Semua Bab LOVE is YOU, Ra!: Bab 171 - Bab 180
230 Bab
Bab 103-1 Hal Tersulit
“Awh! Sakit, Panda!”“Ups, sori.” Rangga terus berusaha membuat ekor kuda yang rapi setelah empat kali gagal. “Aku menyerah!” Rangga melempar sisir ke atas ranjang dan mengangkat tangannya.“Aku tidak ingin ke sekolah hari ini!” sungut Yuki kesal. Kepalanya berdenyut hampir di semua sisi setelah Rangga menyisir, mengikat dan menarik karetnya berulang kali. “Aku pusing, kepalaku berdenyut!” imbuhnya.“Oke. Memang sebaiknya kau tidak perlu berangkat sekolah hari ini.”Yuki memutar badannya dengan cepat. “Bunda melarangku bolos sekolah kecuali sakit atau ada hal mendesak. Dia akan marah kalau tahu aku bolos!”“Kalau kau berkeras ingin pergi sekolah dengan ekor kuda, maka aku tidak bisa menolongmu.” Rangga melirik arlojinya.“Sial! Aku hampir terlambat untuk rapat direksi  pagi ini. Putuskan dalam setengah jam apa yang akan kau lakukan dan
Baca selengkapnya
Bab 103-2
Klik.Rangga menarik gagang pintu dan bergegas masuk ke kamar Yuki. Kosong.“Yuki?”Tidak ada jawaban.“Ke mana bocah itu?”Segera diambilnya ponsel dari saku kemeja. Rangga berniat mencari keberadaan Yuki pada orang terdekatnya. Matanya menangkap pesan dari Hanna yang memberitahu Rangga bahwa Yuki pergi ke sekolah bersama Hanna.“Syukurlah,” desah Rangga lega. “Ren, apa kau sudah turun ke lobi? Aku akan turun sekarang.”Dengan langkah lebar dan ringan, Rangga kembali ke dalam lift, turun ke lobi.“Satu tugas tersulit sudah terlewati hari ini,” gumam Rangga sambil menekan tombol lift.***Di dalam mobil van hitam, Yuki duduk tenang sambil menunggu ekor kudanya siap, mulutnya sibuk mengunyah roti lapis buatan Yuni.“Oke, selesai.” Hanna menyerahkan cermin kecil yang sengaja dipinjamnya dari Alina pagi ini. “Bagaimana?”
Baca selengkapnya
Bab 104-1 Yatim Piatu
Yuki terkesiap mendengar pertanyaan Hanna. “Oma bilang apa? Pulang sekolah kita ketemu bunda. Beneran, Oma?!” pekik Yuki girang bercampur ragu.“Tapi, Yuki janji dulu sama Oma. Hanya kita berdua yang tahu. Hmm?”Alih-alih menjawab, Yuki mengulurkan jari kelingkingnya ke depan Hanna. “Janji kelingking,” sahutnya sambil tersenyum senang.***Usai jam sekolah, Yuki duduk di bangku taman bermain menunggu Hanna menjemputnya. Saat Yuki duduk termenung sambil menggerakkan ujung sepatunya menggambar di atas tanah, tiga gadis kecil menghampirinya dengan mimik kesal.“Hei, Gadis Pindahan!”Yuki mengabaikan panggilan dengan nada tidak bersahabat yang dilontarkan bocah yang berdiri di tengah. Sejak Yuki pindah ke sekolah ini, gadis itu memang tidak pernah ramah padanya.“Hei, apa kau tuli?! Dia bicara padamu!” ketus gadis lainnya.“Maaf, aku tidak merasa kalian ajak bicara,&
Baca selengkapnya
Bab 104-2
