Semua Bab Angga & Ana : Bab 1 - Bab 10
37 Bab
1.
            Ana tengah membersihkan kedua tangannya, dengan tisu toilet. Ketika pintu toiletnya terbuka.             “Eh Om, kira-kira dong..” Ana berdecak. Sedangkan orang dihadapannya malah berlalu membuka pintu lain. Ana mengikuti langkah lelaki tersebut. “Eh, Om gue belum selesai ya sama lo. Untung urusan gue dalam toilet udah selesai,” Ana mendengus. “Jangan-jangan Om mau mesum ya ditoilet,” seru Ana. Dengan tangan bersedekap, tepat dibelakang lelaki itu.             “Siapa yang lo panggil Om,” kata Angga. Menoleh kearah datangnya suara. “Jangan nuduh sembarangan lo anak kecil. Gue cuma mau nyari cewek gue. Dasar bocah, jangan mikir yang macem-macem,” Kata Angga. Sedangkan Ana terlihat tidak peduli.             “Ana, lo udah belum?” Tanya
Baca selengkapnya
2.
            “Hangout yuk Na,” ajak Vita, diiringi lirikan dari yang lain.             “Nggak dulu nih gaess,” tolak halus Ana.             “Tumben lo Na, nggak ikut?,” heran Tasya. Mengetahui sahabatnya itu menolak ajakan mereka.             “Iya nih, Mama udah bilang suruh pulang cepat soalnya,” ujar Ana. Yang diangguki oleh teman-temannya.             “Take care Na, kita cabut duluan,” pamit Lira. Sambil menepuk pundak Ana pelan.             Ana mulai melajukan mobilnya, ikut meramaikan kemacetan ibu kota. Ana segera masuk, melihat 2 mobil yang tidak ia kenal. Sudah berderet dipelataran rumahnya.   &
Baca selengkapnya
3.
            Ana tengah menyeret kopernya turun, setelah selesai dibereskan oleh bibi. Dia memandang kakaknya, memohon pertolongan yang dibalas pelukan hangat.             “Lo masih punya gue. Kalau dia buat lo nggak nyaman princes,” lirih Anjar, sang kakak. Disisi telinga adiknya, Ana. Semakin mengeratkan pelukan antara keduanya.             Setelah upacara pernikahan sederhana pagi tadi. Kini Ana sudah harus ikut Angga pulang ke apartemennya. Doni dan Fiona memeluk putrinya bergantian. Ana sudah menjadi istri Angga, sudah tentu dia harus mengikuti Angga. Setelah pamitan, Angga lalu membawa koper Ana ke mobilnya.             “Kapan lo lulus,” tanya Angga. Setelah cukup lama suasana hening diantara mereka.      
Baca selengkapnya
4.
            Esok hari Ana sudah bangun lebih pagi dari biasanya. Berbeda dengan kebiasaannya ketika masih dirumah lama. Dia melakukan kegiatan sebagai seorang istri yang baik, walau belum sertaus persen ikhlas. Ana memasak untuk sarapan, sedikit membersihkan apertemen.            Selesai dengan semua itu dia beranjak mandi. Menyiapkan keperluan kuliahnya. Dia masih ada beberapa mata kuliah yang belum selesai. Sedangkan Ana juga sedang dalam proses pengerjaan skripsi.            Keluar kamar setelah siap, dilihat meja makan masih sepi. Dia mendekat kearah kamar Angga. Mendekatkan telinganya, terdengar alarm berbunyi. Mengetuk pintu berulang kali, namun tak ada sahutan. Dia perlahan membuka pintu dan tampak tempat tidur berantakan.            &l
Baca selengkapnya
5.
17.30 sore             Ana masuk apartemen, menemukan suasana sunyi. Yah dia sekarang harus terbiasa dengan keadaan ini. Meletakkan sepatu dirak, melangkah masuk. Membasuh tangan diwastafel, lalu beranjak ke meja makan. Menuang air putih untuk dirinya sendiri. Segar batinnya lega, kemudian berlalu ke kamar. Dia sudah tidak sabar, untuk membasuh tubuhnya dengan sedikit berendam air hangat. Hah menyenangkan pikirnya.             Meletakkan tas punggungnya, lalu masuk kekamar mandi. 30 menit dia habiskan untuk membersihkan dirinya. Memakai pakaian santai sedikit terbuka. Lalu dia keluar beranjak menyiapkan makan malam. Terdengar suara dari arah depan. Namun dia tanpa rasa ingin tahu, tetap melanjutkan aktivitasnya memotong sayur.             “Lo udah pul
Baca selengkapnya
6.
