Beranda / Romansa / Boy & Milly / Bab 2 - Makan Malam

Share

Bab 2 - Makan Malam

Penulis: Zenny Arieffka
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-12 00:14:31

Milly keluar dari kamarnya saat sore telah tiba. Dia menuju ke arah dapur dan bersiap-siap untuk menyiapkan makan malam. Rupanya, di dapur telah tersedia bahan-bahan masalan. Boy mungkin telah menyediakannya. Milly lantas bergegas untuk memasak.

Sebenarnya, Milly tidak terlalu pandai dalam memasak, dia hanya bisa memasak masakan-masakan sederhana. Malam ini, Milly akan membuat ayam goreng kecap, karena dia melihat ada ayam di dalam lemari pendingin.

Milly mengamati sekitarnya, tampak sangat sepi. Apakah Boy pergi? Atau pria itu kini sedang berada di dalam kamarnya?

Milly tak mengambil pusing tentang hal itu. Dia akan tetap memasak untuk dua orang. Kalaupun Boy pergi, nanti pria itu pasti akan pulang saat makan malam tiba, karenanya, Milly tetap memasak untuk dua orang.

Sembari memutar lagu di ponselnya, Milly mulai memasak. Dia akan memasak seenak mungkin, karena ini akan menjadi masakan pertama yang dia buat untuk Boy. Semoga saja Boy menyukainya.

Lama Milly menghabiskan waktunya di dapur sembari bersenandung, hingga akhirnya, masakannyapun selesai juga. Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore, Milly menengok ke arah pintu kamar Boy namun pria itu belum juga keluar dari kamarnya.

Milly kemudian memutuskan untuk mandi, mengganti pakaiannya lalu memanggil Boy untuk makan malam bersama.

Setelah Milly selesai mandi dan mengganti pakaiannya, dia lantas menuju ke kamar Boy, mengetuknya berkali-kali, namun tidak ada jawaban dari pria itu.

Apa Boy keluar?

Milly merogoh ponselnya, kemudian mulai mencari nomor Boy dan menghubunginya. Sekali, dua kali, tiga kali, namun Boy tak juga mengangkat panggilan Milly. Milly masih berusaha menghubungi Boy sembari menunggunya di ruang makan.

Akhirnya, panggilannya diangkat oleh Boy. Kalimat pertama yang diucapkan Boy adalah “Aku sibuk.”

“Uuum, aku masakin makan malam…”

“Kamu makan dulu aja, aku ada kerjaan.” Lalu panggilan dimatikan begitu saja.

Milly membatu, mencerna apa yang baru saja terjadi. Di hari pertama dia menjadi seorang istri, dia diperlakukan seperti ini oleh suaminya. Diberi surat kontrak, ditinggalkan sendirian, dan kini dirinya harus menunggu ketidak pastian.

Milly mengusap lembut perutnya, dia merasakan kesedihan yang amat sangat. Bukan tanpa alasan, selama ini, Milly memang telah memendam rasa terhadap Boy. Dia mengenal Boy ketika dirinya menjadi asisten pribadi Clara Adista, sang model papan atas yang saat itu merupakan kekasih Boy.

Boy yang tampak sangat mencintai dan perhatian dengan Clara mau tidak mau mencuri hati Milly. Boy bukanlah orang biasa, pria itu memiliki banyak koneksi, ditambah lagi, pria itu terkenal di kalangan model. Jika mau, Boy bisa saja menjadi seorang Playboy, mengingat banyaknya model yang menaruh hati padanya, namun dengan setia Boy tetap memilih bersama dengan Clara. Hal tersebut turut serta membuat Milly semakin mengagumi sosok Boy.

Kini, Milly masih tidak percaya, bahwa Boy sudah menjadi suaminya. Meski pernikahan mereka hanya karena terpaksa, meski pernikahan mereka hanya karena kontrak, nyatanya, Milly tidak bisa memungkiri dirinya sendiri bahwa dirinya sangat bahagia saat bisa menjadi istri seorang Bobby William.

Milly akhirnya memutuskan untuk menunggu Boy. Meski dia sudah lapar, namun istri yang baik adalah istri yang setia menunggu suaminya. Dia tidak sabar melihat reaksi Boy ketika menyantap hasil masakannya malam ini.

