Semua Bab LOVE is YOU, Ra!: Bab 191 - Bab 200
230 Bab
Bab 113-1 Lubang Paku
Evan berdiri dengan canggung di depan pintu vila. Jelas terlihat dari mimiknya, pria itu sedang menahan malu.“Kak ....”“Boleh aku masuk, Ra?”Maura menepi. “Masuk, Kak.”Evan duduk di sofa dengan punggung tegak layaknya seorang pria sedang menghadap keluarga kekasihnya. Maura memilih sofa kosong yang paling jauh dari Evan. Ia tidak bisa memungkiri bahwa melihat Evan masih menyisakan perasaan tak nyaman yang Elena tinggalkan.“Kamu gimana kabarnya?” tanya Evan canggung.“Aku baik, Kak.” Maura menyahut seperlunya.Evan memberanikan diri menatap Maura. “Aku datang untuk minta maaf atas sikap mamaku kemarin. Maaf juga karena aku gak bisa melindungi kamu.”Maura menggeleng. “Aku sudah maafkan kalian, tapi bekasnya masih ada. Jadi, aku juga minta maaf karena tidak bisa bersikap biasa hari ini. Aku harap kamu mengerti, Kak.”“Kamu masih
Baca selengkapnya
Bab 113-2
Kediaman Danutirta, JakartaRangga dan Maura duduk berdampingan di sofa ruang baca bersama Hanna dan Galih. Mereka sedang membahas tentang tindakan Rangga yang dinilai keterlaluan terkait Burhan dan Anggita.“Reno pasti sudah laporkan semuanya padamu, jadi kita tidak perlu membahasnya dari awal. Yang mau papa dengar adalah alasan kenapa kamu tega mengambil alih perusahaan Tante Sandra.”Rangga melonggarkan tenggorokannya sebelum menjawab, “Rangga awalnya tidak menduga kalau Burhan ….”“Paman Burhan,” tegur Hanna dengan sorot mata tajam.“Oke, Paman Burhan, akan berani menjual saham pabrik pengolahan kayu milik istrinya untuk membeli saham GD Grup. Lebih tidak menduga lagi kalau dia berani meminjam saham atas nama Dwiki dan Trias untuk ikut dalam permainan. Untungnya Paman Haryo bertindak cepat dan membeli saham pabrik kayu menggunakan nama sopirnya.”“Tapi itu tidak membenarkan sik
Baca selengkapnya
Bab 114-1 Menebus Kesalahan
Mall GalaksiMaura berdiri di atas panggung setinggi lutut sambil memegang mic di tangan kanannya dan tangan kirinya memeluk bahu Yuki.“Halo semuanya! Bagaimana kabar kalian?”“BAIK ...!!” teriak anak-anak kompak.“Ada yang belum pernah ketemu Yuki Harrison?” Maura melempar pandangan ke seluruh teman kecil Yuki yang sedang sibuk menggelengkan kepala. “Kenal semua, ya?”“YA ...!” jawab mereka, kembali kompak.“Oke. Hari ini, Yuki mengundang kalian semua datang ke sini untuk bermain dan bergembira bersama. Apa kalian bersedia?!” tanya Maura penuh semangat.“BERSEDIA ...!!”“Tapi jangan ada Paman itu,” celetuk salah satu gadis berkepang dua seraya menunjuk Rangga dan Reno.Maura tersenyum mengerti. “Tidak masalah. Mereka di sini hanya untuk memastikan bahwa kita semua aman. Jadi, tidak perlu memikirkan mereka. Ang
Baca selengkapnya
Bab 114-2
