Lahat ng Kabanata ng Sepatu: Kabanata 11 - Kabanata 20
23 Kabanata
Bab 11
Mereka pun keluar menuju taman yang berada tepat di depan istana itu sambil mencari gelang Tania yang hilang. Kini, telah sepuluh menit lamanya mereka mencari gelang itu secara bersama.“Azyla, Aliya, Jeysa, apa kalian sudah menemukan gelangku yang hilang?” tanya Tania.“Aku belum menemukannya. Bagaimana jika sebaiknya, kita mencari gelangmu itu dengan berpencar, agar bisa segera ditemukan?” saran Azyla.“Baiklah, jika itu yang lebih baik,” balas Tania.Tania pun menerima saran dari salah seorang sahabatnya itu. Maka kini, mereka pun mulai mencari gelang milik Tania dengan turut berpencar.Beberapa saat setelah berpencar, akhirnya Tania pun menemukan gelangnya yang hilang tepat pada tatapannya. Namun meskipun demikian, lagi dan lagi ia merasakan hal yang pernah ia rasakan. Ya, apalagi kalau bukan perasaan yang penuh dengan tanda tanya, layak pada saat sebelum-sebelumnya.Sebab merasa takut, alhasil sebuah gelang yang tadinya telah ia genggam pun terlepas begitu saja dari genggamannya.
Magbasa pa
Bab 12
"Tania kamu kenapa?” tanya Aliya, di kala netranya telah melihat kepanikan yang tengah Tania tampakkan dengan spontan.“Iya Tan, kamu kenapa? Apa tadi, kamu lihat sosok misteri itu lagi?” tanya Azyla padanya.“Iya Zy dan aku telah menemukan gelangku di sana,” ungkap Tania.“Jadi sebelumnya, kamu telah menemukan gelangmu?” tanya Jeysa.“iya Jey,” jawab Tania.“Lalu kemana gelang itu? Apa kamu telah mengambilnya?” tanya Aliya.“Itu yang menjadi alasanku kenapa aku berlari seperti ini. Tadi, pada saat aku ingin mengambil gelangku, aku merasa bayangan itu ... jauh lebih dekat arahnya denganku,” jelas Tania.“Tan, memangnya kamu menemukan gelang itu di mana?” tanya Jeysa.“Aku menemukannya tepat di depan istana, berdekatan dengan pintu masuk,”,jawab Tania.“Oh ... jadi di situ?”“Iya.”“Mmm,baiklah. Mari kita ke sana sekarang!” seru Jeysa, seraya meraih tangan ketiga sahabatnya itu secara bergantian.
Magbasa pa
Bab 13
Kini, Tania dan para sahabatnya pun mulai menuju tempat itu. Namun gelang yang dicari- cari oleh mereka telah hilang tanpa jejak. Mereka seakan terkesan hanya membuang-buang waktu karena hanya untuk mencari gelang yang tak kunjung jumpa, lalu pada akhirnya apa? Hanya berujung kehampaan. Ya, itulah kiranya yang sempat terbesit dalam ruang pikir mereka.Lantas sebab hal itu, mereka pun dengan segera kembali memasuki istana itu dan kembali mendokumentasikan perjalanan mereka, sebagaimana tugas yang telah diberikan utuk mereka.***Kini, ruangan demi ruangan telah mereka jelajahi, tapi meskipun demikian perasaan Tania tetap saja belum berubah dan pada saat itu, mereka tengah menyinggahi sebuah objek berupa cermin yang diduga bersejarah, peninggalan kerajaan.“Azyla, Aliya, Tania ... apa kalian sudah memotret dan turut mengamati objek yang tepat di depanku ini?” tanya Jeysa.“Kayaknya, aku belum memotretnya,” jawab Aliya yang kemudian kembali melihat beberapa objek yang telah berhasil ia po
