All Chapters of Boy & Milly: Chapter 1 - Chapter 10
36 Chapters
Bab 1 - Pernikahan Kontrak
Milly mengamati segala penjuru ruangan. Itu adalah Apartmen baru milik Boy, pria yang baru saja memperistrinya. Sebenarnya, Milly sudah pernah ke apartmen lama Boy, namun, apartmen yang akan dia tinggali ini rupanya apartmen baru yang telah disiapkan oleh Boy untuknya.Ya, tentu saja. Boy bisa dengan mudah membeli apapun yang diinginkan oleh pria itu. Boy merupakan anak dari pengusaha kaya raya, ditambah lagi, karirnya menjadi seorang fotografer ternama membuat kekayaan pria itu tak diragukan lagi. Milly tahu, jangankan unit apartmen ini, gedung apartmen ini pun Boy bisa membelinya.Milly tahu bahwa Boy memang kaya, tapi dia baru tahu kemarin, ketika dirinya menginjakkan kaki di rumah orang tua Boy dan menyaksikan bahwa Boy ternyata adalah putra salah satu konglongmerat ternama di negeri ini.“Masuklah, dan bawa barang-barangmu ke sana. Kamarmu di sana,” ucap Boy sembari menunjukkan sebuah pintu yang ada di sebelah kanannya. Dengan santai, pria itu b
Read more
Bab 2 - Makan Malam
Milly keluar dari kamarnya saat sore telah tiba. Dia menuju ke arah dapur dan bersiap-siap untuk menyiapkan makan malam. Rupanya, di dapur telah tersedia bahan-bahan masalan. Boy mungkin telah menyediakannya. Milly lantas bergegas untuk memasak.Sebenarnya, Milly tidak terlalu pandai dalam memasak, dia hanya bisa memasak masakan-masakan sederhana. Malam ini, Milly akan membuat ayam goreng kecap, karena dia melihat ada ayam di dalam lemari pendingin.Milly mengamati sekitarnya, tampak sangat sepi. Apakah Boy pergi? Atau pria itu kini sedang berada di dalam kamarnya?Milly tak mengambil pusing tentang hal itu. Dia akan tetap memasak untuk dua orang. Kalaupun Boy pergi, nanti pria itu pasti akan pulang saat makan malam tiba, karenanya, Milly tetap memasak untuk dua orang.Sembari memutar lagu di ponselnya, Milly mulai memasak. Dia akan memasak seenak mungkin, karena ini akan menjadi masakan pertama yang dia buat untuk Boy. Semoga saja Boy menyukainya.
Read more
Bab 3 - Numpang Sarapan
Milly disambut dengan hangat oleh ibunya. Ibunya sempat terkejut mendapati Milly berdiri sendiri di ambang pintu dengan membawa sebuah rantang. Meski putrinya itu sedang menyunggingkan senyumannya, namun sang ibu bisa merasakan bahwa ada yang tak beres dengan putreinya itu.Sebenarnya, Ibu Milly cukup mengerti bagaimana posisi Milly dan apa yang menimpa putrinya itu. Ibu Milly adalah sosok yang snagat dekat dengan Milly. Ketika Milly hamil, sang ibu adalah orang pertama yang tahu. Ibunya pulalah yang meminta Milly untuk memberi tahu Boy, dan Milly benar-benar melakukannya.Ketika Boy memutuskan untuk bertanggung jawab, sebenarnya Ibu Milly sempat memiliki sebuah kekhawatiran, bahwa Milly tidak akan bahagia dengan Boy, karena pernikahan mereka jelas-jelas terjadi hanya karena rasa tanggung jawab. Ditambah lagi, keluarga Milly tentu cukup tahu diri, bahwa mereka akan berbesan dengan keluarga Boy yang merupakan konglongmerat. Namun pada akhirnya, orang tua Milly tak bisa
Read more
Bab 4 - Teman Baik
