All Chapters of Bercinta Denganmu: Chapter 91 - Chapter 100
111 Chapters
91. Malaikat Kecil
Bayi mungil berhidung mancung, dengan kulit yang masih belum terlalu bersih itu sudah berada di atas dada Shesa. Mulut kecilnya mencari-cari puting susu ibunya. "Sayang, dia ngapain?" tanya Alvin mengusap pipi anaknya dengan jari telunjuknya. "Mau makan, Papi," kekeh Shesa. "Ya ampun dia kok lebih lahap dari aku," ujar Alvin yang terpukau akan pemandangan di depannya. "Lucu ya." Shesa menghapus air matanya. "Anak aku ini," ujar Shesa mencium kepala bayi mungil itu. Alvin tersenyum mendengar kata-kata yang Shesa ucapkan. Dia merasakan apa yang Shesa rasakan, perasaan bahagia serta syukur luar biasa di dalam hidupnya. Setelah masa pemulihan, Shesa serta bayinya di pindahkan ke kamar rawat inap mereka. Di sana sudah menunggu keluarga Atmaja, serta Wulan dan yang lebih mengejutkan ada Soraya juga Windu. "Selamat Shesa," ujar Soraya menautkan kedua pipinya. "Lucu banget ... ini belum boleh di gendong ya?" Soraya begitu gemas melihat
Read more
92. Happy Anniversary
"Ya ampun, lucu banget," ujar Anggi gemas. "Mas, aku mau yang kayak gitu," katanya lagi melalu video call yang dilakukan Pandu pagi itu saat Pandu menjenguk Shesa. "Makanya buruan pulang," ujar Shesa. "Aunty kelamaan di negara orang, nggak pulang-pulang, gimana mau jadi," kekeh Shesa. "Aku pulang bulan depan, Kak. Sudah selesai aku di sini, kasian suami aku," kekeh Anggi. "Wisuda dong, bulan depan?" tanya Alvin yang menyuapkan bubur untuk Shesa. "Iya dong, kalian ngga usah dateng ya." Anggi tertawa. "Lagian siapa yang mau dateng, pede banget," kekeh Shesa. "Mas Pandu sama mama yang bakal dampingin aku," ujar Anggi. "Selamat ya, Dek. Akhirnya selesai juga, bentar lagi jadi ibu dosen dan istri pengusaha sukses," ujar Shesa melirik Pandu. "Makasih Kakak aku yang cantik." Ekspresi wajah bahagia terpancar dari raut wajah Anggi. "Sayang, udah ya ...." Pandu memainkan jarinya di pipi gembul Naima. "Ih, kok udah
Read more
93. Nggak Macem-macem
Anggi menghempaskan tubuhnya di tempat tidur, setelah membersihkan dirinya dan hanya mengenakan kaos kebesaran milik suaminya, Anggi menarik selimut menutup tubuhnya hingga batas leher. Acara ulangtahun pernikahan sang kakak cukup membuatnya lelah. Jika saja dia tidak mengingatkan Shesa dua minggu lalu adalah hari bersejarah sang kakak, mungkin Anggi tidak akan repot-repot membantu Shesa menyiapkan segala sesuatunya.  "Capek?" Pandu merebahkan tubuhnya di sisi Anggi, menelusup masuk ke dalam selimut lalu menarik tubuh Anggi untuk mendekat padanya dan memberikan lengannya sebagai bantalan untuk sang istri. "Iya, tapi aku seneng. Apalagi kalo udah liat Naima, ya ampun Sayang ... Naima itu lucu banget," ujar Anggi membelai dada suaminya. Pandu mengusak kepala Anggi, lelaki itu tahu betul sebenernya Anggi ingin sekali mempunyai anak, namun karena Anggi masih ingin fokus mengejar karirnya, Pandu pun bisa memaklumi. "Kamu mau yang kayak Naima? Berarti
Read more
94. 45 Hari
