Semua Bab Bercinta Denganmu: Bab 81 - Bab 90
111 Bab
81. Soraya dan Windu
Soraya turun dari mobil, kala mereka sampai di sebuah klinik psikiatri khusus untuk para penderita tekanan kejiwaan. Windu mengulurkan tangannya pada Soraya, mereka berjalan beriringan masuk ke dalam klinik. Menemui seorang dokter untuk mengkonsultasikan keadaan sang Ibu. "Berarti keadaannya berangsur membaik ya, Dok?" tanya Soraya. "Iya, Ibu Citra termasuk pasien yang cepat penyembuhannya, tapi masih harus kita pantau oleh karena itu sebaiknya sementara waktu tetap berada di klinik saja sampai total penyembuhan," jelas dokter itu. "Baik, Dok. Saya bisa jenguk sekarang?"  "Silahkan, sering di jenguk kemungkinan besar membantu pemulihannya." Wanita tua yang seharusnya masih terlihat cantik itu sekarang lebih terlihat kurus, pucat dan tanpa senyum. Pakaian berwarna putih seakan kontras dengan wajahnya. Soraya melangkah mendekati Citra yang duduk tepat di sebelah jendela, memandangi taman sore itu. "Mama," sapa Soraya memegang pundak
Baca selengkapnya
82. Kecurigaan
Dua bulan berlalu, kehidupan kembali seperti biasanya. Perut Shesa sudah terlihat semakin membesar, usia kandungannya kini sudah lima bulan lebih, tubuhnya semakin berisi bahkan Alvin saja lebih menyukai penampilan Shesa saat ini. "Kamu jadi ke Malang besok?" tanya Shesa masih di atas tempat tidur memperhatikan gerak gerik suaminya yang baru saja tiba dari kantor. "Jadi, kamu jadi ikut?" Alvin membuka helai demi helai pakaiannya. "Aku di minta hadir fashion show lusa, gimana kalo aku nyusul kamu?" "Sendirian? naik pesawat?" "Iya, tapi aku nggak mau naik pesawat. Boleh ya kalo aku naik kereta, please." Shesa memohon. "Janji deh ini ngidam aku terakhir, setelahnya nggak minta apa-apa lagi," ujar Shesa mengacungkan dua jarinya berbentuk V. "Nggak ah, ntar kenapa-kenapa." "Kan cuma di kereta, Vin. Nggak bakalan kenapa-kenapa. Ya, boleh ya." Shesa memohon. "Aku kabulin, asal—" Alvin jalan mendekat. "Apa?" tanya Shesa
Baca selengkapnya
83. Hati-hati
"Iya, gue minta tolong lo selidiki. Mungkin lo punya temen di sini juga buat jaga-jaga istri gue, Win. Gue masih kurang lebih tiga hari di sini dan masih ngurusin pabrik baru, gimana? bisa bantu gue kan?" tanya Alvin pada Windu melalui sambungan telepon. "Gue coba hubungi temen gue di sana, mudah-mudahan bisa jaga Shesa ya. Dan masalah pria yang nabrak Shesa tadi, gue bakal pantau." "Maaf banget, Win. Cuma masalahnya, Anggi adik Shesa masih curiga dengan Soraya. Bukan gimana-gimana juga sih, cuma kan kita nggak tau yang ada di dalam hati dia bagaimana," jelas Alvin yang sebenarnya juga masih merasakan sesuatu dengan Soraya. "Gue ngerti, ngerti banget. Soraya serahin ke gue, semoga tidak seperti yang kita bayangkan."  "Sayang," panggil Shesa. "Sudah dulu, Win, besok gue hubungi lagi," kata Alvin mengakhiri percakapan mereka. "Sayang," panggil Shesa lagi. "Iya," jawab Alvin masuk ke dalam kamar hotel. "Kenapa?" 
