Все главы ARJUNA: Глава 41 - Глава 50
56
Bab 41
***Pernah mikir nggak, sih apa yang terjadi sama perasaan Arjuna setelah Satria, cowok yang katanya dimintai tolong sama Raina kasih kabar kalo Raina sama Lia di sandra sama komplotannya Rio. Arjuna pengen marah, tapi kalo dia marah Saka sama Ecan akan melakukan hal yang sama. Alhasil, bolak balik Arjuna cuma bisa hela napas. Yang jelas mancing perhatian beberapa orang yang masih stay di tongkrongan."Ada masalah, Jun?" tanya salah satu cowok. Juna ngangguk sambil lagi lagi hela napas. "Ngobrol, lah.""Lo habis putus?" tanya cowok lain. Yang sekarang keluar bawa gorengan satu piring hasil ganggu tidur tenangnya bang Lucas. "Gue putus sama Lia udah lama." Pada terkejeod. Gimana, ya. Lia sama Juna tuh couple goals banget. Terkenal sejak mereka masih SMA. Huru haranya, sih, anak anak bakal mikir kalo Arjuna tuh pacaran sama Raina, tapi makin kesini Raina sama Juna jadi friendship goals yang love-hate relationship banget. Orang orang
Читайте больше
Bab 42
***Setiyaki diem tapi dalam hati pasti memaki. Arjuna kena lemparan penggaruk kayu punya Bang Banyu dan dapet cipokan manja dari sandal jepit Ali ketika Arjuna tetap ngeyel untuk nyanyi. Namun setelah itu rumah kembali hening. Bang Banyu kembali ke habitat sedangkan Ali dan Setiyaki memilih untuk pergi. Katanya mau ke kafenya Setiaji, itung itung bantu manggang. Mas Abim juga pergi. Biasa, Mas Abim tuh sibuk banget. Bosan dalam keheningan Arjuna memutuskan naik ke kamar dan berniat terlelap. Namun sebuah pesan membuat Arjuna mengerjap. Sebuah pesan dari Lia. Dia mengirim sebuah lokasi familiar bagi Arjuna. Kemudian sebuah foto tangan seseorang yang berdarah. Tidak jelas itu tangan milik siapa, namun dari ukuran jelas itu tangan perempuan. Yang Arjuna lakukan setelahnya hanya meraih hoodie hitam dan keluar setalah mengambil kontak motor maticnya. Tanpa pamit, setelah meneruskan pesan pada Saka dan Ecan, Arjuna langsung meluncur. Panas. Bukan ha
Читайте больше
Bab 43
***Ecan memukul kuat pipi kiri Rio. Membuat setetes darah meluncur lambat dari bibir itu. Arjuna tak tau apa yang harus dia lakukan pada Ecan dan Rio karena dalam hitung detik Raina ambruk di belakang. Saka menahan namun ada rasa benci mengalir lebih kuat dalam dirinya. Apa itu, Arjuna juga tidak tau. Dia hanya benci. Mengepal jemarinya kuat lantas berlari kearah rumah. Sayangnya ada banyak orang didalam. Yang kini menatap tajam Arjuna bersenjatakan seperti gagang sapu yang sudah patah. Sesekali memainkannya atau memukulkan kayu itu di lantai keramik berjamur. Seperti memberi tahu Arjuna jika kayu mereka bukan sejenis styrofoam. Arjuna berdecih."Babunya Rio? Maju satu satu. Kalo keroyokan gue jelas kalah." Arjuna memasang kuda-kuda. Satu orang maju, mengayunkan pukul yang dapat Juna tahan dengan tangan kirinya. Lantas kaki kosong Arjuna menendang lutut lawan dengan begitu keras. Jika Arjuna bisa fokus dengan kaki itu, dia yakin ada suara kretak yan
Читайте больше
Bab 44