            Menutup pintu agak keras. Ana kemudian melangkah menuju meja belajarnya. Meredakan rasa kesalnya didadanya. Mengabaikan notifikasi di ponselnya. Ana mulai melihat pekerjaan rumahnya. Huufff, banyak batinnya. Mencari laporan sementara praktikum minggu kemarin. Lalu menyiapkan lembar laporannya. Ana menulis cepat dan teliti mendeskripsikan semua yang harus dia paparkan dalam lporannya. Karena harus menulis secara manual, membuat waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya lebih lama.            Walau terkesan rumit dan kompleks, tapi Ana suka dengan jurusan biogi. Makanya dia memutuskan masuk jurusan tersebut. Bersama dengan para sahabat yang sudah Ana kenal sejak SMA.            Mencari bab yang membahas soal pratikum tumbuhan, lalu kembali menulis. Ketika dia mencari buku taksonomi t
Baca selengkapnya
7.
            Mobil Alpart tersebut menepi, tepat didepan gerbang kampus. Ana masih tetap menekuk wajahnya, membuat Angga terkekeh pelan. Tangan Ana sudah akan membuka pintu, namun ditahan oleh Angga.             “Pamit dulu dong sama suaminya,” kata Angga. Yang membuat Ana semakin bad mood.             Menghela napas, Ana kemudian meraih tangan kanan Angga ogah-ogahan. Mencium cepat punggung tangan Angga, lalu melepasnya. Namun tangan lembut tersebut tetap digenggam oleh Angga.             “Jangan pulang malam-malam. Jangan pecicilan saat nggak ada gue,” mata Ana memicing tak suka.             “Suka-suka mata gue, mau pecicilan atau nggak. Itu bukan urusan lo Om. Da
Baca selengkapnya
8.
            ”Na lo dijemput,” tanya Vita ketika mereka berjalan bersama keluar.             “Nggak Vit, naik taksi aja mungkin,” jawabnya. Dari arah lain Rama mendekati mereka. Menepuk pundak Ana, ketika mereka sudah bersisian.             “Eh Ram,” ucap Ana pulih dari rasa kejutnya.             “Pulang sama Rama aja Na, daripada naik taksi,” kata Tasya mengusulkan.             “Kamu nggak bawa mobil sayang?” Tanya Rama.             “Eh udah ya gaess, Ram jaga sahabat kita ya,” ucap Lira. Berpamitan sebelum masuk kedalam mobil.             “Dah An,” ucap Han
Baca selengkapnya
9.
            Ana beranjak keluar kamar. Untuk mengambilkan baju ganti Angga. Beruntung kamar Anjar tidak dikunci, jadi bisa dengan mudah masuk. Segera keluar, setelah mengambil apa yang Ana butuhkan. Kembali ke kamar, meletakkan baju tersebut diatas ranjang.            “Pas nggak ya, di pakek Kak Angga,” gumam Ana.            Menatap baju tersebut sambil bersedekap. Mengendikan bahu, lalu kembali membereskan bukunya. Menata buku-bukunya kedalam kardus dan kotak.            Angga keluar kamar mandi, dengan handuk melilit sebatas pinggangnya. Memperlihatkan abs, yang tampak menggiurkan untuk disentuh. Jangan lupa tato di atas dada kanan. Menggosok rambutnya yang basah. Ana tampak masih sibuk dengan bukunya.    &
Baca selengkapnya
10.
            Keesokan paginya, Ana bangun lebih pagi seperti biasa. Mengacuhkan Angga yang masih tertidur pulas. Setelah mandi, dia memeriksa tugasnya yang tampak sudah rapi. Dan selesai tanpa terkecuali. Ana melirik Angga sekilas, menghela napas. Ana memasukan tugasnya ke tas ransel. Memastikan semua tugasnya sudah dia bawa.            Duduk di tepi ranjang, melihat wajah damai Angga. Menepuk pipi Angga pelan. Berusaha membangunkan suaminya yang jago molor.            “Bangun kak,” ujar Ana masih menepuk pelan pipi Angga.            Mengerjabkan mata. Melihat wajah manis Ana, “An,” lirih Angga serak.            “Udah siang kak. Aku tunggu dibawah ya,&r
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status