Baca selengkapnya
84. Dalang Semua Ini
"Awas, Sha!" Teriakan Soraya mengagetkan semua pengunjung di sana. Hanya tinggal empat anak tangga, harusnya sebentar lagi Shesa sampai di bawah dengan selamat. Lelaki bertopi hitam itu berlari entah kemana setelah menabrak Shesa dari belakang.  Shesa terjatuh ke bawah, Soraya menjerit berlari menuruni anak tangga dengan wajah panik. Pelipis wanita hamil itu mengeluarkan darah, meringis memegangi perutnya. "Ya, an—ak a—ku," ujarnya terbata. "Tolong ... tolong, tolong teman saya," Isak Soraya. "Tolong ...." Soraya semakin panik saat melihat Shesa sudah tidak sadarkan diri. Beberapa orang berdatangan, membantu mengangkat Shesa hingga naik ke taksi yang membawa mereka menuju rumah sakit. Soraya meraih ponsely, bercepat mengabari Windu agar menghubungkan Alvin segera. Namun, sambungan telepon yang di tuju Soraya pun tidak ada jawaban sama sekali. "Ya Tuhan," lirih Soraya memandangi wajah Shesa. "Bapak tolong lebih cepat lagi!"
Baca selengkapnya
85. Kepergian Chandra Adhiyaksa
"Apa yang mau kamu urus! HAH?! kamu lihat istri aku, hampir saja nyawanya dan anak yang dia kandung melayang, dan itu semua karena ayah kamu, Soraya!"  "Apa yang mau kamu bantu? APA!" Emosi Alvin benar-benar sudah tidak lagi dapat dia tahan. "Sayang, please kasih kita waktu untuk mencari jalan keluar dari kasus ini," ujar Windu mengusap punggung kekasihnya. "Tapi hanya ini satu-satunya ca—" Belum selesai Soraya meneruskan kata-katanya ponselnya bergetar. "Halo," jawab Soraya.  "Selamat sore, dengan Ibu Soraya?" tanya suara di seberang sana. "Iya, saya sendiri," ujarnya lagi. "Kami dari kepolisian, mengabarkan bahwa ayah Anda ditemukan sudah tidak bernyawa dengan luka tusuk di dada di dalam selnya, hasil penyelidikan sementara Bapak Chandra Adhiyaksa melakukan penusukan sendiri atau lebih tepatnya beliau bunuh diri," jelas pihak kepolisian. Tubuh Soraya meremang, Soraya mundur beberapa langkah dengan ponsel yan
Baca selengkapnya
86. Mau Lagi, Nggak?
"Ya Tuhan, Shesa." Wulan dan Anggi menghampiri Shesa yang masih tertidur dengan posisi miring pagi itu. "Sha, kamu baik-baik, kan?" Wulan mencium kening putrinya. "Kok kamu ada di sini, Nggi? Bukannya sama Mas Pandu di Singapura?" "Malah nanya aku, sih. Kak Shesa gimana? udah enak kan?" "Aku nggak apa-apa, udah baikan. Baby juga baik, barusan tadi abis tendang-tendang perut aku. Cuma ya itu tidurnya masih posisi miring dan nggak boleh banyak gerak." "Terus rencana pulang ke Jakarta kapan, Vin?" tanya Paula  "Beberapa hari lagi, Ma. Shesa harus istirahat total dulu di sini, kalo baby sudah kuat kita pulang ke Jakarta."  "Kalo gitu Papa telpon temen Papa dulu, biar kita sewa apartemen mereka, selama kalian berada di sini." Budiman melangkah keluar ruangan ketika sambungan teleponnya terhubung. "Mama lihat di tivi kemarin, Chandra Adhiyaksa meninggal dunia? Bener, Vin?" Wulan memberikan jeruk yang sudah terkupas
Baca selengkapnya
87. Kuasa Paula
Satu bulan berlalu semenjak tragedi kecelakaan yang menimpa Shesa. Alvin dan Shesa sudah kembali ke Jakarta. Memulai kehidupan seperti biasa, sedangkan Anggi dan Pandu masih harus berpisah jarak. Kabar terakhir yang mereka terima tentang Soraya, wanita itu sudah berkumpul kembali dengan ibunya.  "Sha."  Ketukan di pintu kamar Shesa membuat wanita berbadan dua itu menoleh ke asal suara. "Mama ... masuk, Ma," ujar Shesa saat melihat Paula sudah berdiri di ambang pintu kamarnya. "Lagi siap-siap, ya? Mau kemana?" "Aku bosan, Ma. Aku mau ke butik, Mama mau ikut?"  "Boleh sama Alvin?" "Boleh, Alvin juga kasian kalo aku diem aja di rumah, Ma. Mama Wulan juga udah pulang ke Bandung, persiapan rumah baru Anggi." "Mama ikut deh kalo kamu mau ke butik," ujar Paula. "Mama sarapan dulu," kata Shesa sebelum Paula menutup pintu kamarnya. "Udah, tadi di rumah." "Mama pasti jalan kaki lagi
