Semua Bab Bos Aneh Dan Nyebelin : Bab 11 - Bab 20
26 Bab
Memberi Perhatian
“Bos, bos, sebenarnya kenapa kok putus sama Mbak Sinta? Kirain bakalan serius kali ini.” Bukannya fokus dengan operan jaga, Bintang malah berusaha mengorek informasi dari Hadi.Apa dia tidak tahu kalau Hadi tidak dalam mood untuk membahas masalah ini. Namun, Hadi hanya tersenyum lebar, kemudian membuka buku operan dinas.“Apa ada yang lain, Lang?” Hadi mengalihkan perhatian pada Elang yang dinas malam.“Hari ini nggak ada operan. Semua pekerjaan sudah selesai, tinggal ngeluarin hasil aja.” Elang mengambil alih buku bersampul batik ungu, kemudian menuliskan laporan tentang kontrol setiap alat.Hadi menatap lembaran buku dengan pandangan kosong. Suara buku yang ditutup dengan keras menyadarkannya.
Baca selengkapnya
Mengubah Kebiasaan
“Pagi,” sapa Isti dengan suara renyah penuh semangat, sambil membuka pintu laboratorium.“Pagi.” Kali ini nada berbeda dilontarkan Isti dengan rasa ragu. Kenapa tidak ada yang membalas sapaannya?Isti berjingkat ketika melangkah masuk, terlihat beberapa kepala yang hampir menyatu di tengah-tengah meja. Cewek  itu jadi semakin penasaran dan mempercepat langkahnya.Sial bagi Isti, karena tingginya yang rata-rata, dia jadi tidak bisa melihat hal yang sudah merebut perhatian semua orang. Mereka melingkar terlalu rapat, hingga tidak ada celah bagi Isti untuk mengintip.“Kalian baru ngapain sih? Serius amat!” Akhirnya Isti mengeluarkan satu-satunya kemampuan yang dipunyanya, yaitu nada judes yang akan membuat semua orang memperhatikan d
Baca selengkapnya
Jadi Rindu
“Aku senang kalau kamu sering dinas siang seperti ini. Jadinya kita bisa sering sarapan di luar seperti ini,” ucap Kevin sebelum menyuap nasi jagung.“Hmmm,” jawab Isti dengan tidak fokus.Sudah tiga minggu, dia menjalani jadwal di bulan ini, tapi kenapa rasanya seperti suatu kesalahan. Dia kembali teringat pembicaraan di akhir bulan kemarin. Seharusnya ini bisa membuatnya tidak berpikir tentang Hadi, tapi kenapa malah semakin kepikiran?Dia jadi rindu dengan posisi P2. Rindu dengan keberadaan Hadi di dekatnya. Meskipun sekarang Kevin sering bersamanya, tapi tidak senyaman ketika ada Hadi.“Nanti siang kita berangkat bareng ya?” ajak Kevin yang sudah menghabiskan sarapannya.“Hmmm.&rd
Baca selengkapnya
Ketahuan Elang
“Hmm,” tegur Elang yang membuat Isti melompat mundur dengan kedua tangan terangkat ke atas.Cewek itu perlahan-lahan menurunkan tangan kemudian berlari melewati Elang. Wajahnya yang matang seperti tomat membuat cowok itu enggan bertanya. Dia mengalihkan pandangan pada bosnya yang masih mematung. Alis sebelah kiri terangkat.Hadi hanya bisa angkat bahu. “Jangan tanya aku. Bukannya dia suka jutek kalau sama cowok? Aku sama terkejutnya dengan dirimu.”“Jangan bikin anak perawan baper. Ingat peraturan rumah sakit!” tegur Elang dengan wajah serius.“Tentu saja aku ingat dengan peraturan itu. Tenang saja,” jawab Hadi dengan tawa yang dipaksakan. Cowok itu pun meninggalkan Elang yang masih mengawasinya dengan curiga.