Umur Naima hampir genap dua bulan, pipi bayi itu terlihat gembul, bibirnya yang mungil tidak berhenti mengeluarkan suara-suara yang menggemaskan. Shesa begitu menikmati kehidupannya menjadi seorang ibu. Meski masih di bantu oleh Wulan dan Paula, mertuanya, namun Shesa belajar dengan sangat cepat. "Anak Mami udah wangi, sebentar Mami ambilin baju dulu ya," ujar Shesa melangkah ke arah lemari baju yang tidak jauh dari tempat tidurnya. Sementara Shesa mencari baju untuk bayi mungil itu, Naima memainkan handuk yang menutupi setengah tubuhnya. "Ya ampun, anak Papi main apa ini? Mainin handuk, tutup-tutup muka nya ... iya, Nak." Alvin masuk ke dalam kamar melihat kelakuan lucu Naima. "Mau main ciluk ba? Iya? kamu lucu banget, Nak." "Sayang, udah pulang?"  "Iya, oma-oma pada kemana?" "Pada nge Mall, biarin aja refreshing," ujar Shesa memakaikan baju pada Naima. "Udah harum, udah cantik ... sekarang Nay—" "Nay bobok," celetuk Alvi
Read more
95. Salah Memilih Mangsa
"Dua kali lagi ya," ujar fotografer yang mengarahkan gaya pada Shesa dan Alvin. Setelan melakukan pemotretan pada Naima, sekarang adalah giliran Alvin dan Shesa yang berpoto. Beberapa setel pakaian mereka kenakan urnuk hasil pemotretan yang lebih maksimal. Begitupun gaun- gaun lucu yang di kenakan oleh Naima semua hasil rancangan Shesa. "Oke, sekarang foto bertiga ya ... Papi nya jangan kaku lagi, ya. Nanti gantengnya ilang," ujar lelaki lemah gemulai itu. Kilatan lampu kamera berganti menyilaukan mata. Naima masih tertidur, bayi kecil itu lebih memilih tidur di bandingkan mendengarkan banyak suara di ruangan itu. "Mau kemana sekarang?" tanya Alvin ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Shesa buru-buru menyusui Naima, karena memang sudah waktunya Naima menyusu. "Makan aja, Sayang ... aku lapar." Shesa sedikit meringis kala Naima menyesap puting susunya cukup kuat. "Naima, anak Papi cantik. Pelan-pelan dong, kasihan Mami Say
Read more
96. Selamat, kamu jadi Bapak
"Anak pinter, nungguin Mami lama, ya?" Shesa meletakkan tasnya di atas nakas. Saat masuk ke kamar tadi, dia melihat Alvin fokus dengan laptop di pangkuan sedangkan Naima bermain selimut sendiri seperti biasa. "Lama banget," kata Alvin. "Macet, kamu udah makan?"  "Belum, ntar aku makan, Naima sama siapa?" "Ih, lebay deh ... kan bisa bibik jaga sebentar." Shesa berjalan ke arah kamar mandi mencuci tangan, kaki serta puting ASI nya. "Naima lapar?" tanya Shesa pada bayi mungil itu. "Sejam yang lalu baru aku kasih susu dan habis," kata Alvin. "Pinter suami aku," ujar Shesa lalu merebahkan dirinya di samping Naima lalu memberikan ASI nya pada Naima. "Pelan-pelan, Sayang," katanya pada bayi kecil itu. "Lapar banget," kata Alvin ikut merebahkan diri dan memperhatikan Naima menyesap ASI Shesa. "Sayang," ucap Alvin. "Iya." "Mau jujur sama aku?" tanya Alvin. "Jujur apa?" Shesa membalas
Read more
97. Happy Valentine, Sha
"Selamat, Mas ... bakal jadi Bapak, lo," ujar Alvin memberikan selamat pada Pandu yang meneleponnya siang ini. "Makasih, Vin. Tapi, gue mau nanya sama lo. Waktu Shesa hamil gitu, lo sakit nggak?" "Nggak, emang kenapa? Jangan bilang lo yang ngidam." Alvin tertawa. "Badan gue nggak enak terus, Vin. Tapi mulut gue nggak berhenti makan." Alvin kembali tertawa. "Bisa jadi lo yang ngidam, Mas. Nikmatin aja Mas, daripada di suruh beli makanan sampe ke Zimbabwe, lo pilih yang mana?" "Ya nggak sampe Zimbabwe juga kayaknya, Vin." "Gue mau pulang, Mas. Udah dulu ya, kangen bini nih." "Dih, " kekeh Pandu lalu menutup sambungan telepon mereka. "Ren, kamu bisa ke ruangan saya," ujar Alvin pada assistennya itu melalui sambungan telepon. Tak berapa lama, Reno memasuki ruangan itu. Lelaki lemah gemulai itu membawa satu buku agenda yang siap menjadi tempat dia mencatat segala pesan dari Alvin. "Ren, kamu bisa rekomendasik
