All Chapters of ARJUNA: Chapter 21 - Chapter 30
56 Chapters
Bab 21
***"Mbak, ice americano satu sama Ice vanilla latte satu. Americanonya kasih ke meja tujuh, ya, mbak. Nanti yang vanilla kasih ke meja nomer tiga belas." Aji melenggang santai menuju kursi nomor tujuh. Kursi yang dekat dengan jendela kiri. Disana sudah ada Setiaji yang asik membolak balik buku. Ralat, mebolak balik buku Kimia tidak pernah asik. Setiaji kadang menarik rambut atau menggelembungkan pipi kesal karena gagal mengerjakan soal."Lo aja, Ji. Gue cari nomer lain." Setiaji melempar pensil. Membuat Aji tertawa lirih. "Padahal lo yang semangat mau ngerjain. Semangat lo tadi mana?" Aji meraih satu cookies coklat milik Setiaji. Dan cowok itu justru menatap kesal. "Setiyaki sama Ali jadi kesini, nggak?" "Enggak kali. Tadi pagi Mama bilang mau masak sayur asem, pasti pada pulang dulu. Kalo pantatnya baik baik aja, mereka dateng, kalo enggak, paling nempel di depan tv." Aji menoleh kesana kemari. Ad
Read more
Bab 22
***"Gue nggak kenapa-napa para babi sekalian. Udah pada balik sana, gue mau tidur." Raina berucap kesal setelah melempari Arjuna dan Ecan dengan gelondongan jeruk. Bukan menghindar keduanya malah menangkap dengan bergaya. "Nice, lagi, Rai. Gue bisa jadi pemain baseball kalo kayak gini." Ecan melempar jeruk ke arah Saka kemudian memberi sikap kuda-kuda untuk kembali menangkap lagi. Namun Raina justru berdecak, mereka kenapa, sih?Kata Saka semalam dia pingsan. Dan langsung di bawa oleh Saka kerumah sakit. Ingatan Raina memang masih sangat jelas, terutama bagiamana dia yang meninju pintu kayu dengan sangat keras. Membuat tangan kiri dan kanannya harus dibalut perban. Juga adegan di jembatan yang membuat Raina malu menatap Saka. Bukan apa apa, dia hanya berpikir, kenapa harus Saka yang menyaksikan Raina sedang terpuruk. Mama datang tadi pagi, namum Raina menolak untuk bertemu. Emosinya belum stabil. Daripada dia lagi lagi kalap karena emosi lebi
Read more
Bab 23
***Raina hampir kehilangan bola matanya karena lompat keluar setelah mendengar pernyataan Ecan. Raina tidak pernah menyangka tentang pernyataan itu. Tidak, lebih tepat dengan perasaan itu. Selama ini Raina dekat dengan Ecan sebagai seorang sahabat. Saling berteori tentang episode terbaru anime Boruto, membicarakan hal berbau Jepang atau tempat tempat makan murah di Jakarta yang wajib di jajal. Namun pernyataan Ecan membuat Raina terdiam kemudian berpikir keras. Selama ini, Ecan melakukan banyak hal karena dia suka dengan Raina, bukan karena dia menganggap Raina sebagai teman. Apakah begitu? "Lo... " Raina menggigit bibir. Hati dan otaknya kacau. Terlebih ketika melihat mata cowok itu yang kehilangan binar. Menunduk dalam menyembunyikan raut wajah. "Can?" "Gue nggak akan nuntut banyak ke lo, Rai. Bahkan gue nggak butuh jawabannya, gue cuma mau tau soal lo. Tentang banyak masalah yang lo punya. Gue juga mau jadi orang yang bisa lari
Read more
Bab 24