***Katanya iklas itu tidak ada. Mereka hanya terpaksa lantas lambat laun menjadi terbiasa. Untuk mengiklaskan satu orang, setidaknya seorang membutuhkan waktu lama untuk sembuh. Mencari banyak kesibukan dengan terus bergerak agar tak sempat dia memikirkan seorang yang telah menghilang. Laluna tidak pernah tau bagaimana rasanya kehilangan. Bagaimana seorang berharga dalam hidupnya pergi dari dunia untuk menyambut di dunia yang baru. Laluna juga tak tau, bagaimana rasanya harus melepas ketika satu satunya yang kita punya hanya mereka. Kini Luna duduk sambil terus menunduk. Dia ingin menangis, terlebih mengingat kecemburuan dan amarah tak berdasar pada Aji hari ini. Ketika objek yang membuatnya kesal ternyata telah berbaring di pembaringan ternyaman. Berlapis doa berselimut cinta. Luna menunduk dengan terus memainkan kuku jemarinya yang sedikit panjang. "Lo nggak mau nyapa temen gue, Lun?" tanya Aji menyadarkan lamun. Lantas berikutn
Читайте больше
Bab 45
***Luna tidak pernah ke kantor polisi selama hidupnya. Untuk sekedar mencari surat berkelakuan baik atau yang lainnya. Kantor polisi jika di otak Luna hanya berisi jeruji, orang orang jahat dan bapak polisi bertampang seram atau bahkan berkumis yang sering dia lihat di sinetron-sinetron Indonesia. Tapi ketika dia berada disana, ada beberapa orang yang menarik perhatian Luna. Salah satunya adalah seorang yang Aji temui. Seorang laki laki dengan tubuh sedikit lebih besar dari Aji. Tampangnya seram dan terlihat lebih tegang. Jujur Luna takut, tapi ketika cowok itu menyapa Luna yang sedari tadi jadi ekor Aji, dia tiba tiba tersenyum. Membuat hati Luna tiba tiba menghangat. Ganteng banget, cuy. "Kak Juna mana, Mas?" "Belum bisa di temui. Bentar, kita tunggu dari pihak kepolisian dulu." "Bang Banyu nggak bisa kesini?" "Banga Banyu ke Bandung sore tadi. Ngejar dosennya." Luna tidak paham siapa mereka. Tapi dari
Читайте больше
Bab 46
***Raina yakin, delapan puluh dari seratus persen orang pernah berpikir untuk menghilang. Tidak terikat dengan dunia, tidak terpatri pada orang orang. Hanya menghilang. Alasannya berbeda beda. Sebagian agar mereka dicari, agar mereka merasa dibutuhkan lantas dirindukan, atau hanya sekedar menghilang. Tidak peduli untuk apa itu. Detik dimana cahaya menerobos retinanya, gerak tangannya dan kedip singkatnya, Raina mengeluh lelah. Karena Raina tidak pernah berharap bisa kembali. "Tolong! Saya hanya mau lihat keadaan Raina." Samar, sebuah suara terdengar. Tidak jelas itu suara siapa."Anda siapa? Anak saya butuh istirahat." Kemudian suara lain terdengar tak kalah samar."Sebentar saja." kemudian ganti sebuah isak. Entah, mendengar isak itu Raina ingin ikutan menangis. Air matanya meleleh lambat membasahi bantal. Namun untuk sekedar mengelap lelehan itu, tangannya begitu berat. "Gara gara anak and
Читайте больше
Bab 47
***Dingin. Itu gambaran yang tepat untuk malam ini. Lebih dari dingin, Arjuna begitu khawatir. Apakah Satria dan Saka berhasil membawa Raina dan Lia ke rumah sakit. Apakah semua berjalan lancar dan apakah semua baik baik saja. Pikiran itu kini lebih mendominasi daripada perbuatannya beberapa jam lalu. Melayangkan nyawa seseorang. Arjuna meringkuk di sudut kamar sel. Dengan tangan menggigil dan dan perih yang begitu menganggu. "Arjuna? Ada yang mau bertemu." Panggilan itu. Sudah menjadi panggilan kesekian kalinya. Tadi dia menolak banyak tamu termasuk Mama. Karena dia begitu tidak kuasa menatap mata berkacanya. Mata kecewanya dan sedih yang akan membuat Arjuna semakin merasa bersalah. Arjuna pada akhirnya berdiri. Setidaknya mencari udara dari pengap dan dingin ruang tahanan. Arjuna berjalan perlahan, menuju sebuah ruang kecil dengan pembatas kaca di depannya. "Lo belum di dakwa dan belum sepenuhnya masuk penjara." Dia
Читайте больше