****   

Sampai jam setengah sepuluh, Boy belum juga pulang. Milly sudah kelaparan, tapi dia tetap setia menunggu. Milly hanya meredakan laparnya dengan minum susu. Dia juga mulai memanaskan masakannya dan menaruhnya kembali di meja makan. Berpikir bahwa Boy akan segera pulang.

Benar saja, tepat pada jam sepuluh malam, Boy pulang. Milly menyambutnya di ruang tengah, dan suaminya itu tampak lelah seakan ingin segera masuk ke dalam kamarnya.

“Uum, kamu mau mandi dulu atau bagaimana?” tanya Milly kemudian.

Boy mentap Milly penuh tanya. “Ya, aku akan mandi dan langsung tidur.”

“Ehh? Nggak makan malam dulu? Aku sudah panasin masakannya.” Milly masih berharap jika Boy mau makan malam bersamanya. Makan malam pertama sebagai suami istri.

Boy melirik ke arah meja makan. Di sana masih tersaji menu makan malam yang tampak belum tersentuh. “Kamu nungguin aku? Kamu bisa makan sendiri, kan?”

“Uummm, kupikir…”

“Aku sudah makan di luar.” Boy menjawab cepat. “Kamu makan sendiri saja, aku akan mandi dan beristirahat.” Setelah mengucapkan kalimat itu, Boy meninggalkan Milly begitu saja memasuki kamarnya.

Milly menatap kepergian Boy dengan tatapan nanar. Dia tak percaya bahwa Boy akan melakukan hal ini padanya. Sepanjang sore dia sudah berusaha memasak, sepanjang malam dia sudah menunggu pria itu sampai kelaparan, dan kini, Boy memilih tetap meninggalkannya. Sebenarnya, kenapa Boy tampak begitu membencinya? Apa karena pernikahan ini yang telah mengikat pria itu?

***  

Milly memutuskan membungkus semua makan malamnya. Pada saat itu, Boy keluar dari kamarnya dan bersiap mengambil air minum. Boy melihat Milly tampak bersiap-siap akan pergi, padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam.

“Mau kemana?” tanya Boy dengan nada sedikit cuek sembari mengambil sebotol air mineral dari dalam lemari pendinginnya.

“Uum, karena aku tadi masak banyak, jadinya aku bungkus buat Ibu sama ayah. Aku boleh ngantar makanan ini ke mereka, kan? Soalnya sayang kalau dibuang.”

“Sudah malam. Mending simpan aja. Bisa diangetin besok.”

“Uumm, nggak apa-apa, kok. Toh rumah kontrakan ibu nggak jauh dari sini.”

“Memangnya kamu mau jalan kaki. Jam segini mana ada kendaraan.”

“Yaaa nggak apa-apa.”

Boy bersedekap seketika. “Kamu itu cewek, dan kamu lagi hamil.”

Milly masih fokus dengan rantangnya. “Aku lagi pengen makan sama ibu, memang salah, ya?”

Boy mendengkus sebal. Dioa lalu masuk ke dalam kamarnya, kemudian kembali dengan membawa sebuah jaket dan juga kunci mobilnya. “Ayo kuantar,” ucapnya sembari menuju pintu keluar. Milly menatap Boy dan dia semakin bingun dibuatnya. Sebenarnya, Boy kenapa? Setengah jam yang lalu, pria itu menjadi pria kejam yang tak perhatian dan tak peduli dengan Milly, namun lihat, sekarang Boy seakan berubah seratusdelapan puluh derajat. Apa yang diinginkan pria itu? apa tujuannya?

Milly pada akhirnya mengikuti saja perintah Boy. Dia mengikuti Boy ke basement, memasuki mobil Boy kemudian pria itu mulai mengemudikan mobilnya meninggalkan gedung apartmennnya.

Dari ujung matanya, Milly melihat bahwa Boy tampak tak suka melakukan hal ini, pria itu mungkin capek dan butuh istirahat, lalu kenapa Boy memaksakan kehendaknya untuk mengantar Milly?

“Nanti kamu langsung pulang saja.” Milly membuka suaranya.

“Kenapa?”