Magbasa pa
Bab 14
"Bagaimana dengan kamu?” Tanya Jeysa pada Tania.“Aku juga belum memotretnya,” jawab Tania.Berselang beberapa saat setelahnya, ponsel Azyla pun berdering pertanda panggilan masuk. Setelah ia melihatnya, ternyata itu adalah panggilan telepon dari Ayahnya. Tentu saja tujuan sang Ayah untuk menelepon putrinya yang cantik itu, guna mengetahui keadaannya. Lantas demikian, Azyla pun memilih pergi sejenak, untuk menghindari suara-suara yang mungkin akan mengganggu obrolannya bersama sang Ayah nantinya.Sementara di sisi lainnya, Aliya dan Jeysa tengah menyibukkan diri mereka dengan menulis dokumentasi penting yang sedang mereka rangkum. Lalu sebab hal ini, tinggal-lah seorang Tania yang berdiri tepat di depan cermin tersebut. Sebab keadaan inilah, yakni sebab Azyla yang tengah mengurusi urusan pribadinya sejenak, serta Aliya dan Jeysa yang tengah melaksanakan tugas yang lainnya, maka dengan keadaan inilah yang seakan menuntut Tania untuk memotret kaca cermin itu sendirian.Lantas kemudian, T
Magbasa pa
Bab 15
Beberapa saat kemudian, lebih tepatnya setelah mereka selesai dengan urusan mereka masing-masing. Kini, Azyla dan yang lainnya pun merasakan ada yang lebih jauh berbeda dari Tania.Lantas demikian, ketiga sahabatnya pun mencoba untuk menyadarkan Tania dari ilusi dan juga lamunannya pada kala itu. Namun dengan hitungan detik, Tania pun lekas bertanya kepada mereka,“Azyla, Aliya, Jeysa ... tadi pada saat kalian meninggalkanku ... aku melihat seseorang yang hampir sama dengan sosok yang mengikutiku tadi,“tapi aku hanya melihatnya dari pantulan cermin ini. Perasaanku berkata, jika ada seseorang yang memang tengah mengikutiku ... dan ini terasa benar-benar nyata. Namun, aku masih merasa ambigu akan hal ini. Aku ragu, apa dia yang kulihat tadi ... adalah seseorang yang telah mengikutiku dari atau tidak, entah dialah sosok bayangan itu atau tidak. Sungguh aku masih merasa aneh dan ambigu akan hal ini,” ungkap Tania.“Apa kamu masih ingat ... ke mana langkah perginya seseorang yang kamu binca
Magbasa pa
Bab 16
Aku masih mengingatnya, walaupun tak terlalu jelas dalam pikiranku,” jawab Tania.“Lalu ia pergi ke arah mana?” tanya Jeysa.“Jika aku tak salah, tadinya ia seakan hendak menuju ke depan. Dia seakan berjalan mengarah ke depan, di mana kita meletakkan tas pada pintu masuk,” jawab Tania.“Kalau begitu, bagaimana jika kita menelusuri langkahnya saja? Meskipun arah itu belum pasti benar, tapi tak ada salahnya ‘kan guna memastikannya,” saran Aliya.“Iya, itu benar,” sahut Jeysa.Keraguan dan keresahan hati Tania dan para sahabatnya pun, menuntut mereka untuk memecahkan misteri yang seakan telah mengganggu ketenangan mereka. Lantas demikian, mereka pun lekas bergegas menuju arah yang sempat mereka bincangkan tadinya.“Tania,” panggil Azyla dengan turut mematung seraya menatap ke suatu arah di kala lengkah mereka sempat terhenti.“Ya?” jawab Tania.