Lukas adalah bocah terakhir yang dijemput orang tuanya. Acara bermain bersama yang Maura gagas, berdampak positif bagi hubungan pertemanan Yuki dan perbaikan image Rangga di mata teman-teman Yuki.“Bunda, thankyou so much.” Yuki bergelayut manja di leher Maura setelah Lukas menghilang di balik pintu lift.“Sama-sama. Kamu bahagia?” Maura meletakkan dua tangannya di pinggang Yuki.“Ya, sangat bahagia.”“Oke, itu yang terpenting. Bunda sudah janji di depan nisan mamamu bahwa akan selalu membahagiakanmu.”Cup. Cup.Yuki mendaratkan sebuah ciuman di masing-masing pipi. “Terima kasih sudah melakukan banyak hal buatku, Bunda.”“Kamu salah, Nak. Aku yang harus berterima kasih padamu karena sudah mengajarkan banyak hal dengan perilaku polosmu.” Maura membalas ciuman Yuki.“Apa kalian tidak merasa melupakan seseorang?” Rangga berdiri de
Baca selengkapnya
Bab 115-1 Berhenti Berdetak
Rangga memutar bokongnya hingga membentuk gambar maya setengah lingkaran. Matanya membola saat melihat Maura berdiri sambil merangkul bahu Yuki yang wajahnya hampir tertutup buket bunga.“Panda! Kenapa duduk di situ?! Malu. Sudah tua masih saja merajuk.” Yuki mengintip dari pinggiran buket yang dibawanya.Rangga bangkit perlahan, menyesuaikan kekuatan lututnya yang belum sepenuhnya pulih.“Ini, Yuki beli buket besar untuk Panda. Sudah, jangan merajuk lagi.” Yuki meluruskan lengannya dan menjauhkan buket dari tubuhnya.Rangga berjalan cepat kemudian berlari menghampiri Yuki. Dua lengan kokohnya meraih Yuki dan buket bunga dalam pelukan.“Kau membuat jantungku berhenti berdetak,” gumam Rangga di antara rambut yang berserakan di wajahnya. “Jangan pernah pergi tanpa pamit. Kau mengerti?!” Kali ini kalimatnya penuh nada peringatan yang tegas.“Kak, turunkan Yuki. Kau menyakitinya,” tegur
Baca selengkapnya
Bab 115-2
Maura sedang bersandar di sofa kamar inap, mengistirahatkan kaki dan punggungnya yang terasa pegal. Yuki sudah pulang bersama Reno dan mereka berjanji akan kembali besok siang setelah Yuki pulang sekolah. Setelah tadi memastikan Rangga sudah terlelap dan napasnya mulai lega, Maura memutuskan untuk memejamkan matanya sejenak.Drtt. Drtt. Drtt.Getar ponsel di atas meja pasien mengejutkan Maura. Tangannya terulur meraih ponselnya dan melihat daftar panggilan.“Mama Aya, 15 panggilan tidak terjawab. Rupanya aku tertidur cukup lelap. Ada apa, ya? Sepertinya terjadi sesuatu,” gumam Maura sambil mengutak-atik ponselnya.“Siapa?”Maura berpaling menatap Rangga yang sedang melepas kanul oksigennya. “Sudah bangun? Kenapa dilepas?”“Aku tidak sesak dan selang ini membuat hidungku gatal. Merangsangku untuk bersin. Hatchiiu ...!”“Kakak mau makan apa? Buah mau gak?”“Siapa y
Baca selengkapnya
Bab 116-1 Habis Tak Bersisa
“Keluarga pasien Armand!” teriak salah seorang suster yang baru keluar dari pintu ICU. “Keluarga pasien Armand!” ulang suster itu sambil melihat berkeliling.“Kami keluarganya,” Rangga yang pertama kali menjawab karena Soraya dan Maura hanya diam terpaku.“Dokter ingin bicara, Pak.” Suster itu merentangkan tangan kanannya meminta Rangga masuk.Rangga segera masuk, meninggalkan Soraya dan Maura yang saling mengaitkan tangan dan bergerak perlahan mengikutinya.“Anda keluarga Pak Armand?” tanya dokter berkacamata dengan aksen luar pulau yang sangat kental.“Ya, saya menantunya.”“Pak Armand sudah beberapa kali mengalami serangan jantung sejak dia dirawat di sini. Dengan sangat menyesal kami harus beritahukan bahwa nyawanya tidak tertolong. Kami sudah berusaha menyelamatkannya, tapi Tuhan berkata lain.”“Bukankah kalimat ini terlalu klise, Dok?&rdquo