Baca selengkapnya
Cewek Pemberani
“Nggak, Mbak.” Hadi masih bersikeras menolak. "Bos," panggil Isti dengan nada memelas. "Nggak!" jawab Hadi lebih tegas. "Yaelah, Bos. Aku tuh mau minta bantuan megangin anak-anak." Isti memiringkan kepala, ketika menatap Hadi yang jadi bengong mendengar permintaannya. Jempol Isti diarahkan keluar, hingga Hadi bisa melihat ada seorang ibu yang berdiri di depan pintu. "Owh, oke." Hadi berdiri dengan sigap, kemudian ikut mengenakan APD (Alat Perlindungan Diri). Mereka berdua keluar setelah menyelesaikan persiapan. Cewek itu memperkenalkan diri setelah mempersilakan ibu untuk duduk memangku anaknya. “Nggak mau, aku nggak mau disunti
Baca selengkapnya
Menguatkan Dugaan
Isti tersenyum lebar. "Ayo, siapa takut!" Mereka menikmati permainan ini, sesekali saling ejek dan menggoda ketika bola meleset dari target. Beberapa kali juga Isti terpesona dengan gelak tawa cowok yang terlihat lebih santai daripada biasanya. Jarang-jarang bisa lihat cowok itu tertawa terbahak-bahak seperti ini. Namun tubuh Isti jadi tegang ketika merasakan bahunya dicolek dari belakang. Serta merta Isti langsung memutar badan dan memasang wajah sangar. Tak lupa meletakkan kedua tangan di pinggang untuk bersiap-siap menyemburkan kata-kata penuh protes untuk orang tidak sopan yang menyentuhnya. "Eh, Mas Reno. Sama siapa?" Raut wajah Isti melembut ketika menyadari siapa orang tersebut. Perlahan-lahan kedua tangan diturunkan kemudian memberikan sen
Baca selengkapnya
Lain di Bibir, Lain di Hati
"Asem! Kebiasaan banget deh! Nggak ada yang lain apa?" Mata Isti melebar sampai batas maksimal, ketika membaca chat cinta dalam tanda kutip dari si Bos. Esy yang penasaran pun segera mendekat, ikut membaca, dan memaki sama kerasnya dengan Isti. Mereka berdua sama-sama menampilkan wajah yang tidak sedap dipandang. Kalau saja berada dalam dunia kartun, pasti muncul dua tanduk di kepala mereka. "Bosmu gila kali ya? Kamu itu baru sampai kos, masa sudah langsung disuruh kerja! Kenapa harus kamu yang selalu kena jadi bumper sih? Ini nih yang bikin kerutan di wajahmu jadi tambah banyak. Stress berat sih. Kalau aku yang digituin, udah kutolak mentah-mentah!" Cewek itu meninju telapak tangan kiri menggunakan tangan kanan.Isti mengangguk mantap membenarkan pernyataan sahabatnya. Kali ini si Bos sudah sangat keter
Baca selengkapnya
Iri Dengan Yang Lain
"Geser, Mbak."  Namun, Isti tak mau melakukan permintaan salah satu juniornya. Cewek itu malah melipat tangan di atas meja, lalu menempelkan kepala di tengah-tengahnya. Kelopak matanya terasa berat seperti ditarik oleh sekawanan monyet.  Ketika dia sudah siap berpetualang di alam mimpi, tiba-tiba Isti merasakan ditarik ke alam nyata oleh tepukan pada bahu. Sayangnya, cewek itu tetap tidak mau membuka mata. Tepukan itu berubah menjadi guncangan kuat. "Is, bangun!"  "Kenapa sih, Mas Ran? Gangguin saja! " ucap Isti yang memicing.  "Operan jaga dulu," ujarnya sambil berjalan memutari meja untuk duduk di seberang.  Isti memutar kepala untuk mencari kebera
Baca selengkapnya
Diambang Batas
"Hoam." Isti menguap lebar-lebar ketika sudah sampai di ruang laboratorium. Meski pun sudah mendapatkan doping roti bakar semalam, Isti tak merasakan doping itu dalam waktu yang lama. Pagi ini dia sudah meletakkan kepala di posisi yang sama seperti kemarin. Bos juga tidak tampak peduli dengan keadaannya sekarang. Cewek itu menegakkan tubuh dengan terpaksa, ketika mendapatkan sikutan di lengan. Dia tidak berani memprotes perbuatan itu karena Elang yang melakukannya. Cowok berwajah serius yang sedingin es, itu merupakan salah satu kelemahan Isti. Jelas-jelas hal bodoh kalau mau melawan si jenius Elang. Tatapannya saja sudah bikin nyali ciut. Semasa kuliah, cowok ini selalu bisa memimpin dalam segal
Baca selengkapnya
Voucher Menginap
“Kenapa sih ribut-ribut? Nggak tahu ada orang baru sakit apa?” protes Isti yang masih mencoba membuka mata.Namun, akhirnya hanya bisa memincing karena kepalanya terasa berat, bagai dihantam dengan palu Thor. Ingin rasanya Isti melihat kekacauan yang terjadi, tapi apa daya, tubuhnya kembali terhempas ke ranjang saat hendak bangun.“Is!” seru Kevin yang melepaskan Hadi dengan tidak rela.Pandangan Kevin yang tadinya penuh amarah kini melembut. Bagaimana mungkin, dia tega melihat kondisi Isti yang bibirnya semerah strawberry. Kevin berjenggit saat punggung tangan terasa panas ketika bersentuhan dengan dahi cewek pucat itu.“Is, kita ke rumah sakit sekarang ya,” ucap Kevin dengan lembut.Tanga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status