Semua Bab Pria Sampah Tak Terduga: Bab 41 - Bab 50
155 Bab
41
Berkat bantuan dari sang kakek, Pada akhirnya Juan mendapatkan kamar yang lebih baik dan lebih besar dari sebelumnya, bahkan kamar itu hanya di huni oleh dirinya sendiri, tak seperti sebelumnya yang harus di huni oleh empat orang. Selain ruangan kamarnya yang luas, terdapat pula halaman kecil di sana yang bisa di gunakannya untuk menanam tumbuhan herbal. Juan begitu senang, di kamar ini pula ia  bisa dengan bebas  memanggil guru beserta hewan spiritualnya tanpa takut di ketahui oleh siapapun. " Apa ini sejenis takdir? atau aku ini memang pembawa keberuntungan di hidup mu? " ucap Gentala, seraya memperhatikan setiap sudut ruangan, yang di rasanya cukup mewah untuk ukuran seorang murid yang memilki kekuatan rendah, Gentala juga berpikir, betapa sialnya Suma karena sudah bertemu dengan muridnya. Juan terdiam sejenak, tangannya mengelus lembut bulu Widura yang berada di pangkuannya. " Apa maksud guru? aku tidak men
Baca selengkapnya
42
Rengganis heran, kenapa setiap kali dirinya berpisah dengan Juan? tak peduli mereka berpisah lama atau pun sebentar, pasti  akan selalu ada seorang gadis baru yang berdiri  di sisi Juan. Akhir-akhir ini kepalanya terus di dera rasa sakit, mungkin karena sikap Ling ling terhadap Juan yang membuatnya terus sakit kepala. Karena keberadaan Ling ling membuatnya lupa untuk memberi tahu Juan, tentang  apa yang telah ia temukan tentang Bismo. Setelah mengorbankan waktu tidurnya untuk  mencari  jejak keberadaan Bismo dan ibunya,  akhirnya Rengganis menemukan titik terang, dirinya berhasil menemukan jejak dari mereka berdua yang  sebelumnya sempat menghilang tanpa jejak, besar kemungkinan Bismo tahu pasti tentang pria berjubah hitam yang di cari oleh Guru Juan, Gentala, namun dirinya selalu lupa untuk memberi tahu pada Juan untuk menyampaikan pesannya, karena dirinya  terlalu sibuk menjauhkan Juan dari Ling ling
Baca selengkapnya
43
Berkat kata-kata Juan. Rengganis pun memutuskan untuk menjadi lebih sabar lagi, meski pun Gentala terus menerus menguji kesabarannya. Seperti memujinya sebagai putri yang bijaksana, cantik, serta memiliki hati yang begitu bersih. Tak seperti seseorang seraya meliriknya. Dia bahkan sangat mengangung agungkan sosok Ling ling. Dan pada akhirnya Rengganis pun tak bisa menahannya. ' Brak! ' ia  memukul meja itu dengan keras menggunakan gelas ditangannya, kedua matanya melirik Gentala.  " Tuan Gentala, sepertinya kita harus berbicara empat mata. " Rengganis berkata dengan senyum yang di paksakan.  Semua orang tersentak, kecuali Gentala yang tengah menahan tawa. " Tentu, " melirik wajah Ling ling, seraya tersenyum simpul. " nah Putri Ling ling, izinkan saya  yang rendah ini untuk  undur diri sejenak, " ucapnya lalu mencium  punggung tangan Ling ling dengan lembut, Andara merasa iri melihat pemandan
Baca selengkapnya
44
Setelah mendengar penjelasan dari Wijaya, sang kepala desa, mengenai hutan dan beberapa larangan yang tak boleh di lakukan di dalam hutan, termasuk memasuki gunung keramat, yang tak boleh di masuki oleh siapa pun.Konon katanya, di dalam gua tersebut terdapat penunggu yang berbentuk siluman Kera, dan bagi siapa pun yang berani memasuki tempat itu tanpa izin, maka siluman itu akan langsung membunuhnya dan memakannya. Juan dan kawan-kawan pun pergi kedalam hutan untuk menyelidiki kasus menghilangnya para hewan spritual di hutan itu dengan menggunakan kuda. Seperti biasa Ling ling dan Rengganis akan berebut posisi agar bisa lebih dekat dengan Juan,  sedangkan Andara merasa senang karena di biarkan berdua saja dengan Gentala.Gentala sendiri hanya bisa melihat tingkah ke dua wanita yang tengah  memperebutkan satu-satunya murid yang di milikinya, ia pun mulai menimbang-nimbang untuk memilih siapa yang pantas untuk menjadi istri muridnya d
Baca selengkapnya
45
Setelah Juan dan Ling ling pergi, Rengganis pun  langsung mengirimkan petirnya ke arah orang-orang berjubah hitam  yang tengah sibuk memasukkan para hewan ke dalam gua. ' Jdarrr!! ' petir itu menyambar sebagian orang yang  tengah membawa para hewan itu membuat  para hewan pun terjatuh dari tangan mereka  bersama sangkarnya. Begitu terjatuh, para hewan itu langsung  menjerit seakan-akan  meminta untuk di keluarkan dan di lepaskan  dari sangkar yang mengurung mereka, sedang kan orang yang terkena  petir milik Rengganis  mati gosong seketika. Serangan dadakan yang di kirim Rengganis, membuat orang-orang berjubah hitam itu panik, sebagian dari mereka  lari berhamburan karena ketakutan, sebagiannya lagi langsung meningkatkan tingkat kewaspadaannya. mereka pun mengeluarkan senjata dan  bersiap-siap untuk menerima serangan kedua, berbeda dengan orang yang memakai jubah