“Rumah kontrakan Ibu kan ada di dalam gang, mobil kamu nggak bisa masuk, dan nggak ada tempat parkirnya.”

“Terus kamu pulangnya gimana?” tanya Boy kemudian yang masih fokus dengan jalanan di hadapannya.

“Aku nginep di rumah Ibu saja malam ini.”

Boy melambatkan laju mobilnya, lalu dia menatap ke arah Milly seketika “Maksudmu?”

“Nginep semalam, nggak apa-apa, kan?” tanya Milly kemudian.

Sekali lagi, Boy mendengkus sebal, dia kemudian menjawab “Terserah kamu.” Kemudian Boy mulai melajukan mobilnya, tanpa menghiraukan Milly lagi.

Sampailah mereka di depan gang rumah orang tua Milly. Milly mengambil rantang makanannya kemudian keluar dari dalam mobil Boy, dan setelah itu, Boy segera pergi begitu saja meninggalkan Milly seolah-olah pria itu tak mempedulikan apa yang akan dilakukan Milly.

Milly menatap mobil Boy yang mulai hilang dibalik tikungan jalan. Matanya nanar, hatinya terasa pilu. Makan malam pertama yang dia idam-idamkan berakhir seperti ini. Sangat menyedihkan. Apa yuang harus dia katakan pada ibunya nanti? Apa dia harus jujur bahwa pernikahannya tidak berjalan dengan lancar?

Sembari menghela napas panjang, Milly memasuki gang rumah ibunya. Apapun yang terjadi, dia tidak akan membuat kedua orang tuanya khawatir dan kepikiran. Dia bisa mengatakan bahwa Boy sedang pergi ke luar kota mendadak malam ini, Ibunya tidak akan curiga. Dia hanya perlu menyingkirkan raut wajah sedihnya saat ini. Ya, semuanya akan baik-baik saja, Milly hanya perlu banyak bersabar.

-TBC-

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Boy & Milly   EPILOG (END)

    EPILOGBoy keluar dari kamar Milly, dan dia sudah mendapati makanan yang tertata di meja makan keluarga Milly. Memang, semalam Boy dan Milly menginap di rumah keluarga Milly, karena Boylah yang meminta. Milly tidak thu apa rencana Boy, bahkan saat Boy meminta ayah dan ibunya izin untuk tidak masuk kerja hari ini.“Kamu sudah siap? Ayo kita sarapan.” Ajak Milly sembari menyiapkan tempat duduk Boy.Boy akhirnya duduk di sana. Tepat di sebuah kursi di sebelah kursi Milly. Sedangkan kedua orang tuma Milly duduk berhadapan dengan mereka.“Ibu sama Bapak beneran sudah izin nggak masuk kerja, kan?” tanya Boy setelah dia duduk.“Iya, kan kamu yang minta semalam. Jadi ayah sama ibu enggak masuk kerja hari ini, memangnya ada apa, sih?” tanya Milly sembari mengambilkan Boy menu sarapan di piringnya.“Rahasia. Kita akan berangkat bersama setelah sarapan.”“Dih&he

  • Boy & Milly   Bab 35 - Akhir yang Bahagia

    Bab 35 – Akhir BahagiaSetelah urusannya dengan Kirana selesai, Boy tak mengajak Milly kembali pulang. Dia malah membawa Milly menuju ke studio fotonya, tempat dimana dirinya bekerja. Milly menatap Boy seketika saat mobil suaminya itu sudah terparkir di sana.“Boy, kenapa kita ke sini?”“Kenapa? Kamu memangnya mikirnya kita ngapain ke sini?”“Aku nggak tahu apa rncana kamu.”“Aku nggak punya rencana apapun. Lagian memangnya salah ya? Kalau aku ngajak istriku ke tempat kerjaku?” tanya Boy kemudian.“Ya… nggak salah, sih…”“Tapi?” tanya Boy saat dia tahu bahwa Milly belum menyelesaikan kalimatnya.“Boy, di sini kan banyak model papan atas yang dulunya kenal aku. Para pegawai kamu juga kebanyakan kenal aku, dan tahuya aku ini adalah mantan asisten Clara. Apa… kamu nggak malu?” tanya Milly de