Bab 48
***Rindu itu apa? Khawatir itu apa? Sayang itu apa? Raina punya banyak tanya, namun sayangnya mulut itu enggan bersuara ketika dua orang sedang duduk saling berhadapan di sofa ruang rawat Raina. Dua orang itu saling meneguk kopi dengan ketegangan yang cukup menghawatirkan. Papa dan Mama nya. Yang sedari tadi mendiskusikan banyak hal tentang kelanjutan hidup Raina setelah ini.Iya, hidup Raina. Mulai kini mereka yang akan mengaturnya. Semalam, Papa dan Mama menawarkan dua pilihan. Namun diantara keduanya, semua sama sama meninggalakan apa yang sudah Raina punya. Teman, nyaman, cinta. Raina tak punya pilihan untuk mempertahankannya. Maka malam ini kepala Raina penuh dengan tanya. Apakah semua akan menjadi lebih baik jika ditinggalkan? "Pah?" Raina berkata. Dengan nada datar. "Iya?" "Boleh ngomong bentar?" "Kamu udah punya keputusan?" Kemudian Raina menghela napas. Tidak tahu, karena kedu
Читайте больше
Bab 49
***Satu satunya cara untuk berdamai dengan rasa sakit adalah iklas. Tapi sayangnya, iklas ada karena hati terlalu lama terluka. Membiarkan luka itu terus terbuka hingga pada akhirnya terbiasa.Kemudian rasa sakit yang paling terasa di depan mata adalah sebuah kata pisah. Raina tak tau kenapa bisa secepat itu Papa membuatkan paspor untuk Raina. Juga kenapa perjalanannya ke California bisa segampang itu. Urusan visa, tempat tinggal, dan segala tetek bengeknya, kenapa bisa hanya dalam waktu kurang dari satu bulan.Raina belum betulan sembuh pasca operasi di bahunya, juga belum betulan sembuh tentang mentalnya. Namun dia harus dihadapkan dengan cerita baru setelah ini. Selama kuranglebih dua minggu setelah dirinya keluar dari rumah sakit, tak ada kabar apapun dari teman temannya. Saka, Ecan, Lia juga Arjuna.Hanya seorang teman yang entah kenapa selalu hadir dan duduk menemaninya ngobrol berteman secangkir kopi di depan rumah. Seorang yang
Читайте больше
Bab 50
 **Sidang keputusan akhirnya berakhir. Tak ada yang berdiri bertepuk tangan, dan lucunya tak ada seorang yang menunduk menyesal. Tak ada tawa pun tangis. Karena yang Raina lihat dan dengar hanya gamang. Arjuna menunduk dengan raut tidak terlihat. Digiring setelah sidang keputusan selesai. Mama dan seluruh keluarga Arjuna juga langsung bangkit. Satu persatu menyisakan Raina dan Satria yang masih menunduk tak saling bicara. "Ini terakhir ya, Sat?" Raina berkata lirih. "Gue nggak berani memutuskan. Tapi keadaannya bilang begitu." "Berarti gue harus ngomong sama dia."Dan pada akhirnya Raina berhadapan dengan Arjuna. Cowok itu menatap tunduk Raina yang dalam. Dibataskan meja dalam satu ruang, Arjuna tersenyum semu. Sedang Raina memutuskan untuk tetap tenang. "Hai, Rai. Gimana keadaan lo?" Raina mendongak. Menatap senyum Arjuna yang masih sama. Masih sama seperti awal mereka bertemu. 
Читайте больше
Предыдущий
123456
DMCA.com Protection Status