaf, kalau begitu saya permisi, jangan marahin Adelia, dia tidak salah.""Jelas kamu salah, ingat jangan pernah menemui anak saya lagi!"Bagas hanya diam, tidak menjawab perkataan Danu, memilih diam itu lebih baik baginya.Adelia hanya menatap Bagas, dengan beribu pertanyaan, karena Bagas seakan tidak ingin dirinya mengatakan hal sebenarnya, Adelia hanya ingin menjaga harga diri Bagas di hadapan semua orang saat ini. Bagas berjalan menuju pintu keluar, terlihat olehnya Tony yang tersenyum puas.Adelia
Read more
Bab 79
Adam mulai menjelaskan prihal rencananya untuk mengundang semua pengusaha kelas atas, termasuk relasi bisnis dari Amerika, Jerman dan India, sebagai tamu undangan di acara perayaan tempat wisata yang di bangun dibelakang hotel, karena selama tempat wisata telah dibuka, belum diakan perayaan, dikarenakan Bagas yang memang langsung menjalankan amanah nenek Sasmita. Bagas menyetujuinya dan meminta Adam untuk mengatur semuanya secara rapi, Bagas akan tampil sebagai pemilik sebenarnya Hotel Arimbi dan Holding Company Ivander yang memiliki cabang dimana - mana dan bergerak dalam berbagai bidang bisnis, untuk di dalam negri dan luar negri, memang para pengusaha yang bekerja sama dengan Company Ivander sudah mengetahui bahwa Company Ivander di kelola oleh penerus Irfan Ivander, namun Bagas belum pernah menampakan dirinya, semua hal di urus oleh Adam, sesuai intruksi Bagas. Acara tidak sembarang orang bisa menghadiri, Hanya tamu - tamu yang memiliki undangan, dengan undangan khusus perayaan
Read more
Bab 80
Satu hari sebelum acara perayaan wisata Hotel Arimbi dimulai, Samuel dan Tony sudah datang dan memesan kamar, mengantisipasi keterlambatan, memperhitungkan jarak dan kemacetan yang sering terjadi, bukan hanya mereka beberapa tamu undangan lainnya pun melakukan hal sama."Ton, besok kamu jangan sampai bangun terlambat? nanti saat ketemu Pak Adam bersikaplah ramah dan ucapkan terima kasih, karena mengijinkan kamu ikut serta, awalnya beliau hanya memberi satu undangan, untuk Ayah saja, tapi Ayah menerangkan kalau kamu sebagai penerus keluarga Harsen, setidaknya harus ikut, sehingga Pak Adam memberikan undangan tambahan untuk kamu, kita sudah di istimewakan, karena tamu lain hanya satu undangan mewakili nama perusahaan, mungkin karena ikatan kerja sama yang terjalin, kamu harus bisa meraih peluang yang baik, karena acara ini akan dihadiri para pengusaha kelas atas, dekati Pak Adam juga," ucap Samuel."Iya Yah, Tony tidak akan mengecewakan Ayah, Ayah tenang saja, untuk soal
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status