  • Boy & Milly   Bab 34 - Pengakuan

    Bab 34 - Pengakuan“Boy? Kenapa kamu ngomong gitu?” tanya Milly kemudian. “Apa kamu mau tinggalin aku?”“Enggak!” Boy menjawab cepat. “Aku berkata begitu karena yang kulihat, kamu tak cukup bahagia denganku.”“Tidak ada hal yang lebih membahagiakan selain bisa hidup bersama dengan orang yang kita cintai. Aku bahagia bisa hidup denganmu meski tanpa cinta yang tak akan mungkin bisa kugapai.”“Kata siapa kamu tidak bisa menggapainya?” tanya Boy dengan cepat.Milly menunduk dengan ekspresi sedihnya. “Aku tahu, Boy. Selera kamu cukup tinggi. Mantan kekasih kamu biasanya adalah model, dan juga bukan orang biasa seperti aku. Mencintai kamu seperti pungguk yang merindukan bulan. Kamu terlalu jauh aku gapai, karena itulah, meski aku cinta kamu, aku tidak akan pernah berharap lebih agar kamu membalas cintaku.”“Dasar p

  • Boy & Milly   Bab 33 - Mencurahkan Rasa

    Bab 33 – Mencurahkan rasaMilly sudah selesai makan. Dia sudah menghabiskan satu mangkuk mie instan dengan Boy yang setia mengamatinya. Sebenarnya, Milly malu. Tapi, mau bagaimana lagi. Tak mungkin Milly memutuskan untuk pindah tempat.Boy sendiri masih duduk dengan tenang sembari melipat lengannya di atas meja. Matanya seolah-olah tak ingin meninggalkan Milly, membuat Milly salah tingkah dibuatnya.Milly meminum jus jeruk yang sudah dia siapkan di sebelah piringnya, kemudian dia bangkit dan akan membereskan sisa makanannya.“Aku beresin ini dulu ya,” ucap Milly pada Boy sebelum dia pergi meninggalkan Boy menuju ke arah dapur.Boy mengamatinya saja. Dengan spontan Boy bangkit, kemudian kakinya melngkah menuju ke arah Mily. Boy berdiri tepat di sebelah Milly, menyandarkan tubuhnya di sana sebelum dia berkata. “Maaf karena sudah meninggalkanmu semalam.”Milly sempat menghentikan perg

  • Boy & Milly   Bab 32 - Rasa Cemburu

    Bab 32 – Rasa cemburuSetelah mendapatkan pencerahan dari ibunya, Boy lantas segera bangkit, lalu mandi dan mengganti pakaiannya. Ketika Boy akan pergi meninggalkan kamarnya, dia teringat dengan sesuatu. Diamatinya kamarnya, kemudian Boy melakukan tindakan yang seharusnya dia lakukan sejak lama.Boy mulai mengumpulkan foto-foto Clara yang masih ada di sana, dan dia berencan untuk menyingkirkannya. Ya, tiba-tiba saja dia sadar, bahwa apa yang dia lakukan selama ini pasti menyakiti Milly. Boy jelas-jelas tahu bahwa Milly sudah lama menyukainya. Namun Milly malah mendapatkan perlakukan seperti ini darinya.Boy kemudian merogoh ponselnya, dia bersiap untuk menghubungi Milly, namunrupanya ponsel perempuan itu tidak aktif. Akhirnya, Boy menghubungi ponsel ibu Milly, karena entah kenapa Boy yakin bahwa Milly kini sudah pulang ke rumah ibunya.“Nak Bobby? Ada apa ya? Kok pagi-pagi telepon?”“I

  • Boy & Milly   Bab 31 - Bertengkar

    Bab 31 – BertengkarMilly tidak tahu, apa yang terjadi dengan Boy. Sepanjang hari ini, Boy memang tampak berbeda. Kemudian tadi, saat makan malam tiba, Boy seolah-olah ingin menunjukkan pada Andre bahwa Milly adalah istri yang begitu dipuja oleh Boy. Milly tidak tahu apa yang direncanakan Boy. Dan kini lihat, ketika Milly masih sibuk mencuci piring, Boy memeluk tubuhnya erat-erat seolah-olah tak ingin Milly pergi meninggalkannya.Apa yang terjadi dengan Boy? Apa yang sedang direncanakan pria ini? Ketika Milly masih bertanya-tanya dalam hati, dia mendengar Boy membuka suaranya.“Apa kamu bahagia hidup denganku seperti ini?”Pertanyaan Boy tersebut terdengar tak biasa di telinga Milly. Boy tak pernah mempertanyakan hal-hal seperti itu sebelumnya. Boy biasanya tidak peduli dengan hal-hal pribadi yang dirasakan oleh Milly. Namun, kenapa sekarang Boy berubah? Apa yang kini sedang dipikirkan oleh Boy?&ldq