***Namanya Laluna. Awalnya Aji enggan mencari tahu dia lebih banyak namun entah kenapa setan berseragam yang selalu mengikuti Aji kemana-mana terus terusan berbisik. Katanya, "Liat ig nya dulu, Ji. Dia cantik, kan?" Iya, sih. Laluna sangat cantik. Dengan rambut panjang, mata seperti kucing, gigi rapi dan senyum itu. Ingatan Aji enggan menghilang sebelum dia pada akhirnya menggeleng. "Enggak, gue nggak bisa kayak gini." Namun otak, pikiran, dan hati Aji sepertinya sedang berada di jalan masing masing. Tanpa sadar Aji menjelajah di sosial media gadis itu. Followersnya banyak, setiap like di postingan cewek itu juga sepertinya cukup untuk dia mendapat endors obat peninggi badan. "Acieeee, adik abang stalking cewek. Cantik, nggak, dek?" Bang Banyu tiba tiba menjatuhkan diri di ranjang Aji. Membuat cowok itu cepat menutup ponselnya dan mengusir abangnya dengan tidak santai. "Bang Banyu, nih kenapa
Read more
Bab 25
***Mobil melaju pelan di jalanan Jakarta kala matahari sempurna tumbang. Berteman beberapa lagu dari Justin Bieber atau sesekali memutar lagu galau Indonesia. Bang Banyu yang duduk di kursi samping terlihat menatap kaca dengan lamunannya yang entah kemana. Kalo Arjuna adalah Kak Lino, apa yang akan Kak Lino ucap untuk menghibur bang Banyu? Setengah jam berkendara mobil menepi dan masuk pada sebuah tempat parkir rumah sakit. "Bang Banyu mau ikut naik, nggak?" tanya Juna pada Abangnya. Bang Banyu menjawab dengan angguk lantas keduanya berjalan beriringan menuju bangsal Raina di lantai tiga. Sepanjang jalan hanya ada diam. Karena Juna tau, rumah sakit adalah tempat paling mengerikan bagi bang Banyu. Dimana kenangan tentang kak Lino selalu menghantui. Arjuna tidak memaksa bang Banyu ikut karena katanya, lari dari ketakutan hanya akan membuat ketakutan itu semakin menghantui. Tujukkan saja, kalo ketakutan itu bukan apa-apa
Read more
Bab 26
***Raina terluka. Lebih dari semua itu, dia hancur. Hatinya yang terluka, perban yang menyelimutinya kini dibuka paksa. Membuat darah kembali mengalir segar lewat dada hingga seluruh tubunya. Kenapa? Karena Raina hancur. Karena dia sudah tak berguna lagi hidup. "Saka kamu keluar dulu," ucap Mama. Dengan nada datar yang membuat Saka menunduk dalam, kemudian perlahan bangkit dan berjalan keluar. Namun di ambang pintu, Raina memanggil. "Jangan, Ka. Gue mau lo disini." Raina menatap sengit Mama, dan wanita itu berdecih ringan. "Gue butuh seorang yang nahan gue ketika gue kalap." Hanya dengan ucap itu Saka kembali mendekat. Dalam posisi ini, Raina tidak peduli. Persetan dengan banyak hal yang akan Mamanya lakukan, Raina hanya muak. "Oke, Mama langsung aja." Mama menarik kursi. Mendudukinnya dengan anggun. Menyimpan tas mahal miliknya lantas bersedekap. Raina muak, lihat perilakunya. Siapa dia? Si kaya yang akan mengahancur
Read more
Bab 27
•••Cewek berseragam yang sering mengikuti Aji namanya Tiara. Aji pernah bertanya dengan sopan karena sosok cewek itu sering nongol tanpa permisi. Membuat Aji harus memaki karena kaget. Nggak etis banget kalo Aji memaki dengan menyebut seluruh penghuni kebun binatang makanya Aji berani bertanya. Seminggu terkahir, sosok itu jarang terlihat. Hanya sesekali ketika Aji makan di kantin atau berada di perpustakaan. Aji jadi merasa ada yang kurang. "Siang ini gue mau gantiin bang Jeno di kafe. Dia mau pacaran sama teh Jihan. Lo mau ikut bantuin?" ucap Setiaji ketika keduanya keluar dari kelas dengan ransel di punggung mereka. "Dibayar berapa gue?" "Halah, sama kawan perhitungan banget. Malem minggu, nih. Rame pasti." Setiaji berhenti di depan lokernya. Membukanya lantas mengeluarkan beberapa buku dan menggantinya dengan buku di ransel. Aji melakukan hal yang sama namun ada hal aneh di loker Aji. Ada sebuah buku kecil bersampul b
