All Chapters of LOVE is YOU, Ra!: Chapter 181 - Chapter 190
230 Chapters
Bab 108-1 Terciduk
Maura membeku begitu pintu rumah terbuka.“Benar dugaanku. Kamu di sini.” Elena masuk tanpa menunggu Maura mempersilakannya.Wanita itu terlihat marah dari bahasa tubuhnya dan derap langkahnya yang cepat. “Sudah berapa lama kamu tinggal di sini, Ra?” tanya Elena sambil melempar tasnya ke sofa.“Ibu ...,” sapa Suci sembarei melangkah mendekat.“Ibu, Ibu. Apa kamu masih menganggapku pemilik rumah? Beraninya bersekongkol dengan Evan menyembunyikan istri orang!” hardik Elena marah seraya menepis tangan Suci yang terulur padanya.“Istri orang? Waduh, kalau itu Cici tidak tahu, Bu. Cici dan Abah hanya dipesan untuk menemani Mbak Maura karena sedang proses pemulihan dari sakit.” Suci tertunduk merasa bersalah.“Memangnya sakit apa dia? Setelah ini kalian yang akan dikirim ke penjara oleh suaminya karena dituduh menyembunyikan istri orang! Heran, saya yang gaji kalian, kenapa patuhnya
Read more
Bab 108-2
Perasaan Evan mendadak campur aduk saat memasuki halaman vila dan melihatElena sedang memegang selang air, menyiram anggrek bulan favoritnya.“Mama. Kok di sini?” tanya Evan dengan nada kesal yang tidak seharusnya dia gunakan menegur ibunya.“Kenapa memangnya, gak boleh? Ini masih vila anak mama, ‘kan?” balas Elena sambil terus melanjutkan menyiram tanaman.Alih-alih mendebat ibunya, Evan memilih mengabaikannya dan masuk ke dalam. Hal pertama yang dilakukannya adalah membuka pintu kamar tamu tempat Maura tidur.“SUCI!” teriaknya marah saat melihat kamar itu kosong.“Ya, Mas!” Suci setengah berlari menghampiri Evan. “Kenapa teriak-teriak? Kayak kebakaran jenggot saja.”“Maura ke mana? Kenapa kamarnya ksoong?” tanya Evan dengan mata mendelik marah.“Dia sudah pergi!” sahut Elena dari ambang pintu depan.Evan makin emosi mendengar jawaban Ele
Read more
Bab 109-1 Memberi (Diberi) Pelajaran
Galih sedang menghadap ke kaca besar yang menyuguhkan taman belakang rumah dengan kedua tangan masuk ke dalam saku, ketika Reno masuk.“Kunci pintunya!” titah Galih tanpa berbalik.Reno berjalan mendekat tanpa suara dan berdiri diam dua langkah di belakang Galih. Hatinya kebat-kebit tak karuan sejak Hanna memintanya untuk segera pulang karena ayah mertuanya mencarinya.“Ren, apa yang kalian lakukan tanpa sepengetahuanku?” tanya Galih, masih menghadap kaca.“Maaf, Pa. Saya kurang paham maksud pertanyaan Papa.”Galih memutar badannya dan maju satu langkah, membuat Reno tanpa sadar bergeser mundur. Dari awal pertama bertemu dan bekerja di bawah Galih, Reno sudah menyadari ada aura berbahaya di balik senyuman hangat yang kadang tersungging. Dan hal itu terulang hari ini.Galih mengulas senyum hangat namun mematikan miliknya. “Aku akan membantumu untuk mengerti. Ada apa antara kalian dan Burhan? Sekilas a