Read more
98. Kabar Gembira
Pandu baru saja memasuki rumahnya, dan setiap ruangan kosong sore itu. Biasanya ibu mertuanya sudah sibuk menghidangkan cemilan sore untuk anak dan menantunya di meja makan. Mengingat semenjak kehamilan Anggi, wanita itu selalu meminta makanan yang kadang tidak bisa Pandu temui dimana-mana."Sayang," panggil Pandu membuka pintu kamarnya.Bunyi gemericik air di kamar mandi , mengakhiri pencarian dimana istrinya berada. Pandu melepas kemeja kerjanya, duduk di tepi tempat tidur menunggu sang istri keluar dari kamar mandi."Mas ...." Anggi keluar dengan rambut yang berbalut handuk, serta hanya mengenakan pakaian dalam. "Udah pulang, tumben." Anggi melangkah mendekat dengan perut yang masih terlihat rata."Aku pusing," rengek Pandu meraih tubuh Anggi dan memeluk perut istrinya. "Pusing banget?""Iya," jawab Pandu namun tangannya meremas bokong Anggi."Pusing tapi tangannya kemana-mana," kekeh Anggi. "Sayang nanti jam delapan kita per
Read more
99. Berkunjung Serta Kejutan
Hari ini hari terakhir mereka berada di Bandung, Alvin serta keluarganya menyempatkan diri mampir ke rumah serta kantor milik Pandu. Showroom mobil yang besar dan cukup terkenal di kota itu, bisa dikatakan Pandu sukses membangun kerajaan bisnisnya. "Nggak ada niatan pindah ke Jakarta, Mas Pandu?" tanya Shesa melirik Anggi yang sedang menggendong Naima. "Kalo niatan belum lah, Anggi juga masih mengajarkan, tapi kalo untuk buka satu showroom di sana mungkin, tapi aku belum ada kepikiran untuk tempatnya, kamu ada ide Vin?"  "Gampang kalo di Jakarta, Mas. Kamu kan sudah jadi salah satu pengusaha muda se Indonesia, tinggal deketin aja pejabat, artis dan para Sultan-Sultan itu, customer pasti akan datang tanpa melihat mau buka showroom dimana." "Endorse?" tanya Pandu. "Iya, kasih diskon atau kasih satu mobil yang sedang di gandrungi sekarang ini." "Satu mobil?" Mata Pandu membulat lalu melemparkan penanya ke arah Alvin. "Lo kata itu mob
Read more
100. Ayah Tetaplah Ayah
Alvin dan Shesa masih terdiam di dalam mobil. Kepergian Ririn tadi membuat mereka lama terdiam, seolah satu sama lain enggan untuk membahasnya. "Kamu mau kita bahas ini?" tanya Alvin takut menyinggung perasaan Shesa. "Nggak usah, semua udah jelas. Kesalahpahaman yang harusnya sudah sejak dulu kami selesaikan." Shesa menarik sabuk pengamannya. "Naima sudah nungguin, kita pulang." Shesa tetap memandang lurus ke depan. "Tapi benar kamu nggak marah?" Alvin belum juga menyalakan mesin mobilnya. "Jujur aku kecewa, tapi sudahlah masa lalu tidak usah lagi di bahas, sama halnya jika kamu di hadapkan dengan masa lalu aku yang luar biasa itu." Shesa kali ini tersenyum. "Kita memang harus terus mencoba saling memahami, Sayang. Karena masa lalu kita yang luar biasa ini." "Makasih, Sha. Kehadiran kamu di hidup aku membuat aku hingga seperti sekarang ini, harus banyak sabar, ya kan?" Alvin tersenyum lalu menuntun kepala Shesa bersandar di bahunya. "A
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status