All Chapters of Housemate: Chapter 11 - Chapter 20
22 Chapters
Kembalinya Sang Mantan
 Lama Satria menunggu Nasha tak kunjung membuka mulut. Berdecak kesal Satria kembali mendekat. "Ada apa?" ulangnya."Cie, khawatir nih ye," goda Nasha. Sontak saja mata Satria membola. Dia ini sudah khawatir dan mengira Nasha akan bercerita dengan jujur apa yang sedang dirasakannya. Ternyata malah dapat zonk."Emang salah, Nas khawatir sama kamu."Nasha terkikik geli melihat raut wajah masam Satria. "Satria, kali ini serius." Sesuai dengan ucapannya Nasha memasang raut wajah serius.Tangannya menggenggam lengan Satria. "Nanti beliin charger ya. Charger aku ilang gak tau kemana. Pasti Bian cemas banget karena hp aku gak aktif." Nasha tidak bohong. Raut wajahnya menunjukkan keseriusan dan charger ponselnya memang hilang. Itu juga terjadi 2 hari yang lalu. Entah dimana charger itu."Kemarin Bian kesini," suara Satria terdengar santai."Loh, kok gak bilang sih, Sat," protes Nasha."Kamu mabok."Itu kan hanya tebakan Satria. Pa
Read more
Pelecehan
Sesuai apa yang dikatakan Satria tadi formasi temannya lengkap. Nasha tersenyum senang saat melihat Dewangga memasuki bakerynya. Senyum Nasha semakin lebar saat Dewangga mendekat padanya."Pagi, Nas. Satria bilang lainnya sudah datang. Mereka dimana?""Di atas, Kak. Kak Dewa mau diantar?"Modus sedikit tidak masalah lah ya. Lagipula ini juga pertama kalinya Dewangga menginjakkan kaki di bakerynya tentu pria itu tidak banyak tahu tentang bakerynya. Kalau nanti Dewangga kesasar ke kamarnya bagaimana?Kalau Nasha senang-senang saja. Tidak tahu kalau Satria akan mengamuk nantinya."Iya."Aneh sekali si Dewangga ini. Seingat Nasha saat masih SMP yang tentunya saat Dewangga, Satria and the genk masih kuliah, Dewangga itu tidak seserius ini. Ini kenapa Dewangga jadi serius sekali?"Eh, Cil, astaga, udah gede aja nih anak. Lo apa kabar, Cil?"Nasha mendengus begitu sampai di roof top. Tadi saat teman-teman Satria datang dia masih sibuk
Read more
Nasha si Bodoh
"kamu tahu, Nas apa yang barusan kamu lakukan itu termasuk pelecehan seksual."Senyum Nasha luntur. Raut wajahnya berubah jadi bingung. Dahinya berkerut-kerut. Sedangkan sosok didepannya masih memasang raut wajah datar."Loh, emang iya?" tanya Nasha pura-pura bodoh.Dewangga mendengus dan menurunkan tangan Nasha yang sedari tadi nyaman hinggap di dadanya. Heran. Nasha ini lulus sekolah karena nilainya bagus atau karena uang orangtuanya? Dewangga curiga ijazah Nasha hasil dari menyogok."Iya. Kamu nggak seharusnya melakukan skinship seperti tadi ke sembarang orang."Mengangguk paham Nasha kembali tersenyum lebar dan dengan tidak ada rasa kapok Nasha kembali mengusap dada bidang Dewangga."Kamu dulu juga pernah loh kayak gitu ke aku. Pas dari bazar. Pas itu aku masih kelas 2 SMA, aku masih 16 tahun, masih di bawah umur, Kak Dewa."Dewangga kicep. Cuma bisa pasrah. Tidak menyangka Nasha akan membalasnya dengan mudah."Jadi, ayo ki
Read more
Ajeng Terkamjagiya
