All Chapters of Pria Sampah Tak Terduga: Chapter 21 - Chapter 30
155 Chapters
21
Sudah beberapa hari, Gentala harus terjebak di dalam di dalam dimensi yang di ciptakan oleh dirinya sendiri, jika saja ia tak menghabiskan kekuatannya untuk melawan orang berjubah hitam itu mungkin saja ia tak akan berakhir semenyedihkan ini, apalagi keberadaan Ranu yang muncul secara tiba-tiba dan membuatnya tak bisa berbuat apa-apa, untung saja ia pandai mendeteksi  spiritual seseorang, jika tidak, mungkin saja rahasia kecil dengan muridnya akan terbongkar begitu saja. Namun jika harus memilih ia lebih baik mendengar kata-kata pedas yang keluar dari mulut Rengganis dari pada harus terjebak di dalam dimensinya, setiap hari ia hanya  bisa memperhatikan mereka yang bercanda ria seraya menyantap ayam panggang. Hari ini Ranu bahkan mengajarinya berupa gerakan tarian angin. Siang dan malam, Juan terus mengulangi gerakan yang di ajarkan oleh Ranu padanya tanpa mengenal rasa lelah.   " Juan gerakan mu semakin bagus, paman tidak
Read more
22
Juan memegang perutnya yang sakit, terdapat darah dari sudut bibirnya, " Guru, uhuk uhuk uhuk. " Panggilnya, kembali memuntahkan darah. Gentala melirik muridnya, " diamlah murid bodoh, akan aku selesaikan dalam satu serangan. "  Gentala memotong salah satu tentakel monster gurita  yang mencengkram tubuh Andara menggunakan kipasnya hingga menjadi beberapa bagian, tubuh Andara lepas dari cengkramannya, tubuhnya melayang di udara, Gentala menangkap tubuhnya yang ramping, matanya perlahan terbuka, ia tercengang dengan kehadirannya, " Tuan Gentala? bagaimana bisa? " katanya lalu tak sadarkan diri. Gentala pun membawa tubuh Andara kesisi Juan tak lupa ia pun kembali dan membawa tubuh Kerta putra.  " Jagalah mereka. " katanya seraya pergi, namun tangan Juan menahan kepergiaannya, menatapnya dengan tatapan, takut serta khawatir, " Jangan pergi, " Gentala tersenyum, meraih tangannya seraya berk
Read more
23
Mata itu menatapnya penuh kecewa, kedua matanya mengeluarkan air mata yang mengalir begitu saja membasahi kedua pipinya,  darah segar mengalir dari sudut bibirnya. " T-t-tuan? " tangan  yang bergetar serta berlumuran darah mencoba  menyentuh wajahnya. Namun, ' Jleb ' ia menusukkan pisau itu seraya berkata " Maafkan aku. " membuatnya memuntahkan banyak darah  dari dalam mulutnya . " Guru! " teriak Juan. ia terbangun dari mimpi buruknya, menatap tangannya tak percaya, air matanya mengalir begitu saja membasahi kedua pipinya. Andara yang ikut terbangun, kaget mendengar teriakan Juan yang tiba-tiba membuatnya penasaran ." Ada apa Juan? " tanyanya, bangun lalu menghampiri Juan. Berbeda dengan  Kerta Putra yang tak terusik sama sekali bagaikan putri tidur. Tubuh Juan bergetar, mimpi itu terulang lagi, dimana gurunya meninggal di tangannya sendiri. Setiap mimpi itu datangm Juan beru
Read more
24
" Kenapa? " " Kenapa apanya? " " Kenapa kamu menyelamatkan ku? " Hening sesaat, " apa aku perlu alasan untuk menolong temanku sendiri? " Andara berdiri  di belakang Juan dan menatap  tak suka pada Kerta Putra.  kepala Kerta Putra menunduk seraya memeluk bola itu seakan -akan bola itu adalah nyawanya yang harus dilindunginya dengan sepenuh jiwa. " Sampai kapan kalian akan terus diam seperti itu, waktu kita sudah tak banyak lagi, lebih baik kita bergegas menuju ketempat selanjutnya. " Andara berkata, berjalan keluar dari dalam gua. Mereka berdua pun mengikutinya dari belakang tanpa kata. Mereka kini pergi menuju ketempat terakhir, yaitu gunung merapi yang terletak di pulau terpencil, Kerta Putra bergidik ngeri melihat lava  yang bergejolak dari dalam gunung itu, " apa kalian yakin, akan memasuki tempat itu? " Kerta bertanya. 