Read more
Bab 109-2
Senyum penuh keyakinan masih tersungging di bibir Rangga saat jarinya melepas earphone dari telinganya.“Opa bilang apa? Kenapa Panda senyum-senyum setelah bicara dengan Opa?” Yuki tertarik dengan reaksi Rangga selama menerima panggilan singkat dari Galih.“Opa bilang, kita harus berhasil membawa bunda pulang bersama kita atau melarang kita pulang selamanya.” Rangga mengerlingkan sebelah matanya dengan gaya jenaka. “Aku butuh bantuanmu, Nak!”“Kita? Mana mungkin Opa bersikap begitu padaku? Ancaman itu hanya berlaku untukmu. Opa pasti akan meminta Paman Reno menjemputku kalau sampai malam ini kita belum berhasil bertemu bunda.” Yuki mencebikkan bibirnya ke arah Rangga.“Apa kau akan meninggalkanku sendirian di sini?” tanya Rangga seraya memasang wajah memelas yang dibuat-buat.“Panda terlalu tua untuk merajuk. Temukan bunda, maka aku akan memaafkanmu untuk semua yang sudah Pa
Read more
Bab 110-1 Menemukan Kalian
“Yuki! Yuki!” teriak Rangga panik.Alih-alih mengurangi kecepatan larinya, Yuki malah berlari makin kencang menuju sebuah bukit di dekat taman bunga. Rangga segera mengejar bocah kecil itu agar tidak kehilangan jejaknya.Sinar jingga di sebelah barat mulai pudar, menandakan hari semakin gelap. Lampu-lampu penerangan mulai menyala terang menggantikan fungsi matahari dan membantu tugas bulan.“YUKI! Berhenti kataku!”Srakk! Bug.Sepertinya pengurus taman sedang menggali beberapa lubang untuk menanam tanaman baru, tapi karena hari terlalu cepat gelap, dia tidak sempat menyelesaikan pekerjaannya dan membiarkan satu lubang terbuka.Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Bukan Rangga yang menentukan segala sesuatu dalam hidup. Kaki kanannya memilih masuk ke lubang dan membuat pria jangkung bertubuh tegap itu tersungkur ke tanah.“SIAL!” umpat Rangga marah. “Aku akan buat perhitungan deng
Read more
Bab 110-2
Maura terus menguatkan hati dan langkahnya menuju lobi. Semua pikiran tentang hal buruk yang mungkin terjadi pada Yuki dan Rangga ditepisnya. Tak kurang dari delapan langkah lagi, Maura akan sampai di depan pintu lobi, tempat Rangga dan Yuki berada. Namun, kakinya semakin lemas.“Tunggu, Mas. Kaki saya lemas,” keluh Maura pada Praya yang sejak tadi setia menuntun langkahnya dari tepi danau menuju lobi.“Nyonya, sebaiknya Anda duduk dulu di sini. Saya akan masuk dan melihat kondisi suami dan anak Anda.” Praya menuntun Maura duduk di salah satu kursi rotan berbentuk setengah lingkaran yang terletak paling dekat dari mereka.“Terima kasih, Mas.”Teriring doa dan harapan bahwa semua baik-baik saja, Maura melihat pemuda itu setengah berlari masuk ke dalam lobi. Tidak lama, bahkan mungkin jauh lebih cepat dari perkiraan Maura, Praya sudah kembali menghampirinya.“Nyonya, maaf. Mereka sudah diantar ke Rumah Sakit.
