All Chapters of Pria Sampah Tak Terduga: Chapter 11 - Chapter 20
155 Chapters
11
  Sudah seluruh kota Rengganis telusuri namun ia masih belum bisa menemukan keberadaan Juan dan gurunya. Ia berdecak kesal karena sudah seharian mencari namun tak mendapatkan hasil. Secara kebetulan ia berhenti di depan  sebuah restoran. " Pelayan ! " Seru Rengganis. Seorang pria bertubuh kecil menghampirinya. " Iya,  mau pesan apa Nona?," " Aku pesan semua makanan yang terbaik yang ada di restoran ini ," Senyum Pria itu sumringah mendapat pesanan  dengan jumlah yang banyak apalagi dari seorang gadis yang cantik. Pria itu bergegas ke dapur mengambil pesanan Rengganis. Rengganis hanya terdiam sembari  menunggu pesanan nya, namun, tiba-tiba pria yang berada tak jauh dari mejanya sedang menyebarkan sebuah gosip, meski tak tertarik dengan gosip, namun ia terpaksa mendengarkan nya karena jaraknya  yang dekat serta
Read more
12
Pria itu memimpin jalan yang akan mereka tuju,  mereka kini sudah sampai kesebuah area hutan terlarang,  Mengapa hutan itu  terlarang?, sejak dulu sudah tersebar sebuah berita bahwa konon hutan itu sudah memakan korban dengan jumlah yang banyak,namun tak ada saksi atau  bukti yang kuat tentang kebenaran tersebut, anehnya  orang-orang langsung mempercayai rumor tersebut tanpa menyelidiki tentang kebenarannya.   " Berapa lagi kita akan sampai?" tanya Rengganis.   Pria itu menghentikan langkahnya.   " Nona bisakah kita berhenti sejenak?, kita sudah berjalan seharian, kakiku sudah tak kuat untuk berjalan. "   "  Tak ada waktu untuk kita beristirahat."   Pria itu merengek, " Nona aku hanyalah manusia biasa, berbeda dengan mu, "   " Baiklah, aku beri waktu satu dupa. "   Pria itu mengangguk , tangan kanannya merogo
Read more
13
Gentala mengutuk dirinya sendiri karena  harus terjebak di dimensi yang di ciptakan oleh tangannya sendiri. Senjata makan tuan. Entah sudah  ke berapa kalinya ia terus mengutuk dirinya sendirinya. Andaikan  saja ia bisa mencegah Juan agar tidak bertindak gegabah, pastinya ia tak akan mengalami siksaan seperti ini. Jika saja ia memiliki kekuatan seperti dulu, mungkin ia sudah meratakan tempat itu tanpa pikir panjang. Kedua tangannya ia tangkup meminta do'a " Oh Dewa Agung, kumohon datangkan lah seseorang yang bisa menyelamatkan murid tercintaku, aku berjanji akan lebih mencintai murid ku, melebihi siapapun di dunia ini ," Seakan dewa mendengar dan mengabulkan  do'a  nya. Entah bagaimana caranya dia bisa datang, Rengganis si gadis galak datang diwaktu yang sangat tepat, ia juga tak segan-segan  mengeluarkan binatang spiritualnya, Ragnarok. Seekor kelabang raksasa yang memenuhi langit dengan tu
Read more
14
Perlahan Juan membuka kedua kelopak matanya, kepalanya terasa sakit, tak hanya kepalanya bahkan sekujur tubuhnya terasa ngilu. terutama di bagian tulang rusuknya.   Rengganis yang menyadari dirinya telah siuman, berlari keluar mencari tabib.   Setelah kepergian Rengganis, Juan pun langsung mencari sosok gurunya, namun keberadaannya  tak ada dimana pun, ia menoleh kesamping dan hanya menemukan sosok Widura yang tengah tertidur pulas.   Tak lama kemudian  seorang tabib muncul bersama Rengganis  dari balik pintu. Juan menatap pintu itu berharap seseorang yang di tunggunya muncul. Akan tetapi sosok yang di tunggunya tak kunjung datang membuatnya mendesah kecewa. ' apakah guru masih marah pada ku? ' batinnya.   Tabib itu menaruh jarinya pada pergelangan tangan Juan lalu memeriksa denyut nadinya, " Dia sudah baik-baik saja, tapi masih memerlukan istirahat total kurang lebih selama tiga hari,
Read more
15
" Ahh ya benar seperti itu, uhh enak sekali, bisakah kamu mempercepat temponya? "   " Baiklah," Juan menurut.   " oh iya begitu, tak ku kira ternyata kamu pandai juga ," pujinya, Juan tersenyum bangga.   ' Brak!!!' pintu di buka secara paksa hingga pintu itu terlepas, tak lama kemudian  nampak Rengganis di ambang pintu, wajahnya merah padam menahan amarah, ia berjalan kearah mereka.   " Guru macam apa kau ini?!!" berangnya.   Gentala yang menikmati pijatan dari muridnya berkata santai, " aku adalah guru yang tampan dan baik hati, apa lagi?. "   Rengganis mendengus. " Baik hati? baik hati apanya ? Juan baru saja sembuh dari lukanya dan kamu sudah menyuruhnya melayani mu! "   " Apa kamu tak takut cepat tua? "   " Jangan mengalihkan pembicaraan! "   " Aku tak mengalihkan pembicaraan, aku hanya m