  Nasha merasa aneh dengan Satria yang menungguinya mencuci peralatan makan sambil menatapnya tajam. Pertanyaan yang dilemparnya tadi saat Satria kembali usai mengantar Dewangga belum juga mendapatkan jawaban. Oh my God! Gerakan tangan Nasha yang tengah membilas piring terhenti. Dia lupa tidak menanyakan nomor WhatsApp Dewangga. Ck, Nasha sudah semakin tua saja. "Kenapa?"  "Tadi kamu ngerjain Dewangga 'kan?"  Bola mata Nasha seakan mau keluar. Tuduhan macam apa itu? Hei! Sejak kapan Nasha pernah mengerjai cowok ganteng seperti Dewangga.  "Ngerjain apa sih, Sat," sanggah Nasha. Satria ngadi-ngadi.  "Ck, jangan ngeles ya, Nas. Kalau kamu nggak ngerjain dia nggak mungkin dia buru-buru pergi." Satria memandang Nasha dengan senyuman miringnya.  "Nggak percaya ya udah." Nasha membalas dengan santai lalu melenggang pergi begitu saja. Ini pasti Satria sedang melakukan wisata masa lalu saat Nasha
Read more
Datang Bukan Berarti Pulang
  "Eh, sorry," ucap Nasha sungkan saat bahunya tak sengaja menyenggol lengan seseorang. Bukan main senggolannya. Dirinya sendiri yang menyenggol malah dirinya sendiri yang hampir terjatuh. "Sekali lagi maaf ya," ulang Nasha. Begitu kepalanya mendongak bisa dia lihat Januar tersenyum manis padanya.  "Santai, Nas."  Nasha tersenyum canggung. Tidak tahu kalau yang pria itu adalah Januar. "Abang lagi cari apa?" tanya Nasha basa-basi. Tidak enak kalau nyelonong begitu saja.  "Cari kopi buat di kantor. Kopi yang dibeli OB nggak cocok buatku."  Oke, Nasha tahu. Meskipun jangka waktu mereka tinggal bersama tidaklah lama, tapi Nasha tahu kalau Januar tidak suka kopi sachetan. Dia lebih suka kopinya bapak-bapak alias kopi hitam yang biasanya dibungkus plastik bening.   "Kamu belanja banyak, Nas?" Januar melirik sekilas keranjang merah yang dibawa Nasha.  "Iya, ini beli sabun sama shampo." Nasha mana pernah
Read more
Bencana Baru Akan Datang
 "Masuk." Agarish menyingkir dari pintu. Memberi akses masuk untuk Januar dan Nasha. Tatap tajamnya pada Nasha tak berkurang sedikitpun bahkan sampai makan malam disajikan.  "Nasha sekarang masih pacaran sama Bian?" tanya Pak Tanubrata pada Nasha. Setelah sebelumnya menyampaikan kabar yang menggembirakan yaitu pertunangan Januar yang akan digelar dalam waktu dekat.  "Udah enggak, Pa." Ya kali dia masih mau pacaran sama Bian yang sudah tertangkap basah grepe-grepean sama perempuan lain dan lanjut nge-room sama perempuan yang sama juga.  "Nanti bisa dong kenalan sama anak kenalan papa. Nanti pas Janu tunangan kamu kenalan sama dia ya."Nasha tersedak. Akan dikenalkan pada seorang laki-laki yang mana anak dari teman pak Tanubrata. Man, itu bukan kabar baik. Nasha yakin pak Tanubrata akan menggiringnya dan si lelaki itu ke arah yang lebih serius. Kalau Nasha hanya mempermainkan lelaki itu bisa tamat riwayatnya. Citra pak Tanubrata bisa
Read more
Nasha Bertamu
  "Kamu? Kamu ngapain disini?" tanya Nasha dengan sinis pada salah seorang pelanggan.  "Mau beli kue, Mbak. Disini jualan kue 'kan?" balas pelanggan tersebut.  "Enggak. Saya jualan minyak goreng."  Nada ketus Nasha membuat pelanggan tadi menggaruk tengkuknya. Bingung. Dia ini datang membawa rejeki, loh! Kenapa diketusin?  "Mbak, jangan ngadi-ngadi ya. Entar rating bakery kita turun," peringat Jihan sambil berbisik. Merasa sungkan pada pelanggan tersebut. "Cari kue apa, Mbak? Biar saya siapin." Jihan beralih pada wanita berpakaian modis dihadapannya. Pelanggan adalah raja."Ekhem, emm, saya agak bingung sih kue apa. Boleh minta saran?"  Nasha masih memasang muka judes. Bersedekap dada mengawasi gerak-gerik Jihan dan pelanggan tersebut. Sedangkan Jihan agak bingung. Kue macam apa yang diinginkan pelanggannya itu.  "Kue buat acara apa ya, Mbak? Buat ngemil santai, hantaran, acara besar atau apa?"