Read more
Bab 111-1 Berdamai Dengan Keadaan(mu)
Rangga dan Yuki sedang diperiksa oleh dokter ketika tirai biliknya disingkap dengan tak sabar dari luar.“Akhirnya aku menemukan kalian.” Maura berdiri memegang erat korden dengan wajah pucat karena khawatir.“BUNDA!”“MAURA!”Yuki dan Rangga berteriak bersamaan manakala melihat siapa yang berdiri di depan mereka, orang yang beberapa hari ini sibuk mereka cari. Maura berjalan cepat menghampiri ranjang Yuki dan memeluknya erat.“Aku pikir, aku akan kehilanganmu,” gumam Maura dengan suara dalam, tangannya tak henti menggosok punggung Yuki.“Bunda, aku takut. Airnya dingin dan dalam. Kakiku tidak mau bergerak,” keluh Yuki sambil terisak.“Maafkan aku.” Pelukan Maura makin erat.“Bu, permisi sebentar. Biarkan dokter menyelesaikan pemeriksaan terlebih dulu.” Seorang suster mengelus punggung Maura.Dengan cepat Maura mengusap pipinya dan melepa
Read more
Bab 111-2
Nyatanya, baru dua jam kemudian Rangga dan Maura bisa saling bicara sambil duduk berdampingan di sofa vila yang Maura sewa setelah mereka bertiga diperbolehkan pulang oleh dokter dan memastikan Yuki sudah tidur nyenyak.“Kapan kau berencana memberitahuku tentang kehamilanmu?” Rangga membuka suara.“Aku tidak berencana memberitahumu, Kak.” Maura menjawab dengan lugas dan tenang.Rangga tak bisa menahan diri untuk tidak menoleh wanita paling keras kepala yang pernah dia kenal. “Kau berencana mennyembunyikannya dari selamanya?”“Hanya sampai aku yakin bahwa kamu bisa berubah, Kak.”“Dari mana kau tahu aku sudah berubah kalau kau berada jauh dariku?” Rangga meraih tangan kanan Maura. “Maura Andromeda, aku minta maaf atas semua yang aku lakukan yang mengecawakanmu dan membuatmu pergi.”“Lepaskan aku, Kak!” Maura berusaha melepaskan tangannya, tapi gagal.&l
Read more
Bab 112-1 Do Anything For You
Maura menarik Yuki yang masih mengalungkan lengannya di leher Rangga, mendekat padanya.“Terima kasih, Gadis Kecil. Kau sudah ajarkan banyak hal pada kami.”Yuki hanya bisa mengangguk dalam pelukan Maura. Rangga meraih keduanya dalam rekuhan lengan kokoh dan panjang miliknya.“Aku akan melindungi kalian. Do anything for you.” Rangga mengecup Maura dan Yuki bergantian.“Sudah, sudah. Jangan pamerkan kalau kalian bisa saling berpelukan di depan kami!” tegur Galih. “Kapan kalian pulang ke Jakarta? Ada hal penting yang perlu papa bicarakan dengan kalian berdua terkait rentetan masalah ini.”Rangga dan Maura kompak menjauh.“Besok setelah sarapan, kami pulang ke Jakarta,” putus Rangga cepat.Reno sudah melaporkan banyak hal pada Rangga di sela kebingungannya mencari Yuki. Reno bilang betapa marahnya Galih padanya karena menangani Burhan dan Damian tanpa meminta persetujua
Read more
Bab 112-2
Yuki terbangun karena perutnya terasa lapar dan tenggorokannya sakit. Badannya terasa berat dan tidak bertenaga.“Bunda ...!” teriaknya sekeras yang bisa dilakukan. “Bunda ...!” ulangnya hampir menangis.Klek.“Ada apa? Kenapa kau manja sekali begitu ada Bunda, hahh?! Ayo, aku akan menggendong dan mengantarmu pada indukmu.” Rangga menumpukan lututnya di atas ranjang dan meraih Yuki. “Hei, kau demam!”“Sayang ...! Ra ...!” teriak Rangga panik. “Tunggu di sini. Aku akan membawa bunda kemari.” Rangga merebahkan Yuki lagi dengan hati-hati.“Sayang ...!” Rangga membuka pintu kamarnya sedikit kasar, membuat Maura tersentak kaget dan cemberut.“Kak, bisa tidak kamu bangunkan aku dengan lembut? Sisa kelembutanmu semalam sudah hilang bersama terbitnya matahari rupanya,” sungut Maura kesal.“Maaf, tapi ini mendesak. Ayo, Yuki demam!” Rang
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
23
DMCA.com Protection Status