Read more
25
Terdapat lima jenis kujang di dunia ini yaitu kujang tembaga, perunggu,logam, perak dan emas. Kujang tembaga memiliki unsur  udara, kujang  perunggu memiliki unsur tumbuhan, kujang logam memiliki  unsur air, Kujang Perak memiliki unsur tanah dan Kujang emas memiliki unsur Api, kelimanya memiliki unsur bumi yang begitu kuat, seperti kujang emas yang berada di depan mata Juan, kujang itu mengeluarkan aura yang begitu kuat, meski berbeda dengan element dasarnya namun kujang emas itu sep seakan-akan  memanggilnya, detak jantung nya terus berdegup kencang bahkan tanpa sadar, Juan melangkahkah kakinya ke lava itu hingga Andara menyadarkan nya dengan menarik tubuhnya menjauh dari tebing. " Juan, apa kamu lakukan? !" pekiknya, Juan pun terlonjak kaget lalu tersadar, " a-a-aku, apa yang terjadi? "   " Kamu baru saja akan melompat kedalam lava itu, untung saja Andara sadar dengan sikap mu yang tiba-tiba menjadi aneh, dan secara tepat waktu menghentikan
Read more
26
Mereka berdua pun mulai menyerang iblis api itu, Gentala berusaha  menciptakan ombak yang  besar dari air yang mengelilingi  gunung itu, yang akan dia gunakan untuk memadamkan api pada tubuh iblis api itu, sedangkan Juan membantunya memblokir serangan yang di layangkan  iblis api itu, ombak itu secara perlahan terbentuk melebihi tinggi tubuh iblis api itu.   Menyadari sebuah ombak datang  menghampirinya, iblis api itu langsung memasang penghalang dengan apinya, yang bahkan  lebih besar dan lebih tinggi dari ombak yang di ciptakan Gentala, jarak antara air dan api itu semakin dekat, hingga air dan api itu saling bertubrukan menciptakan hawa panas serta kabut yang begitu tebal hingga menutupi seluruh area pulau serta menelan tubuh Gentala dan monster api itu.   Tubuh Juan sedikit terhempas, beruntung, Widura berhasil memblokir  udara panas itu. Perlahan  Juan membuka kedua matanya dan menundukan pandanga
Read more
27
Juan pun langsung  melayangkan beberapa serangan dengan kekuatan yang baru di dapat nya dari tombak itu, menyerangnya dengan jutaan jarum es. Jarum es itu meluncur dengan cepat kearah iblis itu dan mengenainya, namun, bagaikan memiliki kulit sekeras baja, serangan yang Juan layangkan tak berdampak sedikitpun pada tubuh iblis api itu , bahkan tubuh  iblis  api itu masih berdiri  kokoh dengan lava yang masih  melapisi seluruh tubuhnya, Juan tertegun sesaat, bagaimana bisa iblis api itu bisa menahan serangan yang di layangkannya? tak ingin menyerah begitu saja, dia pun menggunakan tombaknya untuk membuat tsunami, namun  seakan tahu pergerakan lawan selanjutnya, iblis api itu terus menerus melayangkan seranganya kepada  Juan dengan bola-bola apinya, mau tak mau Juan pun bersusah payah menghindari dan memblokir bola api itu agar tak mengenai tubuhnya. Berkat serangan yang terus di layangkannya, membuat pergerakan Juan menjadi terbat
Read more
28
Di dalam hutan yang rimba, ada  sepasang anak dan ayah, juga satu orang paman. Tengah mengintai seekor mangsa buruan mereka dibalik semak-semak belukar. Didepan mereka terdapat seekor rusa yang tengah melahap rumput, tanpa tahu bahwa dirinya tengah di intai oleh orang-orang yang ingin memangsanya. Sang ayah berdiri di belakang tubuh sang putra. " Buka kedua kakimu selebar bahu, tubuhmu harus berdiri dengan  tegak, tarik tali busurmu hingga menyentuh hidung, " Juan pun terdiam seraya mendengarkan arahan dari sang ayah dengan seksama, " pastikan kedua bahumu sejajar, dan pertahankan posisimu,  bidik target mu lalu. . . . tembak sekarang. " titahnya  ' Syuuuuut, ' anak panah itu terlepas dari tangannya, dan melesat dengan kecepatan angin. ' jleb ' anak panah itu mengenai tepat di  kepala rusa itu, sehingga rusa itu  mati di tempat, Ranu dan Ayah Juan bersorak ria atas keberhasilan pertamanya. " Kerja bagus, kamu me
Read more
29
" Guru, bukankah ini sedikit kejam?! " ungkap Juan, seluruh tubuhnya mulai gemetar. Gentala yang tengah  menikmati secangkir teh mendelik tajam kearah muridnya, " Coba kamu ulangi lagi perkataan mu tadi. " Bulu kuduknya berdiri, ketika mendengar jawaban dingin dari sang guru  membuat mulut Juan seketika  bungkam, Gentala pun menghentikan aktivitasnya  menikmati teh, menghampiri Juan yang sudah gemetar,  " bagaimana ini bisa di sebut kejam? kamu hanya mengangkat batu kecil. tak lebih dan tak kurang. " " Apa  batu yang setara dengan ukuran sapi itu terbilang kecil? " tanya Juan dengan susah payah. " Tentu saja, aku bahkan dulu bisa menahan beban yang lebih besar darimu, tapi aku tak pernah merengek dan menngeluh seperti dirimu ini sekarang." timpalnya santai,  " dan jangan bilang kalau kita berbeda, tentu saja kita sangat jauh berbeda dalam segala hal. Jangan hanya ka
Read more
30
Di Desa Rinjing, terdapat sebuah pertandingan yang selalu  mereka adakan setiap tahunnya, yang bertempatkan di balai Desa. Semua warga dari kalangan dewasa sangat menantikan pertandingan itu, apalagi hadiah  setumpuk emas yang mereka tawarkan sangat tak main-main bahkan menarik  banyak minat  bagi siapapun, termasuk Gentala. Sebelum menuju tempat pertandingan, Juan dan  Gentala ingin memanjakan diri lebih dulu dengan  menikmati jajanan yang dijajakan oleh para pedagang jalanan. Layaknya sebuah pasar, ada  begitu banyak jenis makanan yang mereka tawarkan sehingga memenuhi jalanan menuju balai desa, para pedagang menawarkan berbagai makanan yang menarik, salah satunya sate katak hijau. Gentala yang merasa terpanggil menghampiri pedagang itu, katak-katak hijau yang telah dibakar dan di lumuri bumbu spesial  berjajar begitu rapih, meski ia sedikit jijik namun rasa penasarannya lebih tinggi dari pada rasa j
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status