Baca selengkapnya
46
Meghilangnya Juan secara tiba-tiba membuat Ling ling cemas sekaligus kebingungan, bagaimana bisa pria yang baru saja bersama dengannya hilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak sedikit pun? seakan-akan  di telan oleh bumi. Dirinya tanpa henti terus mencari keberadaan Juan dengan bantuan beberapa boneka tanah yang ia ciptakan. Setelah sekian lama mencari dan belum membuahkan hasil. Ling ling yang tak kenal menyerah, kembali menambah jumlah boneka tanahnya  yang bahkan mencapai jumlah ratusan, melebihi batas kemampuannya. Di sisi lain, Andara dan Rengganis tengah bertarung dengan sengit melawan orang-orang berjubah hitam yang kini jumlah mereka terus bertambah dan mengepung keduanya dengan berbagai serangan dari segala arah.Suara dentingan pedang Rengganis dan tombak Andara  yang beradu dengan pedang lawan terdengar nyaring, di ikuti  suara petir yang bergemuruh di atas langit. Meski Rengganis dan Andara adalah se
Baca selengkapnya
47
Ucapan yang keluar dari  mulut Agribrata, membuat Gentala marah, meski dirinya tak bisa menyangkal kebenaran tentang tubuh muridnya yang memang sudah  di takdirkan  untuk menjadi wadah baru untuk  jiwa tuan lamanya. Nayaka Gantari. Namun ketika orang lain  yang mengatakannya membuatnya kesal dan marah. Akan tetapi ada sesuatu yang tak di ketahui oleh semua orang kecuali dirinya, yaitu ada  jiwa si hitam bersama tuannya di dalam tubuh muridnya. Dirinya tak pernah menyangka hal seperti itu bisa terjadi. Pertemuannya dengan Argibrata kali ini membuat Gentala menyadari bahwa muridnya akan menjadi incaran setelah ini,  membuatnya  bertekad untuk melindungi dan tak akan   menyerahkan muridnya pada siapa pun, apalagi memanfaatkannya untuk membangkitkan yang sudah tak ada di dunia,  selain bisa membahayakan nyawa dari muridnya, ia juga takut, kelak ia tak akan pernah bisa melihat sifat naif dan polos dari murid satu
Baca selengkapnya
48
Kera raksasa itu terdiam tak menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Juan, Namun ke dua matanya  menatap lekat pada  wajah Juan. Suasana pun menjadi hening.  Telalu lama menunggu jawaban, membuat leher Juan  terasa pegal dan mati rasa, ia pun memutuskan untuk  kembali menundukkan kepalanya, seraya kembali mengolesi luka pada tubuh kera raksasa itu. " Aku tahu, pasti sulit untuk memberitahu ku, jadi. . . " Malam itu adalah malam  bulan purnama, dimana kekuatanku akan berkurang dari setengahnya. " Ucapnya tiba-tiba, Juan kembali  menengadah menatap kera raksasa itu, dan  menghentikan sejenak aktifitasnya. " Lalu? " tanya Juan, tangannya kembali mengolesi obat yang berada di tangannya " Entah dari mana mereka bisa tahu bahwa aku memiliki siklus melemah ini?  Bahkan rakyat ku saja tak mengetahui hal tersebut, tapi malam itu mereka datang menyerang gunung in
Baca selengkapnya
49
Di tengah hutan yang rimba, Bismo dan ibunya tengah berlari tergesa-gesa, dirinya terus berlari  seraya menekan luka pada pergelangan tangannya yang terus mengeluarkan banyak darah. " Sial, sial sial. " Umpat Bismo " Siapa pria kuat itu? bukankah Argribrata mengatakan bahwa dia akan mengawasinya? lalu kenapa dia bisa datang? bahkan dengan berani memutus tangan ku, beruntung, aku memiliki banyak  orang yang melindungi ku, jika tidak? kepalaku pasti sudah terpenggal. "  Sambungnya seraya terus berlari seraya menekan luka pada tangannya. Rona wajahnya sudah menjadi pucat pasi akibat terlalu banyak mengeluarkan  darah. Sang ibu yang mellihat rona pucat pada wajah putranya, membuatnya khawatir. " Anak ku, bagaimana kalau kita berhenti sejenak? wajah mu  sudah terlihat sangat  pucat. " Bismo pun menghentikan langkahnya, menatap raut khawatir pada wajah ibunya. " Diam kau!. " marahnya seraya mendor
Baca selengkapnya
50
Juan terdiam menatap serpihan potongan dari tubuh Bismo yang  berserakan di tanah, sesekali  melihat tulang belulang dari tubuh ibu Bismo, Juan pun berinisiatif mengambil dan mengumpulkan sisa-sisa potongan dari tubuh pasangan ibu dan anak itu, setelah semuanya terkumpul, lalu membakarnya  seraya mendo'akan mereka. Dan membiarkan jasad mereka terbakar  sampai menjadi abu. Setelah selesai dengan urusannya, Juan pun  memutuskan untuk kembali ketempat guru dan teman-temannya berada. Sesampainya  di sana, Juan bisa  melihat  sudah ada Wijaya sang kepala desa dan para warga yang datang membantu  menangkap  sisa para orang-orang berjubah hitam untuk di interogasi, tak lupa mereka  memberi pertolongan pertama pada kedua temannya Rengganis dan Andara yang terluka parah. Namun ia  tak bisa  menemukan keberadaan  Kera raksasa itu dimana pun. Juan pun  berjalan, mencoba mencari
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status