Read more
Mas Future
"Mau bimbingan skripsi?"Nasha terkejut. Ternyata bukan Dewangga. Ya Tuhan! Jadi dia dikibulin sama mahasiswa tadi? Astaga."Eh, bu-bukan, Pak. Ekhem, saya, saya cari Mas Dewangga." Nasha sampai tergagap saat menjelaskannya. Pria itu kelihatan dingin sekali. Tatapannya juga sangat tidak bersahabat."Oh, cari Dewangga. Kamu bukan anak sini?" Otomatis Nasha menggeleng kuat-kuat. "Masuk saja dulu. Dewangga masih ada kelas."Ternyata itu betulan ruangan Dewangga. Baru saja Nasha ingin bersumpah ingin mencari mahasiswi yang tadi karena membohonginya. Tapi tidak jadi. Itu memang ruangan Dewangga. Hanya saja Dewangga masih ada kelas."Masih berapa lama lagi ya, Pak?" tanya Nasha. Merasa awkward. Begitu dia masuk dan duduk di salah satu kursi belum ada lagi percakapan."Sebentar lagi. Mungkin 10 menit lagi. Kamu tunggu saja ya," jawabnya ramah. Ini membagongkan. Maksudnya membingungkan. Tadi pria itu bersikap kaku, tapi sekarang tersenyum manis seka
Read more
Tidak Diharapkan
Pulang dengan dicarikan kendaraan oleh 'mas future' membuat Nasha sudah senang sekali. Apalagi kalau Dewangga sendiri yang mengantar. Pasti hati Nasha sudah 'berflower-flower'."Mbak, aduh, mikirin apa sih," tegur Jihan setengah kesal."Iya-iya maaf. Kenapa?""Ini pesanannya gimana? Jadi siapa yang ngantar?""Gue aja, Han. Gue mau sekalian cuci mata. Lo bagian jaga warung. Oke?" Tanpa menunggu persetujuan Jihan Nasha langsung ngibrit mencari tasnya.Dia dapat pesanan beberapa kotak kue dari sebuah perusahaan. Katanya sih untuk rapat. Di perusahaan itu pasti banyak cowok-cowok cakep kan?"Nanti kalau yang nyariin bilang aja kalo gue baliknya agak maleman ya," pesan Nasha."Itu mau nganter pesanan apa mau mangkal, Mbak? Lama amat. Perasaan sejam udah balik kesini lagi deh," protes Jihan.Sayangnya Nasha bodo amat. Memang tujuan utamanya bukan hanya sekedar mengantar pesanan."Permisi, saya dadi Aqila bakery. Ini pesanannya
Read more
Lah, Kok Ngamok?
"Bang," sapa Nasha sambil sedikit menunduk. Kesopanan."Kamu belum jawab pertanyaan saya," balas Agarish dingin."Tadi itu nggak sengaja kok. Bang Janu bantuin aku." Hawa panas di sekeliling Nasha sekarang bertambah panas."Kalau nggak bisa bawa sendiri ajak karyawan. Jangan sok-sokan bawa sendiri."Apakah itu tadi? Perhatian atau ejekan? Nasha sampai tidak bisa berword-word lagi. Agarish langsung pergi setelahnya. Sumpah. Nasha tidak mengerti dengan semua yang berhubungan dengan Agarish."Mbak, ojek, Mbak?" tawar seorang tukang ojek.Karena sedang melamun dan salah tangkap ucapan tukang ojek tadi Nasha malah balas marah-marah, "Enak aja. Saya ini bukan tukang ojek."Bapak ojek yang tak tahu apapun jadi bingung. Dia ini sedang menawarkan jasa ojeknya. Bukan sedang bertanya apakah Nasha ini tukang ojek apa bukan."Dasar anak jaman sekarang," gumam Bapak Ojek.Meskipun hanya bergumam, tapi Nasha bisa mendengarnya dengan je
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status