Lahat ng Kabanata ng My Husband is an Idol: Kabanata 11 - Kabanata 20
40 Kabanata
Sebelas
Sebelas  Merasa tidak tenang, Silvi menghubungi Vian dan bertanya tentang berita itu.  "Awas saja jika kau mempermainkan Karin, aku tidak akan setuju meski kau adalah idolaku," ancam Silvi.  Vian terbahak sambil tetap memegang ponsel di telinganya."Aku tidak mempermainkan Karin atau siapa pun. Aku dengan Karin juga tidak ada hubungan apa-apa. Begitu pula dengan Cindy dan gadis-gadis lain."  "Tidak mungkin," tukas Silvi. "Aku melihat sendiri kau dan Karin begitu dekat. Tatapan mata kalian juga seperti memiliki perasaan satu sama lain."  "Aku dan Karin hanya perjanjian kerja sama proyek. Kami dekat karena itu. Setelah selesai, kami mungkin tidak akan bertemu lagi."  "Apa benar hanya karena itu?"  "Kau mencecarku lebih dari wartawan," tukas Vian.  "Ini semua karena menyangkut sahabatku. Aku tidak mau dia sedih."  "Baiklah, aku mengerti. Kau pasti sangat menyayangi Karin.
Magbasa pa
Dua belas
Dua belas      Cindy terbangun di hari itu dengan perasaan tidak tenang. Ia tahu teman wartawannya yang memberi kabar tentang Vian kemarin seperti tidak berbohong.   Saat berada di sana, Cindy kemudian melihat Fian dan Karin sedang berpelukan. Ia merasa marah dan segera keluar dari mobil menghampiri mereka. Ia kemudian mendorong Karin untuk menjauh dari Vian   Kata-kata Vian yang ia dengar setelahnya terasa begitu menyakitkan. Ternyata selama ini, perhatian yang ia berikan, tidak pernah dianggap oleh pria itu.  Ia merasa semua yang terjadi padanya itu karena Karin. Karin yang telah merebut hati Vian darinya. Ia kemudian menyusul Karin yang telah pergi dari sana.  Karin memang memutuskan untuk pergi karena dia tidak ingin membuat keributan.  Ia tertegun saat melihat Cindy datang padanya.  "Beritahu aku apa hubunganmu dengan Vian? Kenapa kau selalu berada di dekat Vian?" tanya C
Magbasa pa
Tiga belas
Tiga belas  Via berdiri di depan Karin dan menghalangi Matthew. Matthew sendiri masih tetap terus melihat pada Karin.  "Kenapa kau datang ke sini?" tanya Vian."Tidak ada yang mengundangmu datang kemari."  "Kenapa kau tidak mengundangku? Apa aku tidak boleh datang ke sini?" sahut Matthew.  "Aku memang sengaja tidak mengundangmu," tukas Vian.  "Kita adalah teman. Aku juga ingin melihat kafetaria yang kaubuat."  "Kau sudah melihatnya. Sekarang sebaiknya kau pergi dari sini!" usir Vian tanpa basa-basi. Di belakang Vian, Karin dan Silvi melihat semua itu dengan raut tegang. Para tamu lain juga berhenti menikmati pesta untuk melihat yang terjadi antara Vian dan Matthew.  Matthew hanya tersenyum mendengar Vian yang telah mengusir dia "Aku memang tadi sempat berniat akan pergi, tapi ada gadis cantik di sini, tentu aku tidak bisa pergi begitu saja tanpa mengenal dia," ucap Matthew sambil melempar se
Magbasa pa
Empat belas
Empat belas   Matthew terus menemani Karin dan Silvi mengobrol untuk beberapa saat hingga Vian datang menghampiri mereka.   "Aku sudah kembali," ucap Vian dengan nada suara tidak bersahabat. Matthew dan kedua gadis itu menoleh bersamaan. Mathhew kemudian bangkit berdiri dan segera pergi dari sana.    Ia tahu Vian tidak akan senang jika ia tetap berada di sana, maka ia memilih pergi tanpa membuat keributan. Ia juga ingin membuat Karin terkesan padanya karena dia pria yang baik di mata gadis itu.  Setelah Matthew pergi, Vian kemudian duduk di samping Karin.    "Kalian kelihatannya bersenang-senang," ucapnya dengan nada sinis.  "Tidak ada apa-apa, jawab Karin "kami hanya mengobrol saja."  "Bukankah sudah kubilang kau tidak perlu bicara dengan dia?"  "Dia hanya menemani kami mengobrol, itu saja," sahut Karin. Ia tidak habis pikir mengapa Vian begitu marah.   'Bolehlah di
Magbasa pa
Lima belas
Lima belas   "Bagus. Aku mendapatkan pekerjaan yang menyenangkan meski tidak sesuai dengan bidang yang kupelajari, tapi aku sangat senang bisa bekerja di sini," ucap Karin. Silvi mengangguk dan tersenyum senang.   "Asal kau menyukai pekerjaan itu, maka tidak masalah," tukas Silvi. Karin mengangguk sambil tersenyum. Ia sengaja tidak memberitahu Silvi tentang pekerjaan yang dilakukan dan di mana ia bekerja.   Ia tidak ingin membuat Silvi menjadi cemas. Terutama ia tidak ingin Silvi tahu bahwa ia mendapat pekerjaan tersebut dari Nana. Silvi selalu berkata Nana telah salah jalan dan ia tidak mau berteman dengan orang semacam itu. Hanya Karin yang tidak peduli dan tetap menganggap Nana juga adalah temannya.***   Suara hingar-bingar musik keras di dalam bar membuat Karin merasa ia tidak bisa mendengar apa-apa setelah pulang dari kerja. Belum lagi bau asap rokok berbaur minuman keras yang membuat dia pusing dan nyaris se