Milly dan sang ibu saling bertatapan ketika melihat Boy yang kini sudah duduk tenang di meja makan kecil mereka dengan menu sarapan seadanya. Sebenarnya, tak ada yang salah dengan hal itu, namun melihat Boy yang sudah rapi dan keren berada di meja makan sederhana mereka tampak terlihat kontras.Milly menyuguhkan nasi goreng, beberapa potong telur, dan juga acar di meja makan. Hal tersebut tak luput dari perhatian Boy. Kemudian, sang ibu juga sudah menata piring di meja makan, serta tak lupa membawa minuman ke sana.“Ayah mana?” Boy membuka suaranya memecah keheningan.“Uum, shift malam. Biasanya baru pulang jam sembilan,” jawab Milly.Boy hanya mengangguk.“Kalau begitu, Nak Bobby sarapan dulu sama Milly, ibu mau berangkat ke pasar.”“Ibu nggak ikut sarapan?” tanya Boy kemudian.“Ibu bawa bekal, soalnya nanti kesiangan ke pasarnya,” jawab ibu Milly.Ibu Milly
Read more
Bab 5 - Malam Pertama
Boy sedang membuka-buka gambar hasil tangkapan kameranya. Itu adalah foto prewedding sepasang kekasih yang seminggu yang lalu dia ambil. Sepasang kekasih itu tampak serasi, tampak bahagia dan tampak cocok satu sama lain, seakan-akan keduanya memang sangat menginginkan dan menantikanhari pernikahan mereka.Tiba-tba saja Boy mengingat hubungan pernikahannya dengan Milly. Mereka tak melakukan foto prewedding, jangankan prewedding, bahkan foto pernikahan mereka pun tak ada.Kemarin, mereka hanya menikah di pencatatan sipil. Milly ditemani ayahnya, dan Boy pun hanya dengan ayahnya. Tidak ada pesta, dan mungkin tak ada yang tahu jika mereka sudah menikah kecuali keluarga masing-masing.Kadang, Boy berpikir, apa dia terlalu jahat kepada Milly? Bagaimanapun juga, Milly adalah seorang perempuan, dan biasanya seorang perempuan memiliki banyak bayangan indah tentang pernikahan mereka. Namun, Boy tak bisa memberikan hal tersebut pada Milly.Biarlah. Toh ini kesalahan
Read more
Bab 6 - Kiriman Makan siang
“Ohh, jadi kamu tadi yang dibilang Clara mau kerja paruh waktu di sini?” tanya perempuan bernama Kirana itu ketika Milly sudah dipersilahkan masuk dan duduk di sebuah kursi yang berada di ruangan tersebut. “Benar, Bu…” jawab Milly dengan sopan. “Jangan terlalu kaku, ah… memangnya saya terlihat kayakj ibu-ibu?” Kirana bertanya dengan nada bercanda. Milly sedikit tersenyum. Dia tidak menyangka jika Kiranabukanlah sosok yang arogan. Perempuan ini tampak ramah dan baik. Sepertinya, Milly akan suka bekerja dengannya. “Saya harus tahu, berapa usia kandungan kamu,” ucap Kirana kemudian. “Mau jalan lima bulan. Apakah ada masalah?” “Enggak. Tugas kamu di sini nanti cuma beresin baju saja, dan siapin kalau ada pemotretan brand baru. Bagaimana? Kamu bersedia.” “Bersedia. Saya sangat bersedia.” Milly menjawab cepat dan antusias. “Bagus. Kalau begitu kamu boleh pulang. Besok kamu baru mulai bekerja.” “Terima kasih… Uuumm, Mb
Read more
Bab 7 - Sepiring Berdua
Milly kembali ke apartmen Boy setelah dari studio Boy. Dia memilih istirahat saja di rumah sebelum menyiapkan makan malam. Kali ini, tentu Milly akan menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri.Boy sudah pasti tak pulang, jika mengingat bagaimana sikap pria itu terakhir kali mereka bertemu tadi. Boy terlihat marah. Ya, tentu saja. Milly secara tak langsung dapat mengundang gosip yang tidak-tidak tentang Clara… bodoh sekali dia.Milly menuju ke kamarnya, kemudian menenggelampak diri diantara bantal-bantalnya sebelum kemudian dia terlelap tidur.***  Boy membuka bingkisan yang dibawa oleh Milly tadi, lalu dia teringat dengan ucapan Milly bahwa bingkisan makan siang itu adalah pemberian dari Clara. Apa maksud Milly? Bukankah tadi sebelum datang, Boy lah yang meminta dikirim makan siang ini?Kemudian, Boy baru mengingat jika di sana tadi ada Lolita dan asistennya. Apa Milly mengatakan hal itu agar hubungannya tidak diketahui oleh Lo