  • Boy & Milly   Bab 30 - Tidak Siap

    Bab 30 – Tidak SiapMakan malam terjadi dengan suasana yang kurang nyaman. Setelah tadi, Boy mengenalkan Milly dan Andre dengan cara yang tak biasa, hal tersebut membuat suasana menjadi sedikit canggung dan hening.Andre tahu bahwa Boy tahu tentang perasaannya dengan Milly. Karena itulah, Andre tak tahu harus bersikap seperti apa saat ini. Sedangkan Milly hanya bisa diam. Milly juga bingung harus bersikap seperti apa. Diantaranya semuanya, hanya Boy lah yang bersikap sangat santai seolah-olah tak terjadi apapun diantara mereka.“Oh iya, gue ada wine, lo mau? Gue ambilin dulu ya,” ucap Boy sembari bangkit dari duduknya dan menuju ke area bar dapurnya.Boy sengaja meninggalkan Andre hanya berdua dengan Milly, karena dia ingin tahu bagaimana reaksi temannya itu.Andre sendiri tampak menatap tajam ke arah Milly, sebelum dia bertanya “Jadi Boy suami kamu?” tanya Andre pada Mily.Milly m

  • Boy & Milly   Bab 29 - Rencana Boy

    Bab 29 – Rencana BoyLumatan yang diberikan Boy semakin intens, cumbuannya begitu memabukkan hingga kini membuat Milly mengalungkan lengannya dengan spontan pada leher Boy, seolah-olah tak ingin Boy meninggalkan bibirnya.Keduanya mulai dimabuk oleh gairah. Milly bahkan sudah sesekali mengerang diantara cumbuannya, sedangkan Boy pun demikian. Boy merasakan pangkal pahanya sudah mulai mengetat dan ingin segera dilepaskan. Pada akhirnya, Boy melepaskan tautan bibirnya pada Milly. Dia tak sanggup lagi untuk menahan gairahnya lebih lama lagi. Akhirnya, Boy bangkit, dia melucuti pakaiannya sendiri hingga kini dirinya sudah polos tanpa busana.Boy lalu menuju pada tubuh Milly, membantu Milly melucuti pakaiannya sendiri hingga kini Millypun sama, sudah polos tanpa busana.Boy mengamati tubuh mungil Milly yang tampak lebih brisi dari sebelumnya. Perut hamil istrinya itu semakin tampak, membuat Boy tak kuasa menahan diri mendar

  • Boy & Milly   Bab 28 - Dinner Manis

    Bab 28 – Dinner ManisMilly masih merasa tak nyaman. Pasalnya, Boy mengajaknya dinner di sebuah restaurant yang cukup mewah. Pria itu mungkin tak akan merasakan apa yang kini sedang dirasakan Milly. Karena Boy kini meski sepulang kerja, pria itu masih berpenampilan keren dan modis seperti biasanya. Sedangkan Milly?Ayolah… Milly lebih dari sederhana. Dia merasa tidak pantas. Seharusnya, dia mengenakan pakaian resmi atau gaun saat makan di tempat seperti ini. Barulah, Milly merasa pants.Dua orang pelayan melayani mereka berdua, membuat Milly merasa semakin tak nyaman dibuatnya. Astaga… kenapa selera Boy setinggi ini?“Ada yang kamu mau?” tanya Boy saat melihat Milly hanya diam mengamati hidangan makan malam di hadapan mereka setelah ditinggalkan oleh dua pelayan yang melayani mereka tadi. Milly tak segera mengambil makanan di hadapannya, Milly hanya tampak mengamatinya saja.“Uumm

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status