Magbasa pa
Enam belas
Enam belas   "Karin sedang bekerja. Tempatnya, aku sendiri tidak tahu berada di mana. Karin tidak pernah mau memberitahuku," tukas Silvi pada Vian.   "Aku juga tidak tahu. Aku hanya mendengar suara bising di sana kurasa dia bermasalah di tempat kerjanya," sahut Vian. Nada suaranya terdengar cemas.    "Bagaimana ini? Kita harus menemukan dia," tukas Silvi yang juga ikut cemas.   "Aku akan segera mencari dia," ujar Vian.   "Baiklah, aku juga akan mencari dia kita harus menemukannya dengan cepat. Semoga tidak terjadi apa-apa padanya," ucap Silvi. Vian mengiyakan. Silvi menutup telepon dan ia meminta ijin pada atasannya untuk pergi karena ada urusan keluarga yang mendesak.***   Sementara di kafetaria, Karin sedang bersama dengan Tuan Han. Pria itu terus memaksa gadis itu untuk minum. Karin tidak ingin melakukannya, meski begitu ia tidak punya pilihan lain dan ia tidak ingin keluar
Magbasa pa
Tujuh belas
Tujuh belas   Setelah menutup telepon dari Silvi, tidak berapa lama Karin juga mendapati Vian juga menelepon dia.     'Ada apa ini? Kenapa Vian juga meneleponku? Perjanjian kami seharusnya tidak saling menghubungi lagi. Apa mungkin Silvi memberitahu Vian? Tapi kenapa dia malah menelepon Vian?' ucap Karin dalam hati.    Karin memutuskan untuk menonaktifkan teleponnya. Ia telah memutuskan untuk tidak berhubungan dengan pria itu lagi. Jadi lebih baik tidak saling memcari.   Di tempat lain, Vian memukul kemudi dengan marah, tetapi ia juga cemas. Belum lagi ponsel karin kemudian dimatikan dan tidak bisa dihubungi lagi.   "Di mana dia sekarang?" ucap Vian dalam hati. "Apa mungkin terjadi sesuatu padanya?" Ia kemudian menyuruh asistennya untuk mencari orang yang bisa melacak ponsel.      Edwin tidak berapa lama datang saat Vian tiba di rumah. Saat Edwin menemui dia, pria itu
Magbasa pa
Delapan belas
Delapan belas   Para petugas keamanan hotelsegera datang dan menghalangi kedua pria itu.   "Vian!" tukas Silvi. Gadis itu berjalan mendekat dan mencegah Vian yang hendak kembali memukul Matthew. Matthew yang tersuruk jatuh justru tertawa sambil mengusap bibirnya yang berdarah.   "kau pasti berbohong!" tukas Silvi. "Meski Karin berada di hotel ini, tidak mungkin ia bersamamu."   Matthew tertawa sambil menggeleng. Ia kemudian mendengkus keras seolah tengah mengejekmereka.   "Kalau kalian masih tidak percaya padaku, kalian boleh ikut denganku.Kalian akan tahu bahwa Karin memang bersamaku," ucapnya. Silvi masih tidak percaya, tetapi ia dan yang lain kemudian memutuskan untuk mengikuti Matthew.***   Matthew berjalan lebih duluuntuk menunjukkan kamar yang dihuni Karin.   "Gadis yang kalian cariberada di kamar ini," ucap Matthew yang
Magbasa pa
Sembilan belas
Sembilan belas       Vian tengah berkendara dengan kecepatan tinggi. Beberapa mobil menekan klakson karena kendaraan pria itu yang tidak brrhati-hati dan membuat mereka juga nyaris celaka.    Vian kemudian berhenti di pinggir jalan saat ada polisi yang menghentikan dia.  "Maaf, Pak, saya sedang ada masalah," ucap Vian sambil menyerahkan SIM nya.   "Masalah Anda adalah urusan Anda, tapi Anda tetap tidak boleh ceroboh dan membahayakan para pengendara yang lain," ucap si bapak polisi teraebut. Vian hanya mengangguk dan mengambil kembali SIM-nya. Ia juga tidak mengerti mengapa ia begitu marah saat melihat Karin benar berada di hotel itu.    'Vian, Vian, Vian, apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kau dan Karin hanya teman. Ia bahkan berkata tidak mau bertemu setelah proyek yang dikerjakan usai, tapi mengapa aku tidak rela melihat Karin dengan Matthew?' keluh Vian dalam hati.***
Magbasa pa
Dua puluh
Dua puluh   Mata Karin membeliak lebar mendengar ucapan Matthew itu. Orang-orang di sana yang mendengar itu ikut bersorak dan bertepuk tangan. Matthew segera meraih tangan Karin dan membawa gadis itu pergi dari sana.   "Aku salah bicara," ucap Matthew tanpa menoleh."Maksudku bukan mengajakmu menikah, tapi ingin kau bekerja padaku. Kenapa yang keluar malah berbeda?"   "Baiklah, tidak apa," tukas Karin sambil tertawa lega. Ia tadi sempat terkejut dan mengira Matthew sungguh melamar dia.   Matthew berhenti melangkah. Ia berbalik dan menatap Karin."Jadi bagaimana? Apa kau mau bekerja untukku?"   Karin menggeleng."Bekerja bersama artis sepertimu pasti merepotkan. Lihat saja banyak sekali tadi penggemarmu, aku tidak sanggup untuk menangani mereka."   "Jadi kau lebih memilih menangani Tuan Han dan para pelanggan di bar itu?"    "Kau tidak perlu khawatir. Ak
Magbasa pa
PREV
1234
DMCA.com Protection Status