Baca selengkapnya
88. Harus Sering-sering
"Mama nggak suka ya, Vin, kamu macem-macem," kata Paula. "Macem-macem apa sih, Ma?" Alvin melirik Shesa. "Itu si Ririn tadi, Mama bisa liat dia gimana-gimana." "Ya ampun, ya nggak lah Ma, istri lagi hamil juga mana kepikiran yang begitu," sanggah Alvin. "Jaman sekarang itu nggak mikir istri hamil, anak banyak, kalo pelakor udah menunjukkan taringnya, nah yang disuguhi juga mau ... ya terjadi. Apa itu yang di tivi Mama liat series nya, itu istri lagi hamil loh. Nggak di dunia maya di dunia nyata aja banyak."  Seketika Shesa terdiam, mengingat masa lalu nya dulu kala dia menjalin hubungan dengan lelaki bernama Catur. Hanya bedanya Catur memperkenalkan dirinya seorang single, hingga Shesa pun terlena bujuk rayu lelaki itu. "Ya kan, Sha. Mama minta kalian jangan macem-macem, menikah itu sekali seumur hidup, jangan di buat seperti mainan atau hanya sekedar nafsu untuk menghalalkan, sesudahnya di tinggal begitu saja. Mama ini sudah bany
Baca selengkapnya
89. Usaha Pandu
Usia kandungan Shesa memasuki usia delapan bulan. Mendekati hari kelahiran sang buah hati, rasa tidak sabar ingin bertemu buah hatinya, rasa was was karena akan merasakan rasa sakit melahirkan dan juga rasa bahagia karena secepatnya keluarga kecil Shesa akan lengkap karena kehadiran bayi mungil itu.Jadwal rutin pemeriksaan kandungan sudah mulai memasuki waktu satu minggu sekali. "Bersiap untuk dua minggu ke depan ya Ibu Shesa," ujar dokter kandungan."Sudah masuk ya, Dok?" tanya Shesa."Iya, sudah semakin turun, posisinya pun sudah tepat, banyak jalan, banyak gerak ya.""Em ... Dok, katanya kalo sering melakukan hubungan suami istri memperlancar proses kelahiran? Benar Dok?""Iya, seperti membuka jalan lahir untuk si calon bayi, tapi saya sarankan jangan terlalu sering juga. Kasian baby nya," ujar dokter lalu tersenyum. "Ok, semua sehat semua lengkap bertemu satu minggu ke depan." Dokter mengulurkan tangannya, di sambut oleh Shesa dan
Baca selengkapnya
90. Kelahiran
Siang itu Shesa membawa makan siang untuk Alvin di kantornya, sudah lama sekali Shesa tidak menginjakkan kaki ke kantor yang menjadi saksi pertemuan mereka berdua dulu. Semua mata memandangnya, ada yang tersenyum ada juga yang menundukkan kepala tanda hormat bahkan ada yang tidak segan-segan berbisik sambil menatapnya. Shesa keluar dari lift yang membawanya menuju ruangan Alvin. Ruangan itu sedikit terbuka, tiga bulan terakhir Alvin mendapatkan assisten baru yang membantunya mengerjakan pekerjaan kantor. Hanya saja, Shesa belum pernah bertemu dengan assistennya itu. Perlahan Shesa membuka pintu ruangan kerja suaminya, Alvin menatap laptop tanpa menyadari kehadiran istrinya di ambang pintu. Sedangkan tidak jauh dari Alvin duduk, berdiri seorang lelaki dengan penampilan yang sangat maskulin. "Selamat siang," ujar Shesa dan tersenyum. "Sayang, nggak bilang mau kesini." Alvin beranjak dari tempat duduknya menghampiri wanita berbadan dua itu.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status