Read more
Bab 28
•••Seblak jeletot level setan kurang cocok dengan lidah Arjuna. Namun dengan lahap Raina menyantapnya tanpa takut usus buntunya akan bergetar karena kelelahan. Saka dan Echan bahkan berkali kali meminta tambahan air es untuk mendinginkan mulut yang terbakar sedangkan Arjuna memilih untuk menyingkirkan mangkuk didepannya demi keamanan. "Habis keluar dari rumah sakit bikin Raina tambah gila kayaknya." Arjuna menyindir. Sedangkan yang disindir malah tertawa seolah itu bukan hal besar."Bukan gila lagi, Jun. Lo aja nggak tau gimana dia yang nodong gue buat nganterin dia ke Bandung beli Cireng." Echan berkata sambil meneguk air esnya. Dia juga memilih menyingkirkan manskuk seblak dari hadapan. "Jakarta cireng banyak kali, Rai." Saka berkomentar. Dia masih kuat bercengkrama dengan kuah mematikan itu. "Yang khas Bandung, dong. Gue pengen kulineran ke banyak tempat." "Liburan semester ini Raina ngajak ke
Read more
Bab 29
•••Aji memukul dada pelan setiap dua detik sekali. Perlahan untuk menghilangkan kesal juga getar di tangannya yang enggan terhenti. Mungkin otaknya kini sedang enggan bekerja hingga Aji harus memukul dada untuk menghilangkan rasa sakit. Dengan gerakan tenang yang teratur, mencoba sekuat tenaga mengalihkan pikiran yang membuatnya kesal. 02 September pukul 14.25Hari itu lengan kiri Aji sobek akibat sayatan. Membuatnya harus melepas kemeja seragam dan menggantinya dengan kaos olahraga yang sedikit kotor. Aji mencuci kemeja putih miliknya di kamar mandi sekolah. Dengan isak tertahan yang sengaja dia sembunyikan dari banyak orang. Termasuk beberapa sosok hantu yang menatap Aji dengan tatap treyuh. Namun sayangnya Aji terlalu terluka untuk bersikap baik-baik saja. Terlalu sakit untuk tetap tersenyum seperti biasanya. "Lo nggak apa-apa?" tanya salah satu hantu yang hanya Aji abaikan. Aji menggeleng samar lantas memeras kemeja m
Read more
Bab 30
***"Juna kenapa lagi?" Saka bertanya pada Raina. Sebuah tanya yang jelas tidak bisa Raina jawab. "Kenapa tanya gue?" "Ho.oh, kenapa tanya Raina?" Ecan datang tiba-tiba datang menyela. Menyelamatkan Raina dari pertanyaan Saka yang aneh banget.Raina menghela napas lelah. Sudah seminggu lebih Arjuna murung. Raina tidak tahu apa sebabnya karena dia begitu diam. Biasanya Arjuna akan cerita pada Raina apapun itu, namun kini tidak sama sekali. Bahkan alasan Arjuna terus terusan menghela napaspun Raina tak tau."Gonjang-ganjing sama Lia lagi mungkin." Raina menjawab sekenanya. Sembari mengikuti arah pergi Arjuna meninggalkan kantin. "Tapi Lia nggak curhat sama gue." Ecan berkata yang membuat Saka mengangguk dan Raina berdeham. "Mereka berdua pada dasarnya udah nggak cocok satu sama lain." Raina memberi komentar. Yang langsung dijawab angguk oleh Saka dan Ecan serempak. "Gonjang-ganjing mereka beber
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status