Share

Angga & Ana
Angga & Ana
Penulis: Demina07

1.

            Ana tengah membersihkan kedua tangannya, dengan tisu toilet. Ketika pintu toiletnya terbuka.

            “Eh Om, kira-kira dong..” Ana berdecak. Sedangkan orang dihadapannya malah berlalu membuka pintu lain. Ana mengikuti langkah lelaki tersebut. “Eh, Om gue belum selesai ya sama lo. Untung urusan gue dalam toilet udah selesai,” Ana mendengus. “Jangan-jangan Om mau mesum ya ditoilet,” seru Ana. Dengan tangan bersedekap, tepat dibelakang lelaki itu.

            “Siapa yang lo panggil Om,” kata Angga. Menoleh kearah datangnya suara. “Jangan nuduh sembarangan lo anak kecil. Gue cuma mau nyari cewek gue. Dasar bocah, jangan mikir yang macem-macem,” Kata Angga. Sedangkan Ana terlihat tidak peduli.

            “Ana, lo udah belum?” Tanya Vita mengalihkan perhatianku.

            “Udah kok,” jawab Ana lalu menengok Angga. “Awas lo Om,” katanya dengan wajah jutek.

            Angga menghela napas. Kalau bukan karena dia kawatir dengan Yuri, tidak mungkin dia nekat masuk ke toilet wanita begini. Merogoh saku, ingin kembali menghubungi Yuri. Terdapat pesan darinya yang langsung saja dibuka oleh Angga.

            “Sory, aku pulang duluan. Besok aku jelasin!

            Kondisi moodnya kian buruk setelah menerima pesan tersebut.

            “Kenapa nggak dari tadi sih bilangnya. Gue sampai dikira mesum sama bocah tadi,” gerutunya sembari melangkah keluar mall menuju parkiran.

.

            “Ana pulang...,” seru Ana melangkah masuk kedalam rumah.

            Terlihat Fiona dan Doni tengah menonton TV diruang tengah.

            “Ana sini?” Panggil Fiona. Ana segera mendekat, lalu duduk disofa berhadapan dengan orang tuanya.

            “Baru pulang?” Tanya Doni. Yang sudah mengalihkan perhatian dari TV.

            “Iya Pa,” jawab Ana sambil nyengir. Doni balas tersenyum melihat tingkah menggemaskan anaknya. Batal sudah niatnya untuk ngomel soal jam malam.

            “Besok pulang sekolah, langsung pulang jangan mampir dulu,” kata Fiona.

            “Kenapa Ma?” tanya Ana bingung. “Besok Ana ada ekstra,” sambungnya.

            “Ya absen dulu,” Ana bingung, namun tak urung mengangguk. Mengiyakan perintah Fiona.

            “Oke deh Ma,” kata Ana. Membuat Fiona tersenyum lembut.

            “Segera tidur ya, sudah malam,” ucap Fiona, seraya mengusap kepala Ana.

            Setelah mencium pipi kedua orang tuanya. Anapun beranjak kekamarnya.  

.

            Angga baru keluar dari mobilnya, ketika dering telpon terdengar. Melihat penelpon, lalu kembali berjalan kearah lift. Dengan sengaja Angga tetap membiarkan panggilan tersebut hingga berhenti dengan sendirinya. Dering ponselnya kembali terdengar ketika dia masih berada dalam lif menuju unit apartemennya. Dering ponsel segera disenyapkan oleh Angga agar tak mengganggu pendengarannya.

            Angga berdecak setelah masuk kedalam apartemennya. Menemukan si penelpon masih belum lelah mencoba menghunginya. Setelah meminum segelas air yang langsung dia tandaskan. Angga kemudian dengan berat hati mengangkat panggilan tersebut.

            “Ya Ma,” jawab Angga lelah.

            “Dari mana aja si Ga, dari tadi Mama telpon nggak diangkat-angkat,” balas Indira mengomel.

            “Iya tadi, Angga masih dijalan Ma,” raut wajahnya benar-benar muram. Berusaha menjaga nada bicaranya agar tetap tenang.

            Terdengar helaan napas, “Besok datang ke alamat yang udah Mama kirimin ya,” ucap Indra. “Dijam yang udah mama tentuin.”

            “Oke,” jawab Angga tidak ingin memperpanjang pembicaraan.

            “Jangan lupa ya” peringat Indira. “Ya udah kalau gitu, segera istirahat. Selamat malam anak ganteng.” Tanpa repot-repot membalas, Angga langsung memutuskan sambungan telpon.

            Angga menatap langit-langit ruang tamu apartemennya. Kemudian memejam menikmati kesunyuian ini. Napasnya terdengar teratur, lalu mata kembali terbuka.

POV Angga

            Pekerjaan menumpuk ditambah pengalihan proyek Papa untuk aku tangani. Semakin hari, bukan semakin sedikit malah bertambah banyak saja pekerjaanku. Niatnya hari ini ingin menghabiskan waktu berdua dengan Yuri. Tapi kandas begitu saja tanpa alasan yang jelas. Lebih baik berkutat dikantor, daripada harus membuang-buang waktu untuk hal tidak penting seperti itu. Hufff, menghela napas, entah sudah berapa kali aku menghela napas hari ini. Masih ada hari lain, untuk aku bisa menghabiskan waktu bersama Yuri pikirku. Kemudian aku beranjak kekamar, mengistirahat tubuh yang lelah.   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status