Yuki terpaksa pulang bersama Rangga karena pria angkuh itu memaksanya ikut, menggagalkan rencananya bersama Hanna untuk bertemu Maura.“Kau kenapa? Ada yang sakit?” tanya Rangga sambil menoleh ke belakang memastikan badan mobilnya terparkir dengan sempurna.Yuki hanya menjawab dengan mengendikkan bahunya.“Dan satu lagi. Jangan pernah pergi dari rumah tanpa meninggalkan pesan untukku. Apa kau tahu betapa khawatirnya aku?” tanya Rangga, kali ini menatap ke arah Yuki.Lagi-lagi Yuki hanya merespon dengan gerakan bahu yang malas. Rangga menduga, Yuki masih sedih dengan sebutan yatim piatu yang ditujukan padanya, jadi Rangga memilih diam. Hanna sempat bercerita sedikit tentang peristiwa tadi dan membuat Rangga merasa tidak nyaman.Yuki masih murung sampai malam tiba. Semua hal yang Rangga katakan dan lakukan untuk menghiburnya hanya dibalas dengan sebuah senyuman yang dipaksakan. Rangga masih terjaga dan melakukan beberapa hal s
Baca selengkapnya
Bab 105-1 Berharap Kau Mengerti
“YUKI!” teriak Rangga yang terkejut karena gadis itu sengaja mendorong tubuhnya ke belakang saat melewatinya.Langkah lebar Rangga baru berhasil menyusul Yuki saat gadis itu berhenti di pinggir tempat bermain.“Hei, ada apa denganmu?! Apa kali ini aku juga melakukan kesalahan?” heran Rangga melihat sikap Yuki padanya.Yuki berbalik menatap Rangga dengan mata basah dan wajah merah menahan marah. “Sudah aku katakan, jangan lakukan. Kenapa kau masih saja terus berbuat sesukamu?!” Buliran air mata jatuh bersamaan dengan amarah Yuki.“Aku hanya ingin memberitahu mereka bahwa kau bukan yatim piatu. Itu saja. Kau punya aku, punya Reno, punya Alina dan lainnya.”“Memiliki kalian tidak merubah kenyataan bahwa aku yatim piatu, Panda. Kau yang membuatku begini. Tuhan ambil mamaku dan kau ambil papaku. Apa kau belum juga mengerti kenapa aku marah?!”Tangis Yuki pecah tanpa bisa dibendung lagi,
Baca selengkapnya
Bab 105-2
“Apa Paman Reno tahu tentang teman dekat papaku?” tanya Yuki polos.Kali ini, Rangga benar-benar terhenyak. “Bagaimana denganmu? Dari mana kamu tahu tentang hal itu?” Rangga tak tahan untuk tidak bertanya.Pandangan mata bulat terang itu meredup, ada kabut yang menutupi kepolosannya. “Aku tidak sengaja mendengar mereka bertengkar dan menyebut sesuatu tentang wanita lain.” Yuki tertunduk malu karena membongkar aib keluarganya.“Sial!” umpat Rangga seraya bangkit dari kursinya dan berjongkok di samping kursi Yuki. “Kau terlalu kecil untuk mengetahui semua itu.” Rangga meraih Yuki dalam pelukannya.Sret.Yuki mendorong dada Rangga pelan. “Panda, tolong jangan perlakukan aku seperti anak kecil. Aku sudah tujuh tahun dan segera memiliki seorang adik.”“Ups!” Yuki segera melipat mulutnya yang terlalu mudah membocorkan sebuah rahasia besar.“Apa maksudm
Baca selengkapnya
Bab 106-1 Selamat Berjuang!
“Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?” tanya Rangga seraya memajukan badannya melampaui setengah lebar meja. “Aku bisa melihat bayangan gelap di matamu, Nona!”Yuki menarik hidung dan mulutnya ke atas, mencibir Rangga yang mengatakan kebohongan untuk menakutinya.“Bayangan hitam apa? Panda yang membuatku harus menginap di ranjang Rumah Sakit, ingat tidak? Jadi, bayangan hitam ini salah Panda!” sungut Yuki kesal.“Aku bukan anak kecil yang suka berbohong. Ingat itu!” imbuhnya masih dengan bersungut.“Oke, aku percaya padamu. Tapi tolong katakan padaku, di mana bundamu berada, hmm? Kau tahu, semua pasukan tanpa bayangan milik Reno tidak bisa melacak keberadaannya,” ungkap Rangga jujur.Yuki mulai tertarik. “Benarkah? Panda mencari Bunda selama ini? Tidak mengabaikannya? Sungguh?” cecar Yuki cepat.“Sungguh. Aku selalu mencarinya, setiap hari tanpa absen. Tapi ponse
Baca selengkapnya
Bab 106-2
Mereka sampai di kantor jasa keamanan yang dikelola Reno. Yuki turun dari mobil dengan mata terpaku pada kantor dua lantai yang terlihat sepi tanpa penghuni.“Apa kau akan terus berdiri di situ?” tanya Rangga saat sadar Yuki masih tertinggal di belakang.“Apa kantor ini ada penghuninya, Panda?”“Tentu. Kenapa?” heran Rangga.“Kenapa terlihat menyeramkan begini? Seperti kastil kosong penuh hantu,” celetuk Yuki seraya meraih tangan Rangga dengan cepat.“Tsk, ternyata kau punya takut juga. Aku kira kau bocah pemberani yang tak pernah kenal rasa takut. Ayo, kita masuk.”Di pintu masuk berdiri seorang pria memakai setelan rapi lengkap dengan sepatu yang mengkilap. Pria itu mengangguk saat Rangga masuk melewati pintu kaca yang bergeser terbuka begitu ada orang mendekat. Selanjutnya, ada sebuah meja putih tinggi, seorang pria berdiri di baliknya dengan penampilan kurang lebih sama seperti
Baca selengkapnya
Bab 107-1 Bertemu Bunda
Raut wajah pria dingin itu tidak terbaca. Rangga berdiri tegak tanpa mengatakan apapun, menatap Yuki dengan pandangan mata sayu.“Aku tidak akan memintamu untuk melepaskan papaku lagi,” ulang Yuki setelah melihat Rangga tidak bereaksi. “Aku hanya minta kau untuk segera menemukan bunda. Apa ini juga tidak mungkin?”Rangga mengusap wajahnya, mendesah dan mendongak menatap langit gedung. Pikirannya kacau, hatinya berkecamuk, campur aduk tidak karuan. Merasa dikalahkan telak oleh bocah kecil bernama Yuki Harrison yang sedang menatapnya dengan sebuah senyuman hangat tersungging di bibirnya.“Papaku memang pantas menerima hukuman karena sudah menyakiti mama dan meninggalkanku begitu lama tanpa berusaha mencariku. Jadi, tugasmu sekarang hanya menemukan bunda untukku. Apa kau sanggup, Panda?”Alih-alih menjawab, Rangga hanya bisa berlutut dengan satu kaki dan merentangkan kedua lengannya lebar. “Kemarilah.”E
Baca selengkapnya
Bab 107-2
“Panda, stop!” pekik Yuki seraya berlari menempel pada kaki Rangga.Srak.Secepat Rangga meraihnya, secepat itu pula Rangga melepas Evan. “Jawab saja pertanyaan Yuki. Tidak perlu melimpahkan kesalahan pada kami. Kau yang menjauhkan Maura dari keluarganya.”“Itu karena kau yang membuatnya takut tinggal denganmu. Jangan hanya menyalahkan orang lain, koreksi dirimu dulu!” balas Evan tak mau kalah.“STOP!” teriak Yuki sebal.“Yuki, ayo kita pulang. Tidak ada gunanya meladeni orang terbuang.” Rangga berbalik dan melangkah cepat keluar dari ruang praktek Evan.“Panda! Panda, tunggu!” Yuki menarik lengan Rangga agar pria itu berhenti berjalan. “Kita belum tahu bunda tinggal di mana. Apa kita menyerah begitu saja?”“Hap!” Rangga mengangkat Yuki dalam gendongannya. “Tenang saja. Biar Harry Potter yang bertindak selanjutnya,” ujar Rangga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
23
DMCA.com Protection Status