Share

2.

            “Hangout yuk Na,” ajak Vita, diiringi lirikan dari yang lain.

            “Nggak dulu nih gaess,” tolak halus Ana.

            “Tumben lo Na, nggak ikut?,” heran Tasya. Mengetahui sahabatnya itu menolak ajakan mereka.

            “Iya nih, Mama udah bilang suruh pulang cepat soalnya,” ujar Ana. Yang diangguki oleh teman-temannya.

            “Take care Na, kita cabut duluan,” pamit Lira. Sambil menepuk pundak Ana pelan.

            Ana mulai melajukan mobilnya, ikut meramaikan kemacetan ibu kota. Ana segera masuk, melihat 2 mobil yang tidak ia kenal. Sudah berderet dipelataran rumahnya.

            “Ana pulang....” serunya seperti biasa.

            “Tuh anaknya baru sampai,” lalu terlihat Fiona keluar. Lalu menyambar lengan Ana.

            “Eh Ma kok Ana ditarik-tarik sih,” kata Ana risih.

            Kemudian terlihat bingung setelah sampai diruang tamau. Dia terus terdiam mengamati wajah-wajah orang diruangan ini. Ana terkejut melihat orang yang sudah membuatnya kesal tadi malam.

            “Lo..,” serunya menunjuk wajah Angga. Yang ditunjuk tidak kalah terkejut namun malah menyeringai.

            “Ana udah kenal sama Angga?” Tanya Indira selaku Mama Angga. Melihat reaksi gadis lucu dihadapannya ini.

            “Ih, nggak sudi kenal sama om-om mesum kayak dia,” katanya jutek.

            “Ana..,” ucap Fiona lirih memperingati.

            Indira tersenyum kemudian memegang lengan putranya. “Ini anak Tante, namanya Angga. Gih kenalan dulu!” Perintah Indira. Yang mau tidak mau dituruti oleh Angga. Dia mengulurkan tangan. Yang disambut ogah-ogahan oleh Ana yang juga dipaksa Fiona, Mamanya.

            “Angga,”

            “Ana,”

            Ana bahkan tidak mau menatap kearah Angga, yang terus menyunggingkan seringai kearahnya.

            “Besok kalian akan menikah. Makanya kami sepakat untuk mempertemukan kalian terlebih dulu,” ucapan Indira tersebut sontak membuat Angga dan Ana terkejut.

            Angga menajamkan matanya. Kemudian menatap Ana yang juga menatapnya tak kalah sengit. 

            “Mama apa-apaan sih,” ucap Angga tak senang.

            Indira hanya tersenyum kearah putranya lalu menyentuh lembut tangan Ana.

            “Ana maukan menikah sama anak Tante?” kata indira lembut.

            Ana membisu, menatap Tante Indira yang masih menyunggingkan senyum lembut kepadanya.

            “Angga anaknya baik kok sayang,” katanya lagi yang membuat Ana tampak semakin bingung. Ingin membantah namun melihat senyum keibuan Indira. Ana tak sanggup menghancurkannya.

            “Angga nggak perlu kawatir. Setelah ini Ana udah lulus kok,” terkejut mendengar perkataan Fiona. Ana kemudian menatap Fiona gemas.

            “Ih Mama, apa-apaan sih,” dengan perlahan Ana melepaskan tangkupan tangan lembut ditangannya.

            “Anak-anak pasti setuju kok jeng, iya kan Ana,” ucap wanita disebelahnya yang semakin membuat hati kedua orang tersebut memanas.

            Pertemuan tersebut akhirnya selesai dengan kesepakatan kedua Ibu. Jangan tanya bagaimana reaksi kedua anak yang terlibat perjodohan tersebut. Mereka hanya membisu dan acuh tiap kali tak sengaja bertemu pandang.

POV Ana

            “Ma yang bener dong aku mau dinikahin besok,” kataku terus mengikuti kemana Mamanya berberes.

            “Beneran sayang, yang bilang bohongan siapa si,” balas Mama tanpa menatap kearahku.

            Kemudian aku beranjak mendudukan diri dikursi meja makan, menahan kesal. Masih menghunus pandangan kearah mama yang tengah memasak makan malam.

            “Aku masih mahasiswa Ma,” rengekku memelas.

            “Bentar lagi kan lulus,” jawabnya ringan.

            Aku tundukkan kepalaku, membawanya menelungkup diatas lipatan tanganku diatas meja makan. Bahkan aku masih 20 tahun. Baru aja malah, gerutuku dalam hati. Kemudian terdengar suara Papa mulai memasuki ruangan. Aku tetap pada posisiku sembari meratapi nasib malangku.

POV end

            “Anjar hari ini pulang Ma,” ucap Doni papa Ana, setelah mencium kening istrinya lalu beralih meletakkan tas kerjanya dimeja makan.

            “Syukurlah akhirnya dia ingat buat pulang juga,” kata Fiona bersukur.

            “Gimana tadi?” tanya Doni. Seraya melirik kearah Ana, yang masih menelungkupkan kepalanya.

            “Lancar pa,” jawab Fiona.

POV Angga

            “Ma, Angga nggak mau ya nikah sama tuh bocah,” kataku setelah sampai diruang tamu kediaman keluargaku.

            “Siapa yang kamu panggil bocah?” Tanya Indira. “Dia bentar lagi lulus kok,” seraya meletakan segelas kopi dimeja . “Lihat kan anaknya lucu gitu Mama suka banget,” Katanya lagi dengan mata berbinar.

            Aku berdecak kemudian mulai menyeruput kopiku perlahan. Merilekskan pikiranku, kopi buatan Mama memang cocok dengan seleraku.

            “Kamu nggak usah balik ke apartemen malam ini. Tidur disini aja, biar besok kita bisa berangkat bersama ke rumah Ana” kata Mama.

            Hampir saja aku tersedak mendengar penuturan Mama. Ini bukan candaan ternyata, aku memijat keningku frustasi. Kemudian Mama beranjak meninggalkanku kedalam. Bagaimana aku bisa menghindar, menolak saja aku tak diberi kesempatan. Aku akan tetap mempertahankan hubunganku dengan Yuri. Pernikahan ini tak akan mempengaruhi apapun. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status