Baca selengkapnya
Bab 116-2
Griya Tawang“Sayang, aku sudah buatkan susu dan bubur manado kesukaanmu. Bangunlah, ini hari kelima kau tidak merespon setiap perkataanku. Ayolah ....” Rangga berdiri di samping ranjang dengan nampan kayu di tangannya.“Aku tidak lapar, Kak.”“Kau boleh saja tidak merasa lapar, pikirkan anak kita, Ra!”Maura menggerakkan kepalanya sedikit, menghindari tatapan Rangga. “Aku sungguh tidak lapar, Kak.”Rangga meletakkan nampan di atas nakas dan merogoh sakunya. “Oke, aku akan telfon ambulans untuk membawamu ke rumah sakit!” ancam Rangga sungguh-sungguh.“Aku tidak perlu ke rumah sakit, Kak.”“Baiklah, terserah kau saja.” Rangga berbalik pergi dengan menahan marah.“Bagaimana?” Hanna terlihat khawatir.Rangga menggelengkan kepala lemah. “Dia tetap tidak mau makan. Ma, tolong bujuk Maura agar dia mau makan. Kasihan bayi dalam
Baca selengkapnya
Bab 117-1 Tante Peri
Rangga mengulurkan tangannya meminta Yuki menyerahkan gawai miliknya. “Yuki, kasih lihat Panda!” tegurnya tegas.Yuki diam beberapa saat dalam posisi melindungi miliknya. Namun kemudian, perlahan ia angkat tubuhnya dan mengangsurkan gawai warna putih pada Rangga tanpa melihat.Rangga menerimanya dan membaliknya cepat, memeriksa siapa yang melakukan panggilan video mencurigakan tadi. Sayangnya, layar telah berubah gelap. Rangga membuka kunci layar dan mencari dalam riwayat panggilan.‘Tante Peri,’ bacanya dalam hati. ‘Siapa dia sebenarnya? Kenapa tidak ada kontak baru tersimpan?’“Aplikasi apa yang dia pakai untuk menghubungimu?”Yuki menggeleng dengan wajah tersembunyi di balik bantal.“Oke, Panda akan cari tahu sendiri. Jangan salahkan Panda kalau sampai berbuat kasar ke Tante Perimu karena kamu menutupinya begitu rapat.”Rangga keluar kamar dengan membawa serta gawai Yuki.
Baca selengkapnya
Bab 117-2
Yuki tertunduk.“Yuki, kita sudah sepakat bahwa tidak ada rahasia antara kita berdua. Kita sepakat menjadi teman baik, bukan?” Maura menelengkan kepala agar dapat melihat mimik Yuki.Perlahan, Yuki mengangguk. “Tapi, Tante Peri bilang, ini harus dirahasiakan. Katanya, Bunda dan Panda tidak akan suka kalau tahu.”‘Siapa lagi ini? Beraninya memberi pengaruh buruk pada Yuki!’ geram Maura dalam hati. “Apa itu yang Vivian ajarkan padamu selama ini?”Yuki cepat-cepat menggeleng. “Tidak. Mama selalu bilang kalau antara ibu dan anak harus saling terbuka. Tapi, Yuki sekarang sudah tidak punya mama.”Maura memejamkan mata sejenak, berusaha menguasai diri. Siapapun tante peri yang Yuki maksud, jelas dia membawa pengaruh buruk pada gadis kecil ini. Maura membenarkan tindakan Rangga dalam hati.“Yuki, sejak Vivian meninggal, siapa yang kau anggap sebagai pengganti mamamu?”Kep
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status