Read more
16
Pasir keramat merupakan sebuah padang pasir tak berujung. Sejauh mata memandang hanya terdapat pasir yang membentang luas, akan tetapi tempat ini merupakan salah satu gerbang menuju gudang senjata. Banyak korban berjatuhan terutama manusia biasa yang mati kelaparan dan kehausan. Terkadang mereka mati karena dimangsa  oleh laba-laba yang menghuni tempat itu sekaligus penjaga gerbang menuju tempat gudang senjata.    Juan yang sudah sepenuhnya sembuh melanjutkan perjalanan dengan ditemani oleh Widura yang selalu melingkar dilehernya serta Rengganis dan Andara yang menemani perjalanan nya , tentunya Gentala ikut namun bukan dalam bentuk manusianya melainkan sebuah kalung yang sebelumnya melingkar di leher Juan. Sebelumnya ia beralasan pada Rengganis dan Andara untuk pergi kesuatu tempat, dia bahkan  berpura-pura menitipkan Juan pada Andara.   " Tolong jaga murid kesayanganku." pintanya pada Andara.    And
Read more
17
" Apa kamu akan membiarkannya mati? " Juan menggeleng. " Kalau begitu tolonglah, paman yakin kamu pasti bisa melakukannya, karena kamu adalah seorang anak jenius."   Juan kembali terdiam.  " Juan!!" Juan tersentak kaget, ia memandang wajah paman Ranu lalu memandang pria yang tengah berbaring lemah, tubuhnya terus menegluarkan keringat yang banyak, bahkan wajahnya terlihat gelisah. Tangan Juan mengepal kuat. " Tapi kita tak memiliki bahan obat untuk mengeluarkan racun yang berada dalam tubuhnya. " Ranu terdiam ia meletakkan tangannya di dagu seraya berpikir, mendongkak. " Jenis bahan apa yang kamu perlukan? " " Tanaman Kumis Kucing, Rumput Wangi serta Bunga Kaliandra. " " Jika rumput wangi dan bunga kaliandra, disini kita memilikinya, kebetulan aku selalu membawanya kemana-ma
Read more
18
Meski Juan berhasil mengeluarkan seluruh racun dari tubuh pria itu, namun pria itu tak ada tanda-tanda akan sadar. Juan pun menjadi cemas, setiap pagi selalu memeriksa denyut nadi pria  itu, tapi tak menemukan sesuatu yang janggal, tapi kenapa pria itu tak kunjung sadar?. " Paman? apa menurutmu aku melakukan kesalahan? " tanya Juan Ranu menggeleng. " Sepertinya tidak. " " Lantas mengapa dia tak kunjung bangun? " Ranu pun meletakkan tangan nya di dagu. " Paman pun tak tahu, kita tunggu tiga hari lagi. " " Bagaimana jika dia  sudah melewati tiga hari, dan dia masih tidak sadarkan kan diri? " Tanya Andara penasaran. " Mungkin kita harus. .  " Tunggu, lihat dia! " Rengganis berkata.  Tubuh pria itu tiba-tiba bergerak secara gelisah, tubuhnya mulai mengeluarkan  banyak keringat. 
Read more
19
" Apa yang ingin paman katakan padaku? " tanya Juan. Ranu memandanginya lekat. " Kenapa paman memandangiku seperti itu? " " Sejak kapan? " Juan memiringkan kepalanya. " Sejak kapan apa? "  Ranu menghela nafas. " Sejak kapan kamu memiliki kekuatan? " Juan tertegun. " So-so-soal itu . . . " kepalanya tertunduk seraya meremas ujung bajunya. Ranu berjalan  mendekatinya, Juan semakin gugup. Tanpa diduga Ranu menarik Juan kedalam pelukannya. Mata Juan terbeliak. Tangan Ranu mengelus puncak kepalanya lembut seraya berkata, " tidak apa-apa jika kamu tak ingin memberitahu paman. " Juan mendongkak, Ranu tersenyum. " Paman ikut senang, akhirnya kamu sudah punya kekuatan sendiri, berhati-hatilah. Kita tak tahu, takdir apa yang akan menunggumu dimasa depan? " Juan  terdiam sesaat lalu mengangguk
Read more
20
" JUAN AWAS!!!" teriak Andara. Juan menoleh, namun terlambat, salah satu tentakel monster itu mengenai tubuhnya hingga terpental jauh. ' Brak ' tubuh Juan  menabrak gunung, hingga menciptakan retakan yang besar. ' Uhuk. ' Juan memuntahkan banyak darah dari dalam mulutnya.  " JUAN! " pekik Andara. Tangan Andara mengepal kuat, matanya melotot marah kearah monster Gurita di depannya. " BERANINYA KAU!! "  berangnya, dengan sisa kekuatan spiritualnya. Andara memasukan semua kekuatannya pada anak panah terakhirnya. ' Syut ' ' Bledum ' anak panah itu melesat seperti petir mengenai mata monster gurita itu.  seluruh  dataran bergetar hebat akibat gerak tubuh dan raungan kesakitan yang dikeluarkan dari monster gurita itu. Marah, monster gurita itu menangkap dan mencengkram tubuh Andara dengan sangat kuat, rona pada wajahnya mulai memucat, Andara bahkan mulai mengalami kesulitan untuk b
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status