Magbasa pa
Bab 17
Apa orang yang kamu ragukan itu adalah dia? Diakah sosok bayangan yang kamu maksud?” tanya Azyla dengan masih melihat ke arah yang sama dan turut menunjuk ke arah tersebut.Lantas setelahnya Tania pun turut memicingkan matanya secara berkala, guna memastikan hal ini.Mungkinkah dia?Batin Tania yang masih merasa ragu.Azyla bisa menduga demikian, sebab anak laki-laki bertopi itu sempat menunjuk ke arahnya dan juga yang lainnya. Sepertinya, ia yang tengah mengobrol dengan teman-temannya itu dan turut menunjuk ke arah tersebut, seakan memiliki maksud tertentu. Ini memang belum tentu benar, tapi tak menutup kemungkinan, jika alasan dari seorang siswa itu menunjuk ke arah mereka tanpa ia sadari, mungkin saja salah satu temannnya tengah menanyakan dari arah mana barusan ia berjalan, bukan?Ya, ini memang baru sebatas asumsi belaka, tapi tampaknya begitulah tanggapan Azyla mengenai hal ini. sebenarnya bukan hanya Azyla, demikian pula dengan Aliya, Jeysa dan bahkan juga Tania. Mereka seakan m
Magbasa pa
Bab 18
Jujur, Tania memang turut merasakan hal yang sama dan bahkan di sisi lainnya ia seakan cukup yakin akan hal ini, tapi balik lagi ke sisi lainnya, sungguh Tania merasa ambigu. Menurutnya, bagaimana mungkin rasanya jika seorang siswa yang kini seakan terkesan asing baginya itu, malah memperhatikannya sedari tadi?Ya, itulah hal yang seakan sulit untuk Tania tepis dalam mengatasi keambiguan ini. Apa memang Syahdan?Setelah sebelumnya ia sempat membatinkan kalimatnya, maka kini ia pun kembali melakukan hal yang sama. Kini, pandangannya pun masih tertuju ke arah yang sama. Sementara yang lainnya pun turut melihat ke arah Tania kala itu."Tan," panggil Azyla guna menyadarkannya."I ... iya?" Sungguh Tania seakan merasa gugup setelahnya. Baginya, jika saja sosok bayangan tadi memanglah Syahdan, maka ini seakan pertanda jika cinta lamanya telah terbalaskan.Lantas benarkah demikian? Benarkah sosok bayangan yang mengikutinya itu ialah Syahdan?Entahlah, bahkan Tania pun sama sekali belum beran
Magbasa pa
Bab 19
"Hmmm?" Setelah ia mendengar kalimat tanya itu dari Azyla, lantas netranya pun turut mengarah ke arah sahabatnya itu.Tentu saja, Azyla merasa aneh sebab hal ini. Bagaimana tidak? Tania bukannya menjawabnya, tapi malah berdeham dan turut menautkan pandangannya belaka. Lantas sebab hal ini, Azyla pun turut kembali berucap, "Hmmm? Jadi benar?"Tania tampak menggeleng kala itu."Bukan?" tanya Azyla kembali dengan tampak merasa penasaran."Maksudnya, aku tak mengetahuinya. Ada rasa jika ini benar, tapi di sisi lainnya ini juga terasa mustahil," tutur Tania yang seakan tak ingin berharap lebih dengan nada suara yang semakin melirih. Tak hanya mengenai kalimatnya yang terkesan lirih di akhir, tapi ia pun turut menampilkan raut wajah sendu spontannya, di kala ia mengatakan sisa-sisa kalimat di akhir ucapannya kala itu.Tentu saja Tania telah jadi pusat perhatian bagi para sahabatnya. Tak hanya Azyla, tapi Aliya dan Jeysa pun seakan turut merasa, jika salah seorang sahabat mereka itu seakan te
Magbasa pa
Bab 20
Mereka memang cukup merasa penasaran, tapi tampaknya mereka lebih memilih bungkam dan memilih untuk tak bertanya lebih mengenai dugaan mereka itu terhadapnya.Semenjak mereka berada di sana, sungguh tak ada yang menyangka jika pada akhirnya Syahdan akan sadar dan turut melihat ke arahnya. Maka sebab hal ini, sebab Tania merasa jika ada yang tengah melihatnya, maka dengan spontan pun matanya turut membalas pandangan itu.Tania meneguk salivanya di kala Syahdan turut melihat ke arahnya. Sungguh, ia tak tahu harus melakukan hal apa kala itu. Lantas sebab hal ini, Tania pun turut berakting melihat ke arah arloji yang tengah ia kenakan dan turut menuturkan, "Astagfirullah, telah berapa lama kita di sini? Bagaimana dengan tugas kita?" Itulah yang ia ucapkan dengan tampak seakan tergesa-gesa kala itu.
Magbasa pa
PREV
123
DMCA.com Protection Status