Read more
Bab 8 - Mulai Terpengaruh
Makan malam sepiring berdua terasa canggung dan menjadi sangat hening. Hanya suara sendok dan garpu yang beradu diantara mereka. Milly mencoba mengendalikan jantungnya agar tak berdebar sekencang ini. Dia tak ingin Boy tahu atau mendengarkan debaran jantungnya yang menggila seperti saat ini.Boy juga demikian. Tadi dia masih santai, seolah-olah tak terjadi apapun dan dal ini tak mempengaruhinya. Namun, sikap diam dan canggung yang ditampilkan Milly benar-benar mengganggunya. Membuat Boy mau tidak mau ikutan diam dan canggung.Hanya suara sendok dan piring yang saling beradu yang ada diantara mereka. Hingga tak terasa, makanan di piring itu habis. Hanya sisa sepotong telur yang menunggu untuk disendok.“Habiskan,” ucap Boy kemudian.“Ehh? Kamu aja,” Milly menolak. Dia merasa tidak enak, karena jujur saja, mungkin tadi sebagian besar makanan di piring itu Milly yang memakannya.Sejak sebelum hamil, Milly memang suka makan, dan
Read more
Bab 9 - Perubahan Boy
Keesokan harinya, Milly sudah bangun pagi-pagi sekali. Dia bahkan sudah bersiap-siap untuk pergi. Meski begitu, dia juga sudah menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri dan juga untuk Boy. Namun jika Boy tak mau memakannya, Milly akan memasukkannya ke dalam kotak bekal dan membawanya ke tempat kerja.Ketika Boy keluar dari dalam kamarnya, Milly mengangkat wajahnya. Sekali lagi, dia terpesona dengan penampilan suaminya yang entah kenapa selalu terlihat tampan dan keren di matanya.Boy itu berdarah blasteran. Sejauh yang Milly tahu, ayah Boy itu adalah salah satu pengusaha asing, sedangkan ibu Boy berasal dari kalangan konglongmerat di negeri ini. Boy memiliki postur dan wajah sedikit kebule-bulean. Matanya bahkan berwarna abu-abu, berbeda dengan warna mata kebanyakan penduduk asli Indonesia. Milly jelas berharap bahwa kelak anaknya akan memiliki warna mata seperti Boy. Pasti jika perempuan akan terlihat cantik, dan jika laki-laki akan terlihat sangat tampan.Pipi
Read more
Bab 10 - Tak Percaya
Milly baru sampai di dalam apartmen Boy, lalu dia sedikit mengerutkan keningnya ketika mendapati Boy yang rupanya sudah pulang, pria itu bahkan sudah duduk di ruang tamu seolah-olah sedang menunggunya.Memang, tadi Boy pulang lebih dulu, namun Milly mengira jika Boy akan mengerjakan pekerjaan lain, atau mungkin memiliki jadwal lain hingga dia akan pulang terlambat seperti biasanya. Tapi rupanya, pria itu langsung pulang.Saat Boy pulang tadi, Boy bahkan sempat meninggalkan tatapan mata tajamnya pada Milly, membuat Milly dengan spontan menundukkan kepalanya. Namun, tatapan mata Boy yang tak biasa itu diketahui oleh Kirana, hingga membuat Kirana melemparkan pertanyaan pada Milly.“Kamu kenal Boy?”“Uum, Iya… kan, saya pernah jadi asisten pribadi Clara, mbak…” hanya itu yang bisa dijawab Milly pada saat itu. Kirana pun percaya dan dia tidak menanyakan hal lagi. Lagi pula, tidak akan mungkin ada yang